Pinjaman daerah Penerimaan Lain Yang Syah

1. Kegiatan investasi, pengadaan dan atau peningkatan dan atau perbaikan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang serta bermanfaat bagi masyarakat 2. Kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana untuk periode terbatas tidak melebihi tiga tahun yang bermanfaat bagi masyarakat, dan diberikan dalam kondisi tertentu dimana pada tahap awal daerah belum dapat melaksanakannya.

2.3.2.3. Pinjaman daerah

Untuk membiayai kebutuhan daerah berkaitan dengan penyediaan prasarana yang produktif pengeluaran modal, daerah juga dapat melakukan pinjaman baik dari dalam negeri dan luar negeri dengan persetujuan pusat. Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang, sehingga daerah tersebut dibebani kewajian untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim dalam perdagangan. Sumber pinjaman adalah dari dalam negeri dari pemerintah pusat, atau penerbitan obligasi dan dari luar negeri, yang digunakan; 1. Pinjaman jangka panjang, untuk membiayai pembangunan prasarana yang merupakan asset daerah, yang dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran pinjaman tersebut, serta memberikan manfaat bagi pelayanan umum 2. Pinjaman jangka pendek, untuk pengaturan arus kas dalam rangka pengeluaran kas daerah Peraturan yang ada memungkinkan daerah meminjam langsung kepada sumber di luar negeri, tanpa jaminan pemerintah pusat. Namun pada kenyataannya sebagian besar lembaga internasional mensyaratkan pinjaman dilakukan dengan pemerintah pusat sebagai anggota.

2.3.2.4. Penerimaan Lain Yang Syah

Jenis penerimaan yang termasuk pada bagian ini adalah semua penerimaan yang tidak termasuk kepada jenis penerimaan yang disebut terdahulu, penerimaan yang termasuk kesini antara lain adalah subsisi atau bantuan dari pemerintahan yang lebih tinggi, namun tetap tercatat dalan APBD daerah.

2.4. Formulasi DAU Dana Alokasi Umum

Sebagaimana diamanatkan dalam UU No.25 tahun 1999 bahwa DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 dari Penerimaan Netto Dalam Negeri dengan rincian 90 untuk kabupatenkota dan 10 untuk provinsi. Untuk mengalokasikan DAU yang cukup besar tersebut dipergunakan suatu formula, yang menggunakan pendekatan fiscal gap celah fiskal, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah fiscal needs dengan potensi daerah fiscal capacity. Namun dalam perkembangannya DAU ditetapkan tidak hanya berdasarkan celah fiskal namun juga atas dasar faktor penyeimbang atau alokasi dasar. Alokasi dasar mengandung arti bahwa penerimaan DAU tahun berjalan setidaknya sama dengan DAU tahun sebelumnya. Sebagaimana disebutkan bahwa variabel kebutuhan daerah paling sedikit dicerminkan oleh jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat