Ruang lingkup penelitian Indonesia

untuk menganalisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan ekonomi nasional, sedangkan metoda kualitatif untuk tujuan lain seperti melihat perbedaan dampak anggaran sektoral dan INPRES terhadap kinerja ekonomi pendapatan, distribusi. Tujuan utama studi adalah untuk mengkaji 1 bagaimana sistem fiskal yang lebih desentralis mempengaruhi kinerja perekonomian, 2 dampak dari beberapa skenario fiskal, khususnya dampak dari program INPRES terhadap kinerja perekonomian nasional dan regional.

2.7.1.2. Ruang lingkup penelitian

Nanga 2006 mengambil ruang lingkup 25 provinsi di seluruh Indonesia tidak termasuk DKI dan provinsi yang terbentuk setelah tahun 2002. Menggunakan data time series 1999-2002 dan data cross section 25 provinsi untuk mengevaluasi semua tujuan penelitian. Walau dengan keterbatasan waktu 1999-2002, dimana desentralisasi fiskal baru mulai diimplemetasikan dua tahun berjalan, namun karena ruang lingkup yang meliputi seluruh Indonesia, secara metodologis studi tersebut dapat dikatakan valid. Temuan studi ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah pusat untuk melakukan kaji ulang desain sistem transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan juga mengevaluasi dampak desentralisasi yang baru berjalan beberapa tahun ini. Usman 2006, seperti halnya Nanga 2006, juga mengambil ruang lingkup Indonesia 308 kabupatenkota yang selanjutnya diagregasikan menjadi 26 provinsi. Ada tiga jenis data yang digunakan, yaitu data deret waktu 1994-2003 untuk mengevaluasi dan membandingkan pertumbuhan masyarakat ekonomi bawah dengan pertumbuhan masyarakat ekonomi atas; data cross section rumah tangga 1999 dan 2002 untuk menemukan faktor penentu kemiskinan, dan panel data 1995-2003 untuk menganalisis dampak desentralisasi fiskal terhadap perubahan distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Sumedi 2005 sebagaimana Nanga 2006 dan Usman 2006 juga mengambil ruang lingkup nasional . Nasional meliputi seluruh wilayah Indonesia, secara sengaja mengambil Jawa Barat sebagai ruang lingkup tambahan untuk mengevaluasi dampak di level daerah. Model nasional menggunakan pendekatan sisi penawaran dan penerimaan, sedangkan model Jawa Barat hanya menggunakan pendekatan penawaran saja. Model nasional menggunakan agregasi pool data cross section seluruh provinsi kecuali Timor Timur dan time series 1994-2002; model Jawa Barat menggunakan pool data cross section kabupatenkota se Provinsi Jawa Barat dan time series 1994-2002. Saefudin 2005 mengambil ruang lingkup Provinsi Riau meliputi 16 kabupatenkota dengan deret waktu 1996-2003 guna mengevaluasi dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja fiskal dan perekonomian di Provinsi Riau. Sedangkan untuk mengevaluasi kinerja kelembagaan hanya menggunakan sampel Pemerintah Daerah Provinsi Riau, Kota Pekanbaru, Kabupaten Kamper, Bengkalis dan Kabupaten Siak Indrapura. Pakasi 2005 menggunakan sampel lima kabupatenkota Kabupaten Minahasa, Bolaang Mongondow, Sangihe Talaud, Kota Manado dan Kota Bitung untuk mewakili Provinsi Sulawesi Utara. Data yang digunakan adalah pool data time series 1989-2002 dan cross section lima kabupatenkota. Model dan analisis meliputi variabel makroekonomi, sektoral dan komoditi menjadikan ruang lingkup penelitiannya menjadi relatif lebih lengkap dibandingkan dengan yang disebut terdahulu. Sinaga dan Siregar 2005 menggunakan seluruh kabupatenkota di Sulawesi Selatan sebagai daerah penelitiannya. Data yang digunakan adalah pool data time series 1990-2003 dan cross section 23 kabupatenkota. Model dan analisis mencakup variabel agregat dan sektoral daerah. Model dan analisis meliputi variabel makroekonomi dan sektoral menjadikan ruang lingkup penelitiannya menjadi relatif lebih lengkap dibandingkan dengan yang disebut terdahulu, kecuali Pakasi 2005. Pardede 2004 menggunakan sample Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan sebagai representasi dari Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan membangun Model Input–Ouput antara lain data Lembaran Kerja BPS Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan Tahun 2000, Tabel Input-Output Provinsi Sumatera Tahun 2000. Sedangkan data untuk mengevaluasi pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah Data Keuangan daerah Tahun 19981999-2002. Wuryanto 1996 menggunakan seluruh Indonesia sebagai daerah penelitiannya. Aspek transfer fiskal yang diamati Wuryanto 1996 lebih fokus pada program INPRES. Untuk membangun model CGE digunakan IRSAM Interregional Social Accounting Matrix metoda non-survey tahun 1990. Untuk prosedur estimasi, menggunakan National SAM dan Tabel Input-Output Nasional tahun 1990.

2.7.1.3. Hasil-Hasil Penelitian