berusaha yang direpresentasikan oleh Tingkat Suku Bunga lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor pajak itu sendiri terhadap investasi. Namun demikian
kebijakan meningkatkan Pajak Daerah tidak melulu berakibat buruk pada perekonoian. Hasil studi menunjukkan bahwa kebijakan tersebut dapat
memperbaiki distribusi Pendapatan di wilayah Kabupaten di Sumatera Utara dan juga di Kawasan Timur Indonesia Usman 2006.
Menurut buku teks ekonomi makro, sepanjang pajak yang ditarik dari perekonomian disuntikan kembali kepada perekonomian dalam bentuk
pengeluaran pemerintah dalam jumlah yang sama, akan meningkatkan volume perekonomian sebesar nilai pajak yang ditarik karena multiplier effect pengeluaran
pemerintah lebih besar dari multiplier effect pajak . Apakah multiplier effect pengeluaran pemerintah lebih besar dari multiplier effect pajak di Sumatera Utara,
dapat dilihat pada simulasi berikut?
7.2.5. Simulasi 5: Peningkatan Pajak Daerah 15 dan Pengeluaran Pemerintah 0.6.
Bila Pajak Daerah yang ditarik pemerintah kemudian dikucurkan dalam bentuk Pengeluaran Pemerintah maka akan menghasilkan dampak yang berbeda.
Dampak peningkatan Pajak Daerah 15 dan Pengeluaran Pemerintah 0.6 secara umum berdampak positif terhadap kinerja fiskal daerah kabupaten maupun kota
kecuali Retribusi dan Bagi Hasil Pajak. Retribusi menurun di kabupaten - 6.64 dan kota -13.8. Bagi Hasil Pajak BHP menurun di kabupaten
-0.33. Kebijakan tadi berdampak positif pada semua kinerja perekonomian, dengan catatan bahwa dampaknya lebih positif di daerah kota dibandingkan
dengan daerah kabupaten Tabel 56.
Tabel 56. Dampak Peningkatan Pajak Daerah 15 dan Pengeluaran Pemerintah 0.60 Terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian
Daerah No
PeubahEndogen Wilayah
Kab Kota
1 Pajak Daerah TAXDA
15.00 15.00
2 Retribusi RETRIB
-6.64 -13.81 3
Pendapatan Asli Daerah PAD 1.38
1.08 4
Dana Alokasi Umum DAU 0.39
-1.81 5
Bagi Hasil Pajak BHP -0.33
1.36 6
Penerimaan Pemerintah TGREV 1.26
5.11 7
Fiskal gap FISGAP 37.49
24.42 8
Pengeluaran Rutin RUEXP 0.60
0.60 9
Pengeluaran Pembangunan DEVEXP 0.60
0.60 10 Pengeluaran
Pemerintah TGEXP
0.60 0.60
11 Investasi INVDA
3.26 1.36
12 Pembangunan Infrastruktur INFRAS
0.15 1.70
13 Produk Domestik Regional Bruto PDRB
3.40 4.30
14 Kesempatan Kerja BKERJA
0.32 2.97
15 Tingkat Inflasi INFLADA
0.03 0.13
16 Distribusi Pendapatan DISTRIB
-1.91 -0.71
Terbukti ekspansi perekonomian melalui peningkatan pengeluaran pemerintah berhasil menghilangkan dampak buruk dari kontraksi perekonomian
karena peningkatan Pajak Daerah. Juga terbukti bahwa instrumen pajak merupakan kebijakan yang baik untuk pemerataan, terbukti adanya perbaikan
distribusi pendapatan dengan kebijakan tersebut diatas. Namun hal yang tidak dapat adalah inflasi. Inflasi adalah konsekuensi dari
meningkatnya kegiatan ekonomi . Namun demikian inflasi yang terjadi tidak begitu mengkhawatirkan sebab laju pertumbuhan ekonomi PDRB lebih besar
dibandingkan inflasi, sehingga secara real pertumbuhan ekonomi masih positif yaitu masing-masing 3.37 di daerah kabupaten dan 4.17 di daerah kota.
Artinya secara real kebijakan tadi berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik di kabupaten maupun di kota, karena pendapatan yang meningkat
apalagi kesempatan kerja yang semakin banyak. Pada gilirannya peningkatan PDRB dan Kesempatan kerja akan meningkatkan kemampuan fiskal daerah PAD
di masing-masing kabupaten maupun di kota meningkat.
7.2.6. Simulasi 6: Dampak Peningkatan Retribusi 15 terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah