Dalam menjalankan fungsinya pemerintah memerlukan cara untuk mencapainya. Cara tersebut dikenal dengan nama kebijakan policy. Menurut
Hall dan Taylor 1993, kebijakan itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu 1 Kebijakan Fiskal fiscal policy dan 2 Kebijakan Moneter monetary policy.
Blancard 1997 mengelompokkan kebijakan tadi menjadi empat yaitu 1 Kebijakan Fiskal fiscal policy , 2 Kebijakan Moneter monetary policy , 3
Kebijakan Pendapatan income policy dan 4 Kebijakan Perdagangan Luar Negeri internasional trade policy.
Kebijakan fiskal didefinisikan oleh Stevenson dan Mustacelli 1988 sebagai suatu pengaturan manipulation pengeluaran pemerintah dan perpajakan
dengan tujuan untuk mempengaruhi permintaan agregat aggregate demand. Sedangkan kebijakan moneter adalah pengaturan suku bunga dan jumlah uang
beredar untuk mempengaruhi permintaan agregat. Melihat substansinya, maka Desentralisasi fiskal merupakan instrumen
kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk memainkan peran pemerintah dalam perekonomian.
2.6.4. Kebijakan Fiskal dalam Pembangunan Ekonomi
Kebijakan fiskal
fiscal policy merupakan salah satu kebijakan makroekonomi, yang secara khusus berkaitan dengan kebijakan penerimaan dan
pengeluaran negara. Kebijakan fiskal atau disebut juga kebijakan anggaran budgetary policy dilakukan melalui anggaran pendapatan dan belanja negara
APBN. Kebijakan fiskal atau anggaran memiliki fungsi - fungsi yaitu 1 fungsi alokasi allocation function, 2 fungsi distribusi distribution function, dan 3
fungsi stabilisasi stabilization function. Fungsi alokasi adalah fungsi yang berkaitan dengan penyediaan barang-barang sosial social goods, atau proses
penggunaan sumberdaya keseluruhan yang dibagi diantara barang privat private goods
dan barang sosial social goods dan kombinasi barang sosial yang dipilih. Fungsi distribusi atau redistribusi adalah fungsi kebijakan fiskal atau anggaran
yang berkaitan dengan upaya untuk menciptakan pembagian pendapatan dan kekayaan yang lebih adil dan merata di dalam masyarakat. Sedangkan fungsi
stabilisasi adalah fungsi kebijakan fiskal yang berkaitan dengan untuk mempertahankan tingkat pengerjaan yang tinggi high employment, stabilitas
tingkat harga-harga, dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sesuai, yang dapat berpengaruh atau berakibat pada neraca perdagangan dan pembayaran Musgrave
and Musgrave, 1984. Adapun instrumen dari kebijakan fiskal adalah pajak, pengeluaran
pemerintah dan pembayaran transfer transfer payment, artinya dalam melaksanakan kebijakan fiskal tersebut, maka variabel-variabel itulah yang
diubah-ubah besarnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat kebijakan. Sebagai contoh, apabila pembuat kebijakan ingin menciptakan
stabilitas harga, maka kebijakan fiskal akan diusahakan untuk menjadi kontraktif, dimana pengeluaran pemerintah G akan diturunkan atau pajak T dinaikkan.
Dengan begitu, maka permintaan agregat di dalam perekonomian akan turun, dan hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kenaikan harga-harga.
Sebaliknya, kalau pemerintah atau pembuat kebijakan ingin meningkatkan tingkat pengerjaan employment dalam rangka untuk mengurangi tingkat pengangguran,
maka kebijakan fiskal yang dilakukan akan cenderung bersifat ekspansif, dimana pengeluaran pemerintah akan dinaikkan atau pajak diturunkan. Hal ini
akan meningkatkan permintaan agregat di dalam perekonomian dan akan terjadi
ekspansi dalam perekonomian.
Menurut Jhingan 1993 kebijakan fiskal memainkan peranan penting dinamis di negara-negara berkembang. Dimana penggunaannya diperlukan secara
luas bagi pembangunan ekonomi, khususnya dalam peranannya dalam menghadapi problem pembentukan modal. Pendapatan dan tabungan per kapita
rendah, sementara orang yang kaya justru suka konsumsi barang mewah. Sebagian besar dari tabungan disalurkan pada jalur-jalur tidak produktif seperti
perumahan, penimbunan, spekulasi dan sebagainya. Kebijakan fiskal mengalihkan semua itu kesaluran yang produktif.
Jhingan 1993 merinci beberapa tujuan kebijakan fiskal, sebagai sarana menggalakkan pembangunan, antara lain adalah;
1. Meningkatkan laju investasi di sektor swasta dan sektor pemerintah. Hal ini
dapat dicapai dengan mengendalikan konsumsi baik aktual maupun potensial melalui peningkatan rasio tabungan marjinal marginal propensity to saving.
Kebijakan fiskal juga harus digunakan untuk mendorong atau memperkuat bentuk investasi tertentu. Dalam rangka meningkatkan laju investasi
pemerintah harus menerapkan kebijakan investasi berencana di sektor publik. Tindakan ini akan berdampak meningkatkan volume investasi di sektor
swasta.
2. Mendorong Investasi Optimal Secara Sosial. Kebijakan fiskal harus
mendorong arus investasi ke jalur-jalur yang diinginkan oleh masyarakat. Ini berkaitan dengan pola optimum investasi dan menjadi tanggung jawab negara
untuk mendorong investasi pada overhead sosial dan ekonomi seperti transportasi, konservasi lahan, pendidikan, kesehatan masyarakat dan fasilitas
latihan teknik. Investasi semacam yang memerlukan modal besar, hanya dimungkinkan dari sektor pemerintah, karena sektor swasta yang miskin
modal, serta tingkat pengembalian investasi yang cukup panjang.
2.7. Studi-Studi Desentralisasi Fiskal