undang dan peraturan pemerintah tersebut, daerah diberikan kewenangan untuk memungut berbagai jenis pajak dan retribusi sebagaimana dijelaskan Tabel 7
dan Tabel 8.
2.3.1.2. Retribusi Daerah
Retribusi untuk daerah provinsi, kabupatenkota ditetapkan sesuai kewenangan daerah yang terdiri dari; 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis
retribusi perizinan tertentu. Penetapan jenis pajak dan retribusi tersebut didasarkan pertimbangkan bahwa jenis pajak dan retribusi tersebut secara umum
dipungut di hampir semua daerah dan merupakan jenis pungutan yang secara teoritis dan praktek merupakan jenis pungutan yang baik.
2.3.1.3. Pendapatan Asli Daerah Lain Yang Syah
Pendapatan yang termasuk kelompok ini adalah semua pendapatan yang tidak termasuk Pajak Daerah dan Retribusi, antara lain adalah penerimaan dari
dinas-dinas laba BUMD, hasil penjualan aset daerah sewa properti milik daerah.
2.3.2. Dana Perimbangan equalization transfer
Menurut UU No.25 tahun 1999 dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil pajak dan non pajak, Dana Alokasi Umum DAU, dan DAK Dana
Alokasi Khusus. Ketiga komponen Dana Perimbangan ini merupakan bagian dari transfer pemerintah pusat ke daeah.
2.3.2.1. DAU Dana Alokasi Umum
Sebagai salah satu bentuk transfer dari pemerintah pusat, alokasi DAU mempunyai peranan yang cukup besar bagi penerimaan daerah, mengingat DAU
menduduki porsi jumlah terbesar dibandingkan komponen lainnya dalam Dana Perimbangan. Dalam Penjelasan ayat 4 dan 5 UU Nomor 25 tahun 1999,
Dana Alokasi Umum DAU untuk satu provinsi tertentu dihitung dengan formula:
Sedangkan besaran DAU yang diterima oleh kabupatenkota dihitung dengan formula yang serupa yaitu:
Bobot daerah ditetapkan berdasarkan, 1. Kebutuhan Wilayah Otonomi Daerah, yang dicerminkan paling sedikit oleh variabel Jumlah Penduduk, Luas
Wilayah, Keadaan Geografis, dan Tingkat Pendapatan dengan memperhatikan kelompok masyarakat miskin, 2. Potensi ekonomi daerah, antara lain
dicerminkan oleh potensi penerimaan daerah seperti potensi Industri, potensi SDA, potensi SDM, dan Produk Domestik Regional Bruto PDDRB.
Per definisi DAU adalah dana dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah. Salah satu tujuan keberadaan
DAU dalam sistem perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah adalah sebagai equalization grant, terutama untuk menetralkan dampak disparitas yang
DAU Provinsi
=
Jumlah DAU untuk
Seluruh Provinsi
Bobot Daerah Provinsi YBS Bobot Seluruh Daerah Provinsi
X
DAU KabKota
=
Jumlah DAU untuk Seluruh
KabupatenKota
Bobot Daerah KabKota YBS Bobot Seluruh Daerah KabKota
X
ditimbulkan oleh transfer lain, seperti Bagi Hasil Sumber Daya Alam BHSDA dan Bagi Hasil Pajak BHP. Tolak ukur keberhasilan DAU salah satunya
adalah tercapainya pemerataan total penerimaan daerah per kapita yang sebaik- baiknya.
Peranan strategis alokasi DAU terletak pada kemampuannya untuk menciptakan pemerataan fiskal berdasarkan pertimbangan atas potensi fiskal dan
kebutuhan nyata daerah. Menurut Mahi 2002, Kadjatmiko 2000,, karena fungsinya sebagai sebagai alat untuk mengurangi ketimpangan fiskal horizontal,
maka seyogianya DAU dilihat secara keseluruhan sebagai bagian dari Dana Perimbangan dan juga kapasitas fiskal daerah PAD. Artinya DAU tidak boleh
dilihat secara terpisah terutama dengan Bagi Hasil Pajak; PBB, BPHTB, PPh perorangan dan Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Hal ini karena sifat DAU
sebagai equalization grant . Oleh sebab itu daerah yang menerima Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Sumber Daya Alam tinggi
seyogianya mendapat Dana Alokasi Umum yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang menerima Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan
Bagi Hasil Sumber Daya Alam rendah.
2.3.2.2. Bagi Hasil Pajak BHP dan Bukan Hasil Bukan Pajak BHBP