Rp.977 triliun 75 pendanaannya berasal dari swasta asing dan lokal, di antaranya dari Indonesia Infrastructure Fund.
Untuk mencapai pembangunan infrastruktur sesuai dengan yang diharapkan, pemerintah dalam jangka pendek dan menengah melakukan antara
lain realokasi portofolio, pembentukan Infrastructure Fund, pelaksanaan deregulasi sektor, meninjau peraturan yang menghambat proses pembangunan
infrastruktur, dan restrukturisasi permodalan. Dalam jangka panjang akan dilakukan reformasi sektor keuangan dan juga menyusun prioritas proyek
infrastruktur yang bisa segera diimplementasikan dan membawa efek bola salju snowballing effect. Perilaku infrastruktur Indonesia dan beberapa daerah di
Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 13 Tabel 7.
6.3.2. Investasi di Daerah INVDA
Ada empat peubah yang mempengaruhi perilaku Investasi INVDA yaitu Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Pajak Daerah TAXDA, Tingkat
Upah UPAHDA dan Tingkat Suku Bunga SUBUDA Tabel 47. Temuan ini sesuai dengan yang diharapkan.
PDRB berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap Investasi di Daerah. Temuan ini serupa dengan apa yang sering dijumpai pada buku teks
ekonomi makro, dimana Investasi lebih dipengaruhi antara lain oleh Tingkat Bunga daripada Pendapatan Masyarakat Hall and Taylor 1993. Hasil serupa
ditemukan oleh Usman 2006 di level nasional dan Riau oleh Saefudin 2005. Tingkat Upah dan Tingkat Suku Bunga adalah faktor yang relatif kuat
pengaruhnya terhadap Investasi . Kedua variabel ini berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Investasi. Hasil serupa ditemukan di Sulawesi Selatan oleh Sinaga dan Siregar 2005, Sulawesi Utara oleh Pakasi 2004 dan di Riau oleh
Saefudin 2005. Pajak Daerah TAXDA berpengaruh negatif namun tidak signifikan
terhadap Investasi di daerah. Ini suatu pertanda yang baik, karena Pajak Daerah belum menjadi faktor penghambat Investasi di daerah, sebagaimana sering
dikeluhkan dibelahan daerah lainnya. Hasil berbeda ditemukan oleh Sinaga dan Siregar 2005 di Sulawesi Selatan dan Saefudin 2005 di Riau dimana Pajak
Daerah berpengaruh negative dan signifikan terhadap Investasi di daerah. Perilaku Investasi pada level nasional dan daerah dapat dilihat pada Lampiran 13
Tabel 8. Tabel 47. Hasil Estimasi Perilaku Investasi di Daerah INVDA
No Variable
Parameter Estimate
T for H0: Parameter=0
Prob |T| Elatisitas
Jk.Pendek Jk. Pjg
1 I NTERCEP
2 3 2 8 6 2 8 . 8 4 6
0 . 0 0 0 1
-
- 2
PDRB 0 . 0 0 9 5 0 8 0 . 9 6 6
0 . 3 3 5 1 0 . 0 9 9 0 3
- 3
TAXDA - 0 . 8 5 4 6 8 8 - 0 . 5 8 2
0 . 5 6 1 2 - 0 . 0 2 2 9 9
- 4
UPAHDA - 1 2 . 1 2 9 0 9 3 - 1 . 7 2 7
0 . 0 8 5 7 - 0 . 2 6 6 4 9
- 5
SUBUDA - 3 6 2 1 . 6 0 2 7 2 6 - 3 . 1 3 7
0 . 0 0 1 9 - 0 . 6 0 5 9 5
- 6
DDF - 1 0 6 3 2 9 - 3 . 5 5 0
0 . 0 0 0 5 -
-
F –Hitung: 13.254 R
2
: 0.2356 D-W: 2.008
Temuan ini berarti pula bahwa, upaya-upaya peningkatan Pajak Daerah trade off
dengan upaya peningkatan investasi di daerah, sementara investasi adalah salah satu variabel penting penentu pertumbuhan ekonomi. Maka agar
supaya peningkatan Pajak Daerah tidak kontraproduktif terhadap sektor riel khususnya terhadap pertumbuhan PDRB, maka pemerintah dapat
mengkompensasi melalui sektor moneter yaitu dengan menurunkan suku bunga.
Ditemukan adanya penurunan investasi dan berbeda secara signifikan antara sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal tahun 2001. Penurunan Investasi
ini sebenarnya tidak hanya terjadi di daerah Sumatera Utara, akan tetapi juga terjadi dibelahan daerah seperti Sulawesi Utara Pakasi 2005,Riau Saefudin
2005 dan di Indonesia pada umumnya. Setelah krisis moneter tahun 1998 hingga kini arus investasi ke Indonesia
belum pulih betul bahkan terjadi penurunan hingga belum mampu menyamai investasi sebelum tahun 1998 tersebut. Untuk Indonesia misalnya, penanaman
modal menunjukkan penurunan yang signifikan . Nilai investasi dari 723 proyek senilai Rp 119 triliun pada tahun 1997 menjadi 196 proyek senilai Rp 50 triliun
pada tahun 2003
10
. Angka persetujuan penanaman modal asing PMA di Indonesia selama tahun 2004 mencapai 10.28 miliar dollar AS 27 lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2003. Sementara angka penanaman modal dalam negeri PMDN turun 51,45 , dari Rp 50.75 triliun tahun 2003 menjadi Rp 36,75
triliun tahun 2004
11
.
6.4. Kinerja Perekonomian Daerah