Dana Alokasi Umum DAU

per tahun sesudah desentralisasi fiskal adalah Rp.124 616 521 ribu. Artinya terjadi peningkatan sebesar 270 retribusi sesudah desentralisasi fiskal dibandingkan dengan sebelum desentralisasi fiskal. Gejala serupa juga ditemukan di Indonesia Nanga 2006 ; Usman 2006 juga di berbagai daerah lainnya sebagaimana ditemukan oleh Pardede 2004, Sinaga dan Siregar 2005, Sumedi 2005, Saefudin 2005, Pakasi 2005, Simanjuntak 2003, juga Bird dan Vaillancourt 2000 diberbagai negara berkembang.

6.2.3. Dana Alokasi Umum DAU

Perilaku Dana Alokasi Umum sesuai dengan yang diharapkan sesuai dengan formula DAU Tabel 38. Sebagaimana dijelaskan pada formula DAU; luas suatu daerah, jumlah penduduk miskin dan jumlah pegawai merupakan indikator kebutuhan daerah,. Semakin besar faktor-faktor tersebut maka semakin banyak pula anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan berhubungan dengan indikator tersebut. Sedangkan peubah PDRB dan PAD merupakan indikator potensi daerah. Secara normatif semakin tinggi potensi daerah, maka semakin kecil alokasi DAU yang diterima oleh daerah tersebut. Hasil estimasi menunjukkan bhawa, Dana Alokasi Umum dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh luas wilayah LUAS. Hasil serupa ditemukan oleh Pakasi 2005 di Sulawesi Utara, namun tidak ditemukan di Jawa Barat, Riau, Sulawesi Selatan dan juga di level nasional. Jumlah penduduk miskin MISKIN berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap alokasi DAU. Hasil serupa ditemukan oleh Sinaga dan Siregar 2005. Temuan tadi sesuai dengan aturan normatif formula alokasi DAU. Di Sulawesi Utara, Jawa Barat, Riau dan Nasional jumlah populasi berpengaruh positif dan signifikan . Lebih lanjut, di Sumatera Utara dalam jangka pendek, peningkatan jumlah orang miskin satu persen akan meningkatkan alokasi DAU sebesar 0.05. Sedangkan dalam jangka panjang, peningkatan jumlah miskin 1.00 akan meningkatkan alokasi DAU sebesar 0.07. Tabel 38. Hasil Estimasi Perilaku Dana Alokasi Umum DAU No. Variable Parameter Estimate T for H0: Parameter = 0 Prob |T| Elatisitas Jk.Pendek Jk. Pnjang 1 I NTERCEP 2 8 6 2 . 6 5 9 1 8 5 1 . 9 6 1 0 . 0 5 1 2 - - 2 PDRB - 0 . 0 0 0 3 6 2 - 0 . 1 5 1 0 . 8 7 9 8 - 0 . 0 0 7 8 9 - 0 . 0 1 1 1 3 1 3 PAD - 0 . 2 6 7 5 6 2 - 1 . 6 2 3 0 . 1 0 6 0 - 0 . 0 3 3 7 6 - 0 . 0 4 7 0 9 2 4 L UAS 1 . 1 6 6 5 2 7 4 . 3 5 2 0 . 0 0 0 1 0 . 0 7 8 1 0 0 . 1 0 8 9 4 5 MI SKI N 3 2 . 7 2 9 3 9 3 1 . 6 8 9 0 . 0 9 2 6 0 . 0 5 4 0 4 0 . 0 7 5 3 8 6 BPEGAWAI 0 . 9 3 2 2 1 7 2 2 . 1 6 0 0 . 0 0 0 1 0 . 5 9 3 8 4 0 . 8 2 8 3 6 7 DDF 2 1 8 9 2 5 . 8 6 1 0 . 0 0 0 1 - - 8 L DAU 0 . 2 8 3 1 0 7 8 . 2 1 8 0 . 0 0 0 1 - - F – Hitung: 1266.835 R 2 : 0.9765 D-W: 1.435 Besarnya jumlah pegawai negeri sipil di daerah BPEGAWAI berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap alokasi DAU. Hasil serupa ditemukan oleh Sinaga dan Siregar 2005 di Sulawesi Selatan. Dalam jangka pendek peningkatan jumlah pegawai satu persen di Sumatera Utara akan meningkatkan alokasi DAU sebesar 0.59, sedangkan dalam jangka panjang peningkatan 1.00 jumlah pegawai akan meningkatkan alokasi DAU sebesar 0.82. Dana Alokasi Umum Tahun Lalu berpengaruh positif dan signifikan terhadap DAU tahun berjalan. Temuan ini konsisten dengan formula; bahwa salah satu faktor yang menentukan alokasi DAU adalah apa yang disebut Alokasi Minimum yaitu bahwa jumlah DAU tahun berjalan setidaknya tidak kurang dari DAU Tahun Lalu LDAU. Hasil serupa juga ditemukan Usman 2005 di level nasional, Pakasi 2005 di Sulawesi Utara, Sumedi 2005 di Jawa Barat. Sebagaimana dijelaskan, suatu daerah yang memiliki tingkat Produk Domestik Regional Bruto PDRB dan Pendapatan Asli Daerah PAD mendapat alokasi DAU yang relatif lebih kecil dibanding daerah dengan PDRB dan PAD yang relatif kecil. Temuan dalam studi menunjukkan hal serupa, dimana PDRB dan PAD berpengaruh negatif terhadap alokasi DAU. Analisis lebih jauh menunjukkan bahwa pengaruh negatif PAD terhadap alokasi DAU lebih besar dibandingkan PDRB. Hal ini logis, karena PAD lebih menunjukkan kemampuan pemerintah daerah menghimpun dana untuk anggaran belanjanya, yang berhubungan langsung dengan kemampuan fiskal pemerintah daerah. Produk Domestik Regional Bruto PDRB lebih kepada tingkat perekonomian seluruh masyarakat daerah yang relatif kurang berhubungan langsung dengan kemampuan fiskal pemerintah daerah. Hasil serupa ditemukan oleh Sinaga dan Siregar 2005 di Sulawesi Selatan, Pakasi 2005 di Sulawesi Utara, Sumedi 2005 di Jawa Barat, dan Saefudin 2005 di Riau. Ditemukan adanya peningkatan dan perbedaan yang signifikan antara DAU kabupatenkota sebelum dan sesudah tahun 2001. Rata-rata penerimaan DAU kabupaten dan kota sebelum desentralisasi fiskal adalah Rp.560 387 212 ribu per tahun, meningkat menjadi rata-rata Rp. 3 610 742 416 ribu per tahun sesudah desentralisasi fiskal atau meningkat sebesar 540. Artinya memang terjadi peningkatan Dana Alokasi Umum secara berbeda dan signifikan sesudah desentralisasi fiskal khususnya di kabupaten dan kota Tabel 39. Hasil serupa ditemukan di level Nasional Usman 2006 , dan daerah Sinaga dan Siregar 2005 ; Pakasi 2005; Sumedi 2005; Pardede 2004. Selengkapnya perilaku DAU di Indonesia beberapa daerah lainnya di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 13 Tabel 3. Temuan tersebut adanya peningkatan DAU secara signifikan hanya di wilayah kabupaten dan kota, namun tidak di pemerintah provinsi . Alokasi Dana Alokasi Umum pemerintah provinsi sebelum desentralisasi fiskal adalah rata-rata Rp. 312 076 873 ribu per tahun, lebih besar dari rata DAU sesudah desentralisasi fiskal yang sebesar Rp. 280 243 577 ribu. Artinya terjadi penurunan sebesar 10.20. Tabel 39. Rata-rata Dana Alokasi Umum Provinsi dan KabupatenKota Se SUMUT sebelum dan Sesudah Desentralisasi Fiskal 19901991- 2003 Ribu Rp Uraian Rata-rata Provinsi KabKota Sebelum Desentralisasi Fiskal 19901991-2003 312076873 560387212 Sesudah Desentralisasi Fiskal 2001-2003 280243577 3610742416 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004.

6.2.4. Bagi Hasil Pajak BHP