serta Pantai Timur yang belum memadai seperti jaringan, jembatan,bandara perintis dan pelabuhan, serta peningkatan penyediaan sumber energi, tenaga
listrik, dan mengoptimalkan penggunaan daya listrik guna memenuhi kebutuhan industri dan rumah tangga, sebagaimana di arahkan dalam dokumen Propeda
Sumatera Utara 2001-2005 menjadi amat relevan dilakukan dan seiring dengan tujuan dari Infrastructur summit dari pemerintah cq Menko Perekonomian
November tahun 2004 yang lalu. Inflasi yang terjadi adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari karena baik Investasi maupun Pembangunan Infrastruktur
merupakan peningkatan dari sisi demand demand pull inflation.
Ringkasan Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal dan Perubahan Variabel Non Fiskal terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian
Sumatera Utara Bagian ini akan memberikan Ringkasan dampak Kebijakan Desentralisasi
Fiskal dan Perubahan Variabel Non Fiskal terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian. Kinerja Fiskal meliputi kemampuan fiskal daerah, pengeluaran
dan fiskal gap. Sedangkan Kinerja Perekonomian meliputi PDRB, Kesempatan Kerja, Inflasi dan Distribusi Pendatan.
7.4.1. Kebijakan Fiskal
Ringkasan dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15 Tabel 1.
Bagi Hasil Pajak
Kenaikan Bagi Hasil Pajak menurunkan PAD di kota dan kabupaten. Fiskal gap membengkak seiring naiknya Pengeluaran Pemerintah Produk Domestik
Regional Bruto dan Kesempatan Kerja membaik, di kota lebih baik dibandingkan dengan di kabupaten. Inflasi meningkat relatif kecil. Distribusi Pendapatan
membaik di kota, sedangkan di kabupaten memburuk.
Dana Alokasi Umum
Peningkatan Dana Alokasi Umum DAU akan meningkatkan PAD dan . BHP. Fiskal gap membengkak seiring dengan naiknya Pengeluaran Pemerintah .
PDRB , Kesempatan kerja membaik di kabupaten dan kota. Distribusi Pendapatan di kota membaik sedangkan di kabupaten memburuk.
Pajak Daerah
Peningkatan Pajak Daerah meningkatkan PAD di kabupatenn dan di kota sedangkan DAU dan BHP menurun. Fiskal gap membengkak seiring dengan
naiknya Pengeluaran Pemerintah. Kinerja Perekonomian secara umum memburuk. Distribusi Pendapatan kabupaten membaik sedangkan di kota memburuk.
Pajak Daerah dan Pengeluaran Pemerintah
Peningkatan Pajak Daerah dan Pengeluaran Pemerintah meningkatkan PAD di kabupaten dan kota . Fiskal gap membengkak seiring dengan naiknya
Pengeluaran Pemerintah dan menurunnya transfer. Kinerja Perekonomian secara umum baik. Distribusi Pendapatan membaik di kabupaten dan di kota .
Retribusi
Peningkatan Retribusi meningkatkan PAD di kabupaten dan kota. Fiskal gap seiring dengan naiknya Pengeluaran Pemerintah turunnya DAU dan BHP
.Kinerja Perekonomian umumnya memburuk kecuali Distribusi Pendapatan di kabupaten membaik
Retribusi dan Pengeluaran Pemerintah
Peningkatan Retribusi dan Pengeluaran Pemerintah dalam jumlah yang sama meningkatkan PAD di kota dan kabupaten . Fiskal gap seiring dengan
naiknya Pengeluaran Pemerintah turunnya BHP. Kinerja Perekonomian semakin membaik di kota lebih baik dibanding di kabupaten
PAD dan Pengeluaran Rutin
Peningkatan PAD dan Pengeluaran Rutin dalam jumlah yang sama, akan menurunkan DAU. Fiskal gap membengkak karena Pengeluaran pemerintah naik
sedangkan DAU turun. Seluruh Kinerja Perekonomian membaik masing-masing
lebih baik di kota dibandingkan dengan di kabupaten. PAD dan Pengeluaran Pembangunan
Peningkatan PAD dan Pengeluaran Pembangunan dalam jumlah yang sama meningkatkan Pengeluaran Pemerintah. Fiskal gap membaik seiring dengan
naiknya Penerimaan Pemerintah. Seluruh variabel Kinerja Perekonomian membaik di kota lebih baik dibanding di kabupaten.
Realokasi Pengeluaran Rutin menjadi Pengeluaran Pembangunan
Realokasi Pengeluaran Rutin menjadi Pengeluaran Pembangunan meningkatkan PAD di kota dan kabupaten. Fiskal gap seiring dengan
Pengeluaran Pemerintah meningkat . Seluruh Kinerja Perekonomian membaik dan
laju perbaikan di kota lebih tinggi kecuali Kesempatan Kerja dibandingkan dengan di kabupaten.
7.4.2. Perubahan Variabel Non Fiskal