dengan Sinaga dan Siregar 2005 di Sulawesi Selatan dan Saefudin 2005 di Riau. Inflasi di Kabupaten maupun di kota meningkat bila Retribusi dinaikkan.
Satu-satunya temuan yang baik adalah distribusi pendapatan yang semakin baik di kabupaten maupun Kota. Dengan kata lain Retribusi menyebabkan
Pemerataan ”kemiskinan” di Sumatera Utara”. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana dampak bila Retribusi 15 tersebut digunakan sebagai Pengeluaran
Pemerintah ? Secara teoritis akan terjadi perbaikan kinerja perekonomian.
7.2.7. Simulasi 7: Peningkatan Retribusi 15 dan Pengeluaran Pemerintah 0.48
Temuan di daerah penelitian menunjukkan bahwa dampak negatif dari peningkatan Retribusi akan hilang bilamana Retribusi tadi digunakan langsung
sebagai Pengeluaran Pemerintah dengan jumlah yang sama. Kebijakan peningkatan Retribusi 15 dan Pengeluaran Pemerintah 0.48 pada saat yang
sama berdampak baik terhadap seluruh kinerja fiskal daerah baik di kota maupun kabupaten kecuali BHP turun dan Fiskal Gap membengkak Tabel 58.
Kebijakan tersebut juga memberikan iklim yang kondusif bagi investasi, pembangunan infrastruktur di kabupaten dan kota. Dampak kebijakan tadi pada
kinerja perekonomian sesuai harapan . Pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan membaik.
Inflasi yang terjadi memang konsekuensi dari perekonomian yang membaik, namun real pertumbuhan ekonomi positif, sehingga kesejahteraan
masyarakat memang meningkat. Walau inflasi di kota lebih besar dibandingkan
kabupaten, namun pertumbuhan ekonomi real kota 2.56 lebih tinggi dibandingkan kabupaten 1.03.
Tabel 58 . Dampak Peningkatan Retribusi 15 dan Pengeluaran Pemerintah 0.48 Terhadap Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah No
Peubah Endogen Wilayah
Kab Kota
1 Pajak Daerah TAXDA
0.52 2.30
2 Retribusi RETRIB
15.00 15.00 3
Pendapatan Asli Daerah PAD 9.08
11.03 4
Dana Alokasi Umum DAU 0.08
0.98 5
Bagi Hasil Pajak BHP -0.09
-0.83 6
Penerimaan Pemerintah TGREV 0.30
2,75 7
Fiskal gap FISGAP 13.54
14.19 8
Pengeluaran Rutin RUEXP 0.48
0.48 9
Pengeluaran Pembangunan DEVEXP 0.48
0.48 10 Pengeluaran
Pemerintah TGEXP
0.48 0.48
11 Investasi INVDA
4.98 1.06
12 Pembangunan Infrastruktur INFRAS
4.88 6.05
13 Produk Domestik Regional Bruto PDRB
1.08 2.78
14 Kesempatan Kerja BKERJA
0.68 1.87
15 Tingkat Inflasi INFLADA
0.05 0.22
16 Distribusi Pendapatan DISTRIB
-1.83 -1.12
7.2.8. Simulasi 8: Peningkatan PAD 10 dan Pengeluaran Rutin 1.25
Desentralisasi fiskal memberikan pemerintah daerah kebebasan meningkatkan penerimaan daerah dan untuk digunakan dalam membiayai
pemerintahan melalui pengeluaran rutin danatau pengeluaran pembangunan dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja perekonomian lebih baik. Temuan di
daerah penelitian menunjukkan sebagian keyakinan tersebut benar. Dampak peningkatan Pendapatan Asli Daerah 10 dan seluruhnya
digunakan untuk meningkatkan Pengeluaran Rutin 1.25 akan menurunkan
Dana Alokasi Umum di kabupaten dan kota. Sedangkan Bagi Hasil Pajak meningkat di kabupaten 0.27 dan di kota 0.83. Peningkatan Pengeluaran
Rutin pada gilirannya akan menaikkan Pengeluaran Pemerintah. Dampak kebijakan tersebut juga berakibat baik pada iklim investasi dan
pembangunan infrastruktur pada kedua daerah penelitian Tabel 59. Peningkatan iklim investasi lebih baik di daerah kabupaten 2.48 dibandingkan daerah kota
1.06, sedangkan peningkatan pembangunan infrastruktur lebih baik di daerah kota 10.01 dibandingkan dengan daerah kabupaten 9.88.
Tabel 59. Dampak Peningkatan Peningkatan PAD 10 dan Pengeluaran Rutin 1.25 Terhadap Kinerja Fiskal
dan Perekonomian Daerah No
PeubahEndogen Wilayah
Kab Kota
1 Pajak Daerah TAXDA
10.00 10.00
2 Retribusi RETRIB
10.00 10.00
3 Pendapatan Asli Daerah PAD
10.00 10.00
4 Dana Alokasi Umum DAU
-0.68 -0.88
5 Bagi Hasil Pajak BHP
0.27 0.83
6 Penerimaan Pemerintah TGREV
0.30 1.30
7 Fiskal gap FISGAP
11.79 14.19
8 Pengeluaran Rutin RUEXP
1.25 1.25
9 Pengeluaran Pembangunan DEVEXP
1.07 1.35
10 Pengeluaran Pemerintah
TGEXP 1.03 1.30
11 Investasi INVDA
2.48 1.06 12
Pembangunan Infrastruktur INFRAS 9.88
10.01 13
Produk Domestik Regional Bruto PDRB 1.62
2.97 14
Kesempatan Kerja BKERJA 1.68
2.03 15
Tingkat Inflasi INFLADA 0.04
0.26 16
Distribusi Pendapatan DISTRIB -1.24
-1.14 Kebijakan tersebut memperbaiki kinerja perekonomian. Pertumbuhan
ekonomi real positif di kabupaten 1.54 dan di kota 2.71. Kesempatan kerja
meningkat di kabupaten 1.68 dan di kota 2.03. Distribusi pendapatan membaik masing-masing -1.24 di kabupaten dan -1.14 di kota. Inflasi yang
terjadi relatif kecil jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi, masing- masing 0.04 di kabupaten dan 0.26 di kota.
7.2.9. Simulasi 9: Peningkatkan PAD 10 dan Pengeluaran Pembangunan 2.38