Desentralisasi Politik TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desentralisasi: Napak Tilas

mencerminkan keseimbangan fiskal secara horizontal, 9 Desentralisasi fiskal harus mempertimbangkan ketiga tingkatan pemerintahan pusat, provinsi dan kabupatenkota, 10 Terapkan batasan anggaran yang ketat; artinya pemerintah daerah yang diberi otonomi dituntut menyeimbangkan anggarannya, 11 Sistem fiskal antar pemerintah selalu dalam transisi dan antisipatif terhadap perubahan- perubahan yang terjadi, dan 12 Harus ada pelopor bagi desentralisasi fiskal Jika desentralisasi fiskal berhasil dilaksanakan maka akan tercapailah : 1 efisiensi ekonomi, mobilitas dana, 2 stabilitas makroekonomi, pertumbuhan ekonomi yang cukup dan 3 efisiensi dan efektivitas pemerintahan Bahl and Lin 1992; Shah 1994; Ahmad 1997. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap kinerja perekonomian Indonesia telah dilakukan oleh peneliti Wuryanto 1996: Shah dalam Bird dan Vaillancourt 2000 : Kawagoe 1998 ; Lewis 2001. Studi pada tingkat provinsi pun sudah pernah dilakukan. Penelitian tentang ”Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Perekonomian Daerah” pada level provinsi telah dilakukan oleh Pardede 2004 di Sumatera Utara, khususnya Tapanuli Utara dan Medan, dengan pendekatan Input-Output. Pakasi 2005 di Sulawesi Utara dengan pendekatan Ekonometrika. SMERU 2002 juga melakukan studi dampak desentralisasi fiskal terhadap investasi di Jawa Barat dan Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal di Nusa Tenggara Timur, dengan pendekatan kualitatif.

2.2. Desentralisasi Politik

Sesungguhnya desentralisasi mencakup berbagai aspek, yakni aspek politik political decentralization, administratif administrative decentralization, fiskal fiscal decentralization, dan ekonomi economic or market decentralization . Secara umum, desentralisasi diartikan sebagai suatu penyerahan difusi pendelegasian kekuasaan dan kewenangan, dan pendelegasian tanggung jawab, dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk membuat keputusan- keputusan. Ada tiga variasi desentralisasi dalam kaitannya dengan derajat kemandirian pengambilan keputusan yang dilakukan daerah. Pertama , desentralisasi berarti pelepasan tanggung jawab yang berada dalam lingkup pemerintah pusat ke instansi vertikal di daerah atau ke pemerintah daerah. Ini dinamakan dekonsentrasi. Kedua , delegasi yaitu daerah bertindak sebagai perwakilan pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu atas nama pemerintah. Ketiga , devolusi pelimpahan berhubungan dengan suatu situasi yang bukan saja implementasi tetapi juga kewenangan untuk memutuskan apa yang perlu dikerjakan di daerah Bird and Vaillancourt, 2000. Dalam kaitan dengan desentralisasi fiskal, desentralisasi berarti pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah Sebagai landasan operasional desentralisasi fiskal,pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan azas desentralisasi. Kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia . Bidang pemerintahan yang diserahkan kepada daerah kabupaten dan kota adalah: 1 pekerjaan umum, 2 kesehatan, 3 pendidikan dan kebudayaan, 4 pertanian, 5 perhubungan, 6 industri dan perdagangan, 7 penanaman modal, 8 lingkungan hidup, 9 pertanahan, 10 koperasi, dan 11 tenaga kerja. Sedangkan urusan yang menyangkut 1 pertahanan keamanan, 2 hubungan luar negeri, 3 agama, 4 peradilan, dan 5 keuangan dan moneter tetap dipegang oleh pemerintah pusat. Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah PKPPD, adalah sebagai konsekuensi logis dari adanya pengalihan pembiayaan, sarana-prasarana dan sumberdaya manusia kepada daerah. Undang-undang ini mengatur wewenang daerah untuk melakukan pembelanjaan, dan kewenangan memungut pajak. Penyerahan wewenang ini yang dikenal dengan nama desentralisasi fiskal fiscal decentralization. Dalam konteks ini, desentralisasi fiskal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : a mengurangi peran dan tanggung jawab diantara pemerintah pada semua tingkat; b memperhitungkan bantuan atau transfer antar pemerintahan; c memperkuat sistem penerimaan daerahlokal atau merumuskan penyediaan jasa-jasa lokal, d memprivatisasi BUMD; dan e menyediakan suatu jaringan pengaman bagi fungsi redistrubusi. Oleh karena itu, keberhasilan dari desentralisasi fiskal juga dapat dinilai dari sejauhmana fungsi-fungsi tersebut di atas telah dilaksanakan. Menurut Ketetapan MPR RI Nomor XVMPR1998 , penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas , nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dengan diberlakukannya desentralisasi , berarti pula dituntut kemandirian daerah dalam menggerakkan roda pembangunan wilayahnya masing-masing baik dari segi perencanaan , pembiayaan maupun pelaksanaannya. Peran pemerintah pusat lebih sebagai fasilitator pembangunan. Kesempatan diberikan seluas- luasnya kepada pemerintah daerah untuk dapat lebih memberdayakan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan. Partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan tersebut secara langsung berpotensi untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah yang bersangkutan. Artinya desentralisasi memberikan stimulus bagi daerah untuk bertumbuh secara optimal. Optimal dalam pengertian daerah ialah mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan dan dengan cara mereka sendiri.

2.3. Desentralisasi Fiskal