Skenario 6. Peramalan Dampak Peningkatkan PAD 20 dan

Tabel 73 . Dampak Peningkatan PAD 20 dan Pengeluaran Rutin 2.50 Terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah No Peubah Endogen Wilayah Kab Kota 1 Pajak Daerah TAXDA 20.00 20.00 2 Retribusi RETRIB 20.00 20.00 3 Pendapatan Asli Daerah PAD 20.00 20.00 4 Dana Alokasi Umum DAU -0.58 -0.48 5 Bagi Hasil Pajak BHP -0.30 -0.63 6 Penerimaan Pemerintah TGREV 2.30 1.30 7 Fiskal gap FISGAP 9.70 10.19 8 Pengeluaran Rutin RUEXP 2.50 2.50 9 Pengeluaran Pembangunan DEVEXP 1.01 1.05 10 Pengeluaran Pemerintah TGEXP 2.12 2.13 11 Investasi INVDA 1.48 0.90 12 Pembangunan Infrastruktur INFRAS 7.08 8.01 13 Produk Domestik Regional Bruto PDRB 4.62 3.97 14 Kesempatan Kerja BKERJA 3.65 2.93 15 Tingkat Inflasi INFLADA 0.14 0.26 16 Distribusi Pendapatan DISTRIB -1.24 -1.14 Inflasi adalah konsekuensi dari naiknya permintaan dan biaya produksi Namun Inflasi relatif kecil kurang dari 1 jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya pertumbuhan real ekonomi masih positif, dengan kata lain secara keseluruhan masyarakat lebih sejahtera.

8.2.6. Skenario 6. Peramalan Dampak Peningkatkan PAD 20 dan

Pengeluaran Pembangunan 4.76 Terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah. Pengeluaran pemerintah penting selain Pengeluaran Rutin adalah Pengeluaran Pembangunan. Jenis Pengeluaran yang disebut terakhir ini, jumlahnya tidak sebesar jenis yang pertama namun merupakan bentuk peran pemerintah dalam meningkatkan kapasitas produksi daerahnya. Kedua pengeluaran tadi akan meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian. Meningkatkan PAD, artinya adalah menambah beban ekonomi masyarakat. Dengan kata lain ada tekanan terhadap kegiatan berusaha dalam masyarakat. Menurur Hall dan Taylor 1993, bila kebijakan yang bersifat kontrantif meningkatkan PAD diikuti dengan kebijakan yang ekspansif meningkatkan pengeluaran pembangunan dengan nilai yang sama, maka perekonomian mendapat tambahan yang sama dengan tambahan ekspansi tadi karena multiplier effect pengeluaran lebih besar dari multiplier effect pajak. Skenario 6 berakibat penurunan DAU dan Bagi Hasil Pajak BHP kabupaten dan kota masing-masing kurang dari 1.00. Fiskal gap membesar seiring dengan peningkatan Pengeluaran Pemerintah. Skenario 6 , berhasil meningkatkan investasi masing-masing 1.98 di kabupaten dan 2.06 di kota dan Pembangunan Infrastruktur masing-masing 2.40 di kabupaten dan 1.91 di kota Tabel 74. Tabel 74 . Dampak Peningkatkan PAD 20 dan Pengeluaran Pembangunan 4.76 Terhadap Kinera Fiskal dan Perekonomian Daerah No Peubah Endogen Wilayah Kab Kota 1 Pajak Daerah TAXDA 10.00 10.00 2 Retribusi RETRIB 10.00 10.00 3 Pendapatan Asli Daerah PAD 10.00 10.00 4 Dana Alokasi Umum DAU -0.05 -0.07 5 Bagi Hasil Pajak BHP -0.41 -0.81 6 Penerimaan Pemerintah TGREV 2.13 2.60 7 Fiskal gap FISGAP 11.12 10.02 8 Pengeluaran Rutin RUEXP 2.57 2.67 9 Pengeluaran Pembangunan DEVEXP 4.76 4.76 10 Pengeluaran Pemerintah TGEXP 3.25 3.19 11 Investasi INVDA 1.98 2.06 12 Pembangunan Infrastruktur INFRAS 2.40 1.91 13 Produk Domestik Regional Bruto PDRB 4.05 4.55 14 Kesempatan Kerja BKERJA 3.59 3.11 15 Tingkat Inflasi INFLADA 0.02 0.22 16 Distribusi Pendapatan DISTRIB -2.74 -2.73 Skenario 6 berhasil meningkatkan Kinerja Perekonomian secara keseluruhan. Produk Domestik Regional Bruto bertumbuh masing-masing diatas 4.00 di kabupaten dan juga di kota. Kesempatan Kerja masing-masing diatas 3.00 . Distrubusi Pendapatan juga membaik dengan laju rata-rata diatas 2.00. Inflasi yang terjadi relatif kecil kurang dari 1 jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi . Artinya pertumbuhan real ekonomi masih positif di kabupaten 4.03 dan di kota 4.33.

8.2.7. Skenario 7. Peramalan Dampak Realokasi Anggaran Rutin 20 menjadi Anggaran Pembangunan 38.1