hibridisasi, mengacu pada sensibilitas perjalanan budaya postmodern Muhammad Hisyam. 2008.
Dalam Islam masyarakat diberi otonomi oleh Allah untuk menjalani proses sosial sebagai konsekuensi hidup bersama
22
. Kualitas kehidupan masyarakat menentukan perubahan ke arah yang bersifat progresif maju atau
sebaliknya mengalami kemunduran. Dalam situasi ini, ajaran Islam menegaskan bahwa suatu masyarakat kaum mempunyai otonomi atau kesempatan dan
kewenangan untuk mengubah keadaannya sendiri atau tidak. Tuhan memberikan kepercayaan kepada suatu kaum untuk berupaya mengubah keadaannya dari
situasi mundur terbelakang menjadi situasi yang maju baik secara lahiriah maupun batiniah. Dengan kata lain, ajaran Islam menghendaki adanya kerja keras
yang aktif dari sebuah masyarakat, bukan sikap pasif yang fatalistik menerima keadaan.
Otonomi yang diberikan Tuhan kepada manusia, mengisyaratkan kepada manusia agar membangun upaya rekayasa sosial social engineering menuju
keadaan yang
dicita-citakan. Upaya
ini memerlukan
perencanaan, pengoganisasian, penggerakan dan pengendalian secara sistematis agar bisa
berjalan efektif dan efisien. Upaya ini juga membutuhkan ‘perangkat keras’ berupa organisasi sosial, baik yang bersifat legal formal, seperti negara dengan
lembaga-lembaganya, maupun organisasi informal, seperti perkumpulan warga, dan sebagainya. Pelembagaan dan birokratisasi ini memang bukan satu pilihan
yang wajib diambil tetapi prinsip-prinsipnya diperlukan agar proses rekayasa sosial bisa berjalan optimal. Upaya ini dengan sendirinya merupakan proses
perubahan sosial yang memerlukan peran serta dari segenap unsur masyarakat. Dengan kata lain, diperlukan para agen perubahan sosial yang berkhidmat bagi
kemajuan masyarakat disertai kesadaran bahwa semua upaya yang dilakukan mempunyai dimensi spriritual karena tentu saja penentu segala keberhasilan
adalah Allah SWT. Dalam Kitab Al Quran, Tuhan jelas-jelas menegaskan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum tersebut berupaya untuk
mengubahnya.
23
Sebagai agama yang mengandung prinsip-prinsip etika, Islam mempunyai konsep nilai dalam tujuan perubahan sosial dengan menyediakan
tujuan yang mesti dicapai oleh sebuah masyarakat. Masyarakat tidak dibiarkan menjalani proses tanpa tujuan, tetapi diarahkan untuk menuju kondisi ideal yang
dicita-citakan. Masyarakat ideal yang dicita-citakan Islam adalah masyarakat yang anggota-anggotanya saling mencintai tahabub, saling menasehati tawashi dan
tanahi, memiliki rasa persaudaraan ta’akhiy, bekerja sama ta’awun, saling mengajar ta’alum, saling menghibur tawasi, dan saling menemani tashaduq
dan ta’anus
24
dan pada puncaknya adalah tercapainya kemenangan falah
25
yaitu keseimbangan hidup dunia dan akhirat.
22
Al qur’an Surat Ar-ra’du ayat 11:“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
23
Al-Jalalain, Tafsir al-Jalalain, dicetak dalam Tasir al-Shawy, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. II, Hal. 267
24
Bisa di lihat : Ismail Raji Al-faruqi, Tauhid, Bandung: Penerbit Pustaka, 1995,
2.7 Kapitalisme dan Ekonomi Islam.
Teori-teori tentang nilai-nilai Kapitalisme dan ekonomi Islam yang dibahas pada sub bab 2.6. digunakan sebagai acuan teoritik tujuan 6 penelitian
dan kegunaan 6 penelitian yaitu, Menganalisis dan mengkonstruksi struktur dan nilai-nilai ekonomi pesantren untuk dielevasi sebagai alternatif model ekonomi,
dengan tujuan tersebut didapatkan konstruksi Perbedaan ekonomi Pesantren dengan Ekonomi kapitalis.
Talcot Parson 1977 mengatakan bahwa ekonomi
26
merupakan salah satu segmen dari perubahan-perubahan sosial. Perubahan yang terbesar di
penghujung abad 19 adalah ketika ekonomi dunia dikuasai oleh kapitalisme. Weber dalam Randall Collins,1980 menyebutkan bahwa kapitalisme adalah
upaya manusia untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan kegiatan- kegiatan usaha yang dikelola secara pribadi. Kegiatan usaha yang dimaksud
bukanlah sekedar perdagangan dan pertukaran barang saja. Menurutnya, kapitalisme harus mengandung aspek kunci, yakni 1 menggunakan
penghitungan akuntansi, yaitu sistem penghitungan pengeluaran dan pemasukan berdasarkan tata pembukuan modern, 2 tenaga kerja yang bebas dan bisa
berpindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya, 3 adanya pengakuan hak milik pribadi, 4 adanya pasar perdagangan yang tidak dibatasi oleh aturan-
aturan yang tidak rasional, dan 5 adanya hukum yang mengikat anggota masyarakat. Weber juga memasukkan teknologi sebagai komponen kapitalisme.
Sebab hanya dengan teknologi produksi skala besar bisa dihasilkan.
Randall Collins 1980 menggambarkan konsep kapitalisme Weber dengan skema yang disebutnya The Weberian Causal Chain. Ada tiga kelompok
kondisi masyarakat untuk bisa menciptakan komponen-komponen kapitalisme. Tiga kelompok itu disebut dengan ultimate conditions, background conditions,
dan intermediate conditions. Ultimate conditions adalah faktor-faktor dasar, diantaranya adalah adanya administrasi tertulis yang tercatat, teknologi, sarana
komunikasi dan sarana transportasiyang mendukung sebagai infrastruktur, serta Institusi-institusi agama sebagai suprastruktur. Faktor-faktor tersebut akan
melahirkan background conditions yaitu birokrasi negara dan sistem
25
Terdapat dua hal pokok yang kita perlukan dalam memahami bagaimana mencapai tujuan hidup, yaitu pertama tujuan untuk mencapai falah dan yang kedua tujuan mashlahah. a. Falah Secara
literal berarti kemuliaan dan kemenangan, yaitu kemuliaan dan kemenangan dalam hidup.Menurut islam falah dapat dimaknai sebagai keberuntungan di dunia dan di akhirat.
b. Mashlahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia
26
Dalam Islam kegiatan sosial-ekonomi muamalah mempunyai cakupan luas dan fleksibel,. kehidupan bisnis dan transaksi harus berbasiskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Syariah yang
bersumber dari Al Quran dan Hadits serta dilengkapi dengan Al Ijma dan Al Qiyas. Sistem perekonomian Islam, Sistem Ekonomi Islam mempunyai beberapa tujuan, yakni:1.
Kesejahteraan Ekonomi dalam kerangka norma moral Islam dasar pemikiran QS. Al-Baqarah ayat 2 168, Al-Maidah ayat 87-88, Al-Jumu’ah ayat 10; 2.Membentuk masyarakat dengan
tatanan sosial yang solid, berdasarkan keadilan dan persaudaraan yang universal Qs. Al- Hujuraat ayat 13, Al-Maidah ayat 8, Asy-Syu’araa ayat 183 3.Mencapai distribusi pendapatan
dan kekayaan yang adil dan merata QS. Al-An’am ayat 165, An-Nahl ayat 71, Az-Zukhruf ayat 32; 4.Menciptakan kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial QS.Ar-Ra’du ayat
36, Luqman ayat 22.
kewarganegaraan, dari sanalah kemudian memunculkan intermediate condition yaitu adanya kepastian hukum dan etika ekonomi tunggal non dualistic
economic ethic. Keseluruhan inilah yang membentuk komponen-komponen masyarakat kapitalisme.
Tujuan utama ekonomi islam menurut As-Shatibi 2013 adalah mencapai kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan terhadap lima
ke-mashlahah-an, yaitu keimanan, ilmu, kehidupan, harta, dan kelangsungan keturunan. Dalam ekonomi islam keimanan merupakan pondasi perilaku individu
dan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan keimanan secara benar, akan mampu membentuk preferensi, sikap, keputusan, dan perilaku yang mengarah pada
perwujudan mashlahah untuk mencapai falah. Mashlahah dapat dicapai apabila manusia hidup dalam keseimbangan, kehidupan yang seimbang merupakan esensi
ajaran islam. Ekonomi islam bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang seimbang, seperti keseimbangan fisik-mental, material-spiritual, individu-sosial,
masa kini-masa depan, dan dunia-akhirat. Keseimbangan fisik dengan mental dan keseimbangan material dengan spiritual dapat menciptakan kesejahteraan bagi
manusia. Perhatian
utama ekonomi
islam adalah
bagaimana manusia
meningkatkan kesejahteraan material dan spiritual. Sebab aspek spiritual harus bersamaan dengan material.
M.A. Manan 1992 menyatakan bahwa ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh
nilai-nilai islam. Sementara itu, H. Halide berpendapat bahwa yang di maksud dengan ekonomi islam ialah kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang dii
simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi. Daud Ali, 1988. Dengan demikian Sistem ekonomi islam adalah
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang di simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang di dirikan atas landasan
dasar-dasar tersebut yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masa.Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam didasarkan kepada : 1 Berbagai sumber daya dipandang
sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia. 2 Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu. 3 Kekuatan penggerak
utama ekonomi Islam adalah kerja sama. 4 Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja. 5 Ekonomi Islam
menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang. 6 Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah
memenuhi batas nisab 7 Islam melarang riba dalam segala bentuk.
2.8 Kelas Menengah.
Sistem berlapis-lapis dalam sosiologi dikenal sebagai “Social Stratification”, yang biasa disebut dengan kelas sosial. Kelas juga tidak selalu
mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas
dalam masyarakat disebut class system Soekanto.18 Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh
masyarakat umum. Kelas sosial dapat didefinisikan sebagai suatu strata lapisan