anggota aktif Baitul Mal wa Tamwil BMT Sidogiri yaitu lembaga keuangan yang didirikan oleh alumni PP.Sidogiri yang berafiliasi dengan PP.Sidogiri.
Ketakziman pada kyai tetap terjadi di rumah kyai, tetapi di PP.Sidogiri ketakziman pada Kyai bukan merupakan sumber pemasukan yang besar.
7.3.1.2. Komunitas Majlis Taklim di Pesantren Melihat dari tujuannya sebagai lembaga dakwah pada prinsipnya majlis
taklim adalah lembaga terbuka. Siapapun yang berniat dan ingin mendalami ilmu agama yang diampu oleh kyai dapat menjadi anggotanya. Namun komunitas
majlis taklim biasanya dibentuk oleh kesamaan-kesamaan tertentu. Baik di PP.Sidogiri maupun di PP.Sidogiri, komunitas yang terbentuk adalah 1
komunitas santri aktif, yaitu mereka yang masih atau sedang menjalani proses “nyantri” di pesantren. 2 komunitas alumni pesantren, yaitu mereka-mereka yang
sudah selesai menjalani proses nyantri dan sudah tinggal di luar komplek pesantren. 3 komunitas umum, yaitu mereka-mereka yang tidak mengalami
proses menjadi santri, namun kemudian aktif secara rutin di pengajian atau majlis kyai.
Komunitas santri aktif memiliki lembaga perekat dengan kyai-nya melalui kegiatan majlis kyai reguler. Pada Majlis kyai reguler inilah para santri
berebut untuk mendapat perhatian kyai-nya. Dikenal secara pribadi oleh kyai merupakan kebanggan tersendiri bagi para santri. Pada setiap kegiatan majlis kyai
para santri berlomba-lomba untuk bisa duduk paling dekat dengan kyai-nya. Kedekatan secara fisik dengan kyai bukan hanya akan memudahkan menerima
materi pengajaran, tetapi bagi santri kedekatan dengan kyai secara sufistik berarti dekat dengan “kekaromahan”. Dalam dunia pesantren penguasaan materi saja
tidaklah cukup menjadikan seorang santri akan berhasil di masyarakat, seorang santri akan dipandang di masyarakat jika ia juga membawa kekaromahan kyai.
Komunitas alumni, memiliki lembaga perekat dengan kyainya melalui kegiatan majlis tahunan yaitu pada kegiatan haul. Para santri sebisa mungkin
untuk hadir dalam acara ini. Alumni yang tidak hadir merasa rugi karena kehilangan kesempatan men”charging” kedekatannnya dengan kyai. Sekali lagi
bahwa acara haul semacam ini lebih tinggi nilai sufistiknya dari pada tujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang ajaran agama. Ajang haul menjadi
semacam reuni akbar bagi para alumni. Di antara mereka saling memberi kabar keluarga, dan tukar menukar informasi lainnya seputar aktivitas yang mereka
jalani. Pada acara haul ini, ikut pula komunitas umum mereka membaur dengan komunitas santri dan alumni.
Di PP. Sidogiri majlis-majlis kyai baik yang reguler menciptakan komunitas yang disebut keluarga besar Sidogiri, dari sini melahirkan turunan
komunitas yang lebih spesifik seperti keluarga Nelayan Sidogiri, keluarga Dagang Sodogiri, kelaurga Guru Tugas Sidogiri, bahkan sampai kepada komunitas
aktivitas sangat spessifik Keluarga Gowes Sidogiri. Komunitas-komunitas ini terbentuk karena awalnya sesama peserta majlis kyai.
DI. PP. Raudaltul ulum majlis-majlis kyai menciptakan satu komunitas yang disebut komunitas Tarikah Naqsabandiyyah Qodiriyyah dengan sekte
Syadziliyah. Komunitas Tarikah Naqsabandiyyah Qodiriyyah PP. Raudlatul ulum bergabung dengan komunitas tarikah Naqsabandiyyah Qodiriyyah se Indonesia
bahkan se-Asia Tenggara. Kedudukan Kyai Dimyati sebagai salah satu mursyid
utama tarikah Naqsabandiyyah Qodiriyyah menjadikan PP. Raudlatul Ulum sebagai salah satu tempat yang banyak dikunjungi oleh komunitas tarikah
Naqsabandiyyah Qodiriyyah dari mana-mana terutama pada acara haul di bulan Maulid.
7.3.1.3. Peran dan Posisi Kyai di Komunitas Majlis Taklim di Pesantren
“ Bukan majlis taklim jika di dalamnya tidak ada seorang guru yang
dipercayai” itu adalah ungkapan yang paling lazim di masyarakat pesantren. Yang dimaksud dengan guru yang dipercayai disini adalah kyai. Bahkan untuk majlis
tasawuf yang dimaksud guru di sini adalah mursyid. Dengan demikian dari banyak ruang yang ada di pesantren, selain ruang rumah kyai, majlis taklim
merupakan ruang dimana peran dan posisi kyai menjadi sangat penting.
Di majlis taklim yang dipimpinnya kyai berhak menentukan materi pengajaran, asisten, metoda bahkan waktu pelaksanaan majlis taklim. Sekalipun
pelaksanaan di masjid yang sudah memiliki nadhir, Kyai dalam acara pengajian yang dipimpinnya masih berhak atas ketakziman yang ditujukan kepadanya secara
pribadi. Pada saat majlis taklim kyai dilaksanakan semua entitas lebur menjadi personifikasi kyai. Pada majlis semacam inilah kualitas dan khrisma seorang kyai
dapat dilihat. Dengan kata lain peran dan posisi Kyai di dalam ruang majlis taklim sangatlah dominan.
7. 4. Madrasah di Lingkungan Pesantren
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, pengajaran di pesantren saat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengajaran
melalui kegiatan majlis taklim yang lebih bersifat non formal dengan pengajaran yang dilakukan secara formal berkurikulum di madarasah.Kehadiran madrasah
merupakan resultanta dari dua arus kekuatan. Di satu sisi madrasah yang selanjutnya disebut madarasah diniyah adalah produk negara yang menginginkan
ada pengaturan negara terhadap pelaksanaan pendidikan di lingkungan pesantren. Negara memiliki alasan yang kuat bahwa memformalkan pendidikan agama di
pesantren dalam rangka mennyetarakan dengan pendidikan umum lainnya. masyarakat pun mempunyai kepentingan, bahwa untuk memasuki lapangan
pekerjaan dan melanjutkan pendidikan formal memerlukan ijazah, dan sistem pendidikan madarasah diniyah dapat menjawab hal tersebut.
Madrasah berasal dari bahasa Arab yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar
mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum Abu Hamid 1983. Menurut pengertian Madrasah secara
umum dapat diartikan sebagai sekolah umum yang bercirikhas Islam yang menjadi bagian keseluruhan dari sistem pendidikan nasional Malik Fadjar.1998.
Dalam sejarahnya, Keberadaaan madrasah diniyah di awali diawali dengan lahirnya Madrasah Awaliyah. Pengembangan secara luasnya terjadi pada masa
Penjajahan Jepang. Majelis tinggi Islam yaitu lembaga berkumpulnya kyai-kyai nahdlatul Ulama menjadi penggagas sekaligus penggerak utama berdirinya
Madrasah-Madrasah Awaliyah yang diperuntukkan bagi anak-anak berusia
minimal 7 tahun. Program Madrasah Awaliyah ini lebih ditekankan pada pembinaan keagamaan yang diselenggarakan sore hari. Maksum 1999.
Dalam perkembangannya, Madrasah Diniyah yang didalamnya terdapat sejumlah mata pelajaran umum disebut Madrasah lbtidaiyah. sedangkan Madrasah
Diniyah khusus untuk pelajaran agama. Seiring dengan munculnya ide-ide pembaruan pendidikan agama, Madrasah Diniyah pun ikut serta melakukan
pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi penyelenggaraan Madrasah Diniyah melakukan modifikasi kurikulum yang dikeluarkan Departemen Agama,
namun disesuaikan dengan kondisi lingkungannya, sedangkan sebagian Madrasah Diniyah menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan dan persepsinya
masing-masing.
Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah, Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk
memenuhi Permintaan masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam. Pemerintah menetapkan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang
menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30 disamping mata pelajaran umum Maksum
1999.
Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara menerus memberikan
pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang
pendidikan yaitu: 1.Diniyah Awaliyah,Madrasah Diniyah Awaliyah, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar selama selama 4
empat tahun dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu. 2 Diniyah Wustho, Madrasah Diniyah Wustho, dalam menyelenggarakan pendidikan agama
Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah, masa belajar selama selama 2 dua
tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu. 3 Diniyah Ulya, Madrasah Diniyah Ulya, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam
tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan mengembangkan pendidikan Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 dua tahun dengan jumlah jam belajar
18 jam per minggu.
Di Pondok Pesantren Sidogiri, Pendidikan madrasahmadrosiyah– diniyah klasikal bernama Madrasah Miftahul Ulum MMU. Madrasah diniyah
yang diterapkan di PP.Sidogiri tidak mengacu kepada kuriulum dan tingkatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Madrasah Diniyah di PP. Sidogiri menggunakan
kurikulum dan tingkatan sebagaimana yang telah diwariskan oleh kyai-kyai pendahulu. Kurikulum dan tingkatan yang digunakan sudah dipakai sejak awal
didirikannya madrasah Miftahul Ulum. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum klasik diniyah berupa kitab kuning yang biasa dipakai di berbagai
pesantren pada umumnya, dan diramu dengan metode yang relevan serta tidak meninggalkan makna ala-jawa guna menentukan kedudukan nahwiyah dan
sharraf-nya, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.Madrasah Miftahul Ulum ini dibagi menjadi empat tingkat: Sifir satu
tahun, Ibtidaiyah enam tahun. Kegiatan belajar mengajarnya dilaksanakan di
pagi hari. Sebelum memasuki kelas 5 Ibtidaiyah, para santri harus meyelesaikan program idadiyah. Tsanawiyah tiga tahun, Aliyah Tarbiyatul Muallimin tiga
tahun, dilaksanakan di sore hari. Di samping itu, masih ada jenjang pendidikan persiapan yang diberi nama Isti’dadiyah. Jenjang ini menggunakan program
khusus dan diselesaikan hanya dalam waktu 1 tahun.
7. 4.1. Pembiayaan Madrasah di Lingkungan Pesantren Pembiayaan pendidikan merupakan komponen masukan instrumental
instrument input yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan
biaya, sehingga tanpa biaya, proses pendidikan tidak akan berjalan. Secara umum pembiayaan pendidikan dipahami secara makro, berorientasi pada peran
pendidikan sebagai investasi konsep human capital yang akan meningkatkan pendapatan mereka di masa depan melalui peningkatan life time learnings Sagala
2009. Sedang secara mikro berorientasi kepada kemampuan Institusi madrasah untuk dapat mencarimemperoleh dan mengalokasikan pembiayaan pendidikan
secara efisien, efektif dan produktif. Hal ini didukung oleh kemampuan institusi madrasah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, yang sangat tergantung
dari otonomi dan profesionalisasi institusi tersebut.
Di Indonesia saat ini Strategi pengelolaan pendidikan mengedepankan kerjasama antara berbagai pihak di antaranya orang tua masyarakat , sekolah
lembaga pendidikan, dan institusi sosial lain seperti dunia usaha atau dunia industri, lebih dikenal dengan istilah the collaborative school management yang
pada perkembangan selanjutnya menjadi model pengelolaan sekolah yang dinamakan school based management atau Manajemen Berbasis Sekolah MBS”.
Manajemen Berbasis Sekolah MBS merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang
ditandai adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi, Suryosubroto 2004. Penyelenggaraan pendidikan di Madrasah ini juga
tak luput dari variasi permasalahan pembiayaan pendidikan. Permasalahan ini berkisar pada modal dasar, penyediaan, sumber-sumber, alokasi, efisiensi,
efektifitas, serta tingkat keproduktifkan pembiayaan yang digunakan. Masalah ini menghambat proses pencapaian efektifitas madrasah. Raihani 2011
menyatakan: sekolah dikatakan efektif jika mempunyai kapasitas untuk memaksimalkan pencapaian tujuan-tujuan dan fungsi-fungsi sekolah.
Untuk meningkatkan kualitas madrasah agar semua proses dan kegiatan penyelenggaraan pendidikan untuk memenuhi harapan para stakeholdernya
membutuhkan pengelolaan biaya yang profesional baik dalam penggalian sumber dana maupun pendistribusian dananya. Untuk itu madrasah hendaknya memenuhi
standar pembiayaan minimal. Pembiayaan yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan SDM dan modal kerja tetap. Adapun biaya personal mencakup biaya-biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelajutan biaya operasi madrasah mencakup: 1 Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta
segala tunjangan yang melekat pada gaji. 2 Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai. 3 Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa,
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, komunikasi, pajak, asurasi dan lain-lain Sutarno 2014.
Penerimaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dilingkungan departemen agama Madrasah-madrasah negeri, nampaknya menganut pola
paduan antara pengaturan pemerintah pusat dengan dan madrasah. Dalam hal ini ada beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang intinya pihak
madrasah
tidak boleh
menyimpang dari
petunjuk penggunaan
atau pengeluarannya dan madrasah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat
mikro kelembagaan. Dengan demikian, pola manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah terbatas pada pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu
kebijakan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah adalah adanya pencarian tambahan dana dari masyarakat, selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan
sesuai tatanan yang lazim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian, sesuai dengan amanat otonomi daerah dan desentralisai pendidikan
dengan pengembangan konsep manajemen berbasis madrasah, maka madrasah memiliki kewenangan dan kekuasaan yang cukup lebar dalam kaitannya dengan
manajemen pembiayaan untuk mencapai efektifitas pencapaian tujuan madrasah Sutarno 2014.Sumber keuangan dan pembiayaan untuk madrasah secara garis
besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber yaitu: 1 Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus
dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan. Yang dimaksud keuangan dari negara ialah meliputi pembuatan gaji pegawai atau guru dan belanja barang. 2
Orang tua atau peserta didik. 3 Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.
Di PP. Sidogiri pembiayaan terkait dengan pengeluaran untuk biaya operasional memiliki kesamaan dengan madrasah-madrasah pada umumnya di
tempat lain yaitu meliputi 1 Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji. 2 Bahan atau peralatan pendidikan habis
pakai. 3 Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, , komunikasi dan lain-lain.
Untuk Gaji pendidik, di PP. Sidogiri tidak mengenal jenjang kepangkatan sebagaimana umumnya di madrasah-madrasah negeri. Mengajar lebih dikaitkan
dengan istilah “berhikmah”, namun demikian PP. Sidogiri memberi perhatian sekalipun tidak dalam bentuk asuransi, PP. Sidogiri memberikan jaminan kepada
guru untuk pendidikan anak-anak dan kesehatan keluarga mereka.
PP. Sidogiri tidak mau menerima sumbangan atau bantuan dari pemerintah untuk pembiayaan madrasah. Penerimaan bersumber dari 1 Orang tua
atau peserta didik. 2 Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat. Ketidakmauan PP. Sidogiri menerima sumbangan pemerintah disebabkan
beberapa alasan : 1 PP. Sidogiri yakin bahwa pembiayaan untuk pesantren akan cukup dari kalangan sendiri pengasuh, pengurus dan keluarga besar santri,
prinsipnya PP. Sidogiri akan beroperasi sesuai dengan kemampuan diri sendiri. 2 menerima bantuan dikhawatirkan menimbulkan tuntutan dari yang memberi
sumbangan, dan belum tentu tuntutan itu sesuai dengan filosofi, azas dan tujuan dari pendirian pesantren. 3 melatih untuk istiqomah untuk tidak bergantung
kepada fihak lain sesuai dengan syariat Islam. 4 dengan semangat nomor 3, mengingatkan kepada seluruh keluarga besar PP. Sidogiri untuk mencurahkan
tenaga dan fikiran untuk keberlangsungan pengajaran dan dakwah Islam melalui
pondok pesantren. 5 Memantapkan filosofi “ menciptakan air yang bening” harus dari sumber yang bening, arahan kyai adalah salah satu mata air menghasilkan
sumber yang bening .
115
PP.Sidogiri memungut bayaran untuk pendidikan madrasah yang terdiri dari 1 uang pangkal masuk, yang dibayarkan sekali selama mengikuti kegiatan
pesantren. 2 Uang Bangunan, yang dibayarkan sekali selama mengikuti kegiatan pesantren, dan 3 Uang admininistrasi yang dibayarkan setiap tahun selama
mengikuti pendidikan pesantren di PP.Sidogiri. uang administrasi ini juga bertujuan untuk mendata apakah santri tersebut melanjutkan atau boyong keluar,
Drop out dari pesantren. Besarnya biaya patokan pada tahun 2015 , tahun ajaran 1435-1436 H, sebagai berikut Uang pangkal masuk Rp. 200 000. Uang
bangunan, Rp.1 000 000. dan uang Administrasi Rp. 150 000. Dari Uang yang disetorkan tersebut para santri mendapatkan hak : 1 otomatis menjadi anggota
koperasi pesantren, dan mendapt hak SHU pesantren setiap tahunnya. 2 berhak mendapatkan tempat menginap di asrama secara gratis, 3 berhak mendapatkan
fasilitas kesehatan di poliklinik PP.Sidogiri secara gratis.
Dengan Jumlah santri sebesar 7.462 orang, maka setiap tahun dari uang administrasi PP. Sidogiri mendapat masukan sebesar Rp. 1 119 300 000 Satu
Milyar Seratus Sembilas Juta Tigaratus Ribu Rupiah. Dari uang pangkal dan uang bangunan yang dibayarkan santri baru yang rata-rata masuk adalah sekitar
300 orang per tahun PP. Sidogiri mendspst pemasukan sekitar Rp.345 000 000, maka penerimaan Total dari peserta didik hanya sekitar Rp. 1 464 300 000. Satu
Milyar Empat Ratus Enampuluh Empat Juta Tigaratus Ribu Rupiah. Angka ini jauh di bawah kebutuhan biaya operasional pesantren yang hampir mendekati
angka Rp. 10 000 000 000 Sepuluh Milyar Rupiah. Maka untuk menutupinya PP. Sidogiri mendapatkan dari dua sumber yaitu pertama sumber internal dari
hasil usaha Koperasi dan hasil usaha non koperasi toko, bazar, pameran dan usahabisnis lainnya yang dikelola oleh manajemen PP.Sidogiri, kedua sumber
eksternal yaitu dari dana sosial BMT UGT sidogiri, BMT Maslahah dua lembaga keuangan yang berafiliasi dengan PP. Sidogiri dan Deviden SHU Koperasi BMT
Sidogiri. Kebutuhan angka sekitar 8.5 Milyar per tahunnya dapat ditutupi dari sumber-sumber tersebut.
7. 4.2. Peran dan Posisi Kyai di Madrasah di Lingkungan Pesantren Formalisasi sistem pendidikan, dengan kurikulum terstruktur yang ketat
di madrasah-madrasah telah menjauhkan dari sentuhan cara mendidik kyai yang lentur. Adanya tekanan pemerintah dan preferensi masyarakat tentang pendidikan
tidak dapat dibendung oleh pesantren dengan sikap yang kaku. Kyai tidak menolak kehadiran sistem pedidikan klasikal class meet yang menggantikan
sistem sorogan atau bandongan, sepanjang materi yang diberikan dalam sistem
115
Kelima hal tersebut adalah kesimpulan saya, yang saya dapat dari diskusi dengan pengasuh PP. Sidogiri, Kyai Nawawi Abdul Jalil, dan saya konfirmasi dengan pancawarga PP.Sidogiri dan
juga kepada manajemen pengelola PP. Sidogiri. Pertanyaan yang saya ajukan adalah mengapa, PP.Sidogiri tidak mau menerima bantuan pemerintah atau negara. Khusus untuk kesimpulan
nomor lima adalah hasil diskusi tentang filosofi pesantren yang secara khusus saya diskusikan dengan Kyai Nawawi, pada kesempatan diskusi tentang tasawuf.
klasikal masih mengajarkan kitab-kitab yang secara tradisi digunakan kitab-kitab kuning.
Madrasah juga menjadi jenjang lembaga untuk menyiapkan para santri untuk memasuki jenjang kelas majlis kyai. Dalam hal ini kyai diuntungkan karena
tidak harus telibat secara mendalam untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar keagamaan seperti, membaca alqur’an, membaca huruf arab dan huruf pegon
arab gundul , ilmu nahwu wa sharaf yang dibutuhkan untuk thalaatul –kitab membedah kitab.
Kyai memberikan kewenangan pengelolaan manajerial kepada fihak lain, seperti di PP. Sidogiri, madrasah masing-masing tingkatan dipimpin oleh kepala
Sekolah. Setiap tingkatan sekolah mempunyai senat akademik yang mengatur kurikulum. Menyangkut pembiayaan, diserahkan kepada Pengelola pondok
pesantren manajemen PP. Sidogiri. Kyai hanya terlibat pada pengawasan materi-materi yang akan diajarkan di madrasah.
7.5. Aktivitas dan Ruang- Ruang baru di Lingkungan Pesantren 7.5.1. Bisnis di Pesantren
Ada dua paradigma yang menghinggapi pandangan kalangan keluarga
pesantren. Pertama, adalah paradigma pesantren sebagai lembaga keulamaan. Dalam konteks ini pesantren dipahami hanya sebagai tempat pengajaran dan
pembelajaran agama untuk mencetak ulama yang nantinya diterjunkan ke tengah masyarakat. Untuk itu dipandang naif mengembangkan pesantren untuk keperluan
diluar kerangka pendidikan agama dan keulamaan. Kedua, paradigma pesantren sebagai pusat pengembangan masyarakat. Paradigma ini beranggapan bahwa
pesantren merupakan lembaga yang pantas dan strategis untuk pengembangan masyarakat sekitar. Pesantren dianggap mempunyai elastisitas yang tinggi dalam
mensikapi setiap bentuk masyarakat yang ada Yoyok Rimbawan 2010
Pondok pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan padanya, sesungguhnya berujung pada tiga fungsi utama yang senantiasa
diemban yaitu: pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama center of excellence. Kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya
manusia human resource. Ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat agent of development. Pondok
pesantren juga dipahami sebagai bagian yang terlibat dalam proses perubahan sosial social change di tengah perubahan yang terjadi A. Halim 2005.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam mencetak kader-kader pemberdayaan masyarakat tersebut, seperti yang ditetapkan oleh pondok pesantren adalah: 1
menumbuh-kembangkan jiwa wirausaha dikalangan santri dan masyarakat; 2 menumbuh-kembangkan sentra dan unit usaha yang berdaya saing tinggi; 3
membentuk
Lembaga Ekonomi
Mikro berbasis
nilai Islam;
dan 4mengembangkan jaringan ekonomi dan pendanaan di pesantren baik horisontal
maupun vertikal. Salah satu prinsip dalam pemberdayaan adalah penguasaan terhadap kemampuan ekonomi yaitu, kemampuan memanfaatkan dan mengelola
mekanisme produksi, distribusi, pertukangan dan jasa. Kemampuan dalam konteks ini menyangkut kinerja individu yang merupakan wujud kompetensi
individu tersebut dapat meningkat melalui proses pembelajaran maupun terlibat langsung di lapangan, seperti kompetensi mengelola ekonomi. Kemampuan
pengetahuan dan
keterampilan pengelola
ekonomi yang
perlu ditingkatkanadalah
menyangkut aspek:
1 sumberdaya
manusia; 2
kewirausahaanenterpreneurship; 3 administrasi dan manajemen organisasi; dan 4 teknis pertanian Ahmad farozan 2006.
Para ulama menyadari bahwa pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu instrumen dalam mencapai kompetensi kerja. Pemberdayaan yang
dilakukan oleh pesantren terhadap santrinya yaitu pemberdayaan melalui peningkatkan kompetensi ekonomi para santri tidak harus dengan mengubah
kurikulum pesantren. Peningkatan kompetensi dilakukan melalui penugasan- penugasan di lingkungan pesantren. Para santri ditugasi untuk mengelola unit-unit
kegiatan ekonomi yang ada. Pesantren bukanlah tempat untuk mempelajari teori- teori ekonomi, tetapi pesantren dapat menjadi tempat penerapan empirik aktivitas
ekonomi. Dengan demikian para santri tersebut setelah berada kembali di lingkungan masyarakatnya ~ selain sebagai kader-kader pemberdaya ekonomi, di
samping peran utamanya sebagai ustadzustadzah yang mempunyai kemampuan dalam bidang ilmu agama Islam juga dapat menjadi panutan yang baik dalam
bidang ekonomi.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara mendasar dan substantif, pesantren memiliki jaringan internal dan eksternal. Dari situ pesantren dapat mebuat
berbagai aktivitas. Aktivitas internal berupa konsolidasi dan koordinasi ke dalam dengan membangun solidaritas dan komitmen. Sedang aktivitas eksternal berupa
usaha-usaha pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat Yoyok Rimbawan 2010 Kedua kegiatan tersebut dapat dipandang sebagai upaya-upaya pesantren
membangun kemandiriannya dalam bidang ekonomi dengan mengoptimalkan modal sosial dari dalam internal dan dari luar ekternal. Modal sosial di sini
diartikan sebagai bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi
tindakan-tindakan yang terkoordinasi Putnam 2000. Modal sosial juga didefinisikan sebagai kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam
sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang
dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama Fukuyama 1995. Bentuk konkret dari modal sosial di
lingkungan pesantren adalah munculnya ruang-ruang baru yang secara tradisi sebelumnya tidak pernah ada.
7.5.2 Koperasi di Lingkungan Pesantren Bentuk konkret modal sosial internal adalah hadirnya lembaga koperasi
di lingkungan pesantren. Koperasi merupakan satu lembaga yang diadopsi dari negara-negara Barat,yaitu coperation yang artinya bekerja sama. Secara
terminologi, koperasi ialah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama dengan penuh
kesabaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan Putnam 2000. Koperasi dapat diterima di lingkungan pesantren
karena sebagian ulama menganalogikan koperasi dengan syirkah ta’awuniyah
persetujuan tolong menolong yaitu suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha sedangkan pihak lain
melakukan usaha atas dasar membagi untung menurut perjanjian. Dalam koperasi ini terdapat unsur mudharabah karena satu pihak memiliki modal dan pihak lain
melakukan usaha atas modal tersebut Ghufron 2002.
Koperasi di lingkungan pesantren menyebut dirinya sebagai koperasi syariah. Koperasi Syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional
melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya. Konsep pendirian Koperasi
Syariah menggunakan konsep Syirkah Mufawadhoh yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih, masing-masing
memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-masing mitra partner saling
menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Dan tidak diperkenankan salah seorang memasukan modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan
yang lebih besar pula dibanding dengan partner lainnya Muhammad Wasitho 2010.
Azas usaha Koperasi Syariah berdasarkan konsep gotong royong, dan tidak dimonopoli oleh salah seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal
keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita harus dibagi secara sama dan proporsional Heri Sudarsono 2005. Koperasi berdasarkan prinsip
syariah telah ada sejak abad III Hijriyah di Timur tengah dan Asia Tengah. Bahkan, secara teoritis telah dikemukakan oleh filosuf Islam Al-Farabi. As-
Syarakhsi dalam Al-Mabsuth, sebagaimana dinukil oleh M. Nejatullah Siddiqi dalam Patnership and Profit Sharing in Islamic Law, ia meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. Pernah ikut dalam suatu kemitraan usaha semacam koperasi, di antaranya dengan Sai bin Syarik di Madinah.
116
Keberaadaan koperasi di pesantren dapat dilihat sebagai terobosan pimpinan pondok kyai untuk memfasilitasi dan mengkoordinasi modal sosial
internal yang dimilikinya,seperti : kepercayaan norma dan jaringan ke dalam bentuk usaha-usaha nyata real business yang melibatkan para santri dan
pengelola pesantren. Koperasi juga secara syariah dipandang sebagai sarana untuk membangun solidaritassesuai dengan semangat Islam untuk menolong yang
lemah. Sebagaimana diungkapkan oleh pimpinan PP. Sidogiri
117
bahwa kelahiran koperasi di pesantren adalah tempat untuk mengekspresikan konsep keadilan dan
kebebasan, yang menjadikan koperasi pesantren harus berbeda dengan tafsir norma ekonomi dunia Barat yang ribawi dan serakah.
7. 5.3. Lembaga Keuangan di Lingkungan Pesantren Pesantren, terutama yang memiliki alumni besar, adalah potensi
ekonomi. Alumni pesantren dengan kekhasan kelulusannya yang tak memiliki ijazah formal dihadapkan pada pilihan meneruskan peran kyainya menjadi da’i
atau menjadi wira usaha. Kedua profesi ini menjadi profesi dominan di komunitas
116
http:www.dakwatuna.com2007020188hukum-koperasiaxzz3z21B2xuw
117
Resume Focus Group Discussion, penulis dengan Malis Keluarga, Pengelola PP. Sidogiri dan Pengurus Kopontren PP.Sidogiri, Manajemen Koperasi UGT Sidogiri. Tanggal 18 Januari 2015.
pesantren. Bukan hanya dari sisi jumlah yang cukup banyak, alumni pesantren memiliki kelekatan dan loyalitas yang tinggi terhadap almater dan kyainya.
Diantara isu yang berkembang di komunitas pesantren adalah yang menyangkut perputaran keuangan atau dana komunitas pesantren. Isu dana
komunitas pesantren bukan saja hanya seputar memberikan kepastian penghasilan saat ini dan dimasa depan, akan tetapi juga bagaimana agar dana
yang dimilikinya ikut memberikan motivasi untuk lebih giat bekerja. Dibutuhkanpengelolaan dana komunitas pesantren agar para komunitas pesantren
merasa aman, terutama bagi mereka yang menganggap pada usia tua sudah tidak produktif lagi. Pengelolaan dana komunitas pesantren dapat dilakukan dengan
menyerahkan kepada lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan keuangan, misalnya bank-bank umum atau perusahaan asuransi jiwa
umum. Namun bank-bank umum ataupun asuransi jiwa umum terbentur kepada syariat Islam yang mengharamkan kedua lembaga tersebut karena termasuk ribawi
dan perjudian..
Pemgelolaan dana komunitas pesantren seharusnya memiliki struktur organisasi yang mengetahui kewajiban dan wewenang, serta pertanggung jawaban
kerjanya secara syariah menurut hukum Islam. Secara keorganisasian terdapat pengurus yang merupakan organ pelaksana dari dana komunitas. Pengurus
bertanggung jawab atas pelaksanaan peraturan, pengelolaan dana komunitas serta jika dipandang mewakili komunitas diluar dengan lembaga lain. Disamping itu,
terdapat pula dewan pengawas yang bertugas mengawasi pengelolaan dana komunitas tersebut.
Dengan latar belakang tersebut dan dengan mengacu kepada pemahaman bahwa modal sosial pesantren juga didefinisikan sebagai kapabilitas yang muncul
dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat eksternal dimana dengan serangkaian nilai atau norma informal yang memungkinkan pesantren menjalin
kerjasama dengan alumni-nya yang berada diluar atau dengan lembaga-lembaga lainnya untuk membangun kolaborasi ekonomi. Salah satu kolaborasi ekonomi
yang ada di pesantren saat ini adalah terbentuknya Lembaga keuangan non Bank di komunitas pesantren .
Lembaga keuangan non bank merupakan salah satu jenis perusahaan keuangan. Fungsi dari lembaga ini hampir sama dengan lembaga perbankan yaitu
dalam menghimpun dana dari masyarakat atau menyalurkan dana kepada pihak yang memerlukan. Manfaat dari lembaga keuangan non bank adalah untuk
membantu menggerakan sistem perekonomian masyarakat, khususnya untuk melayani kebutuhan ekonomi masyarakat yang tidak bisa di jangkau oleh fungsi
lembaga perbankan. Untuk masyarakat muslim yang membutuhkan kepastian hukum islam dalam penerapannya disediakan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Syariah, yang disebut Baitul Mal wa Tamwil BMT. BMT adalah salah satu jenis perusahaan keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat atau menyalurkan
dana kepada pihak yang memerlukan namun berlandaskan pada prinsip syariah
Baitul Maal Wattamwil BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil syari’ah, menumbuhkembangkan bisnis
usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua
fungsi : Baitul Maal Bait = Rumah, Maal = Harta yaitu menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan
peraturan dan amanahnya, sedangkan Baitul Tamwil Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta yaitu melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya.Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank atau
BPR Bank Perkreditan Rakyat. Prinsip operasinya berdasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli, sewa dan titipan.
7. 5.4 . Koperasi dan Baitul Mal wa Tamwil BMT di Sidogiri Saat ini di PP. Sidogiri terdapat sebuah koperasi, yaitu Kopontren
Sidogiri. Koperasi ini pertama kali dirintis oleh salah satu anggota panca Pancawarga PP.Sidogiri yaitu KA. Sadoellah Nawawie pada tahun 1961 M. Pada
awal berdirinya hanya berupa kedai makanan dan toko kelontong, dengan santri sebagai pelanggan. Selanjutnya toko kelontomg ini resmi menjadi koperasi
dengan nama Kopontren Sidogiri pada tanggal 15 Juli 1997. Semenjak itulah, Kopontren Sidogiri dikelola dikelola sebagaimana koperasi pada umumnya. Saat
ini Kopontren Sidogiri dikelolaoleh tenaga-tenaga ahli, dengan manajemen dan sistem yang modern, dan pelaporan keuangannya pun menggunakan sistem
akutansi standar nasional. Kopontren Sidogiri sampai saat ini telah memiliki 74 cabang yang tersebar di Jawa Timur. Jenis usaha yang dikembangkan pun
beragam, mulai dari ritel dan grosir, layanan jasa, penyerapan produk Usaha Kecil dan Menengah UKM, serta industri dan manufaktur.
Sejak 2013 Kopontren Sidogiri membentuk infrastruktur brand “BASMALAH” dengan nama “TOKO BASMALAH” dengan motto “Tempat
Belanja yang Baik”. Dari 74 cabang yang sudah dimiliki Kopontren Sidogiri, ada 22 cabang yang sudah menggunakan brand “BASMALAH”. Sampai dngan tahun
2014 omset Koperasi telah mencapai Rp.340.517.955.963,42. Tiga ratus Empat puluh Milyar Lima ratus Tujuh belas Juta Sembilan ratus Lima puluh Lima Ribu
Sembilan ratus Enam puluh tiga koma empat dua Rupiah Per tahun dengan keuntungan mencapai Rp.9 969 306 413, 38 atau mendekati angka 10 Milyar.
SHU yang dibagikan kepada anggota sebesar Rp. 4 645 Milyar, dari uang SHU tersebut 3.63 Milyar dishodaqohkan ke PP. Sidogiri, sedangkan sekitar 782. Juta
dibagikan kepada anggota, selebihya untuk dana sosial dan beasiswa.
PP. Sidogiri Kopontren Sidogiri menjadi komponen yang memilki peran besar bagi Pondok Pesantren Sidogiri PPS, santri dan masyarakat umum.
Selain sebagai salah satu sumber pendapatan pesantren, Kopontren Sidogiri juga menjadi salah satu sarana bagi santri untuk mengamalkan fikih muamalah.
Melalui koperasinya yang menyebar di tengah masyarakat konsep ekonomi syariah dalam kitab-kitab fikih dapat diimplementasikan secara nyata di tengah
masyarakat.
Disamping Koperasi Pesantren Sidogiri, yang secara struktur ada di dalam struktur PP. Sidogiri. Masih ada koperasi lain yang secara kelembagaan
bukan milik pesantren dan tidak secara langsung di bawah pengelolaan pesantren, namun pengurus, karyawan dan anggotanya kebanyakan aktivis dan alumni
pesantren yaitu KJKS BMT MMU Sidogiri dan KJKS BMT UGT Sidogiri. BMT- MMU didirikan bermula dari keperihatinan asatidz para pengajarMadrasah
Miftahul Ulum Pondok Pesantren Sidogiri dan Madrasah rantingfilial Madrasah
Miftahul Ulum Pondok Pesantren Sidogiri atas perilaku masyarakat yang cenderung kurang memperhatikan kaidah-kaidah syariah islam dibidang
mu’amalat padahal mereka adalah masyarakat muslim apalagi mereka sudah mulai terlanda praktik-praktik yang mengarah pada ekonomi ribawi yang dilarang
secara tegas oleh agama.
Para asatidz dan pengurus Madrasah Miftahul Ulum Pondok Pesantren Sidogiri yang mengetahui bahaya ekonomi ribawi terus berfikir dan berdiskusi
untuk mencari gagasan yang bisa menjawab permasalahan ummat tersebut. Akhirnya ditemukanlah gagasan untuk mendirikan usaha bersama yang mengarah
pada pendirian lembaga keuangan mikro syariah LKMS untuk menolong masyarakat bawah dari jeratan ekonomi ribawi serta mengangkat martabat
ekonominya yang masih dalam kelompok mikrokecil. Setelah didiskusikan dengan fihak luar pesantren yang faham dan ahli tentang bagaimana membangun
lembaga pembiayaan untuk masyarakat. Atas saran para ekonom syariah maka pada tahun 1997 terbentuklah lembaga keuangan dengan nama ”Koperasi Baitul
Mal wat Tamwil Maslahah Mursalah Lil Ummah” disingkat dengan koperasi BMT-MMU yang berkedudukan di Sidogiri, kecamatan Wonorejo Kabupaten
Pasuruan. Sejak didirikan 1997, Koperasi BMT MMU menunjukkan kemajuan yang signifikan baik dari segi aktiva aset, penerimaan kas omzet dan laba
bersihnya SHU. Unit pelayanannya tersebar di berbagai tempat di Jawa Timur. Sejak 25 September 2009 Koperasi BMT MMU Sidogiri diubah wilayah
keanggotaannya dari yang hanya mencakup kabupaten Pasuruan menjadi lingkup provinsi Jawa Timur. Seiring dengan itu sejak November 2013 Koperasi BMT
MMU Sidogiri berganti nama menjadi Koperasi BMT Maslahah Sidogiri.
Koperasi BMT Maslahah Sidogiri menerapkan simpan pinjam pola syari’ah, produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh para anggotanya terdiri
dari kegiatan menghimpun dana melalui Tabungan Syari’ah dan deposito Mudharabah Berjangka dan kegiatan peyaluran dana melalui Pembiayaan
Mudharabah Bagi Hasil,Pembiayaan Murabahah Jual Beli dengan menyatakan harga perolehan, Pembiayaan Musyarokah kerja sama modal usaha.Saat ini
BMT-MMU omzet bisnis syariah mencapai Rp. 42 miliar per tahun. Adapun jumlah nasabahnya mencapai 12 000 orang lebih. Unit layanannya pun
berkembang menjadi 12 unit yang tersebat di berbagai kecamatan di Pasuruan.
PP. Sidogiri sejak awal beerdirinya mempunyai tradisi mengirim alumni- alumninya untuk membantu mengajar di Madrasah diniyah di seluruh Indonesia,
dan yang terbanyak ada di Propinsi Jawa Timur. Program pengiriman alumni ini dikelola melalui program Urusan Guru Tugas UGT. Belajar dari keberhasilan
para asatidz Madrasah Miftahul Ulum Pondok Pesantren Sidogiri. Para guru dari Pondok Pesantren Sidogiri yang tergabung dalam program Urusan Guru Tugas
UGT yang berda di Pasuruan maupun yang di luar Pasuruan mendesak dan mendorong untuk didirikan koperasi yang wilayah kerjanya adalah provinsi Jawa
Timur. Maka pada tanggal 05 Rabiul Awal 1421 H juga bertepatan dengan bulan lahirnya Rasulullah SAW atau 22 Juni 2000 M diresmikan dan dibuka satu unit
Koperasi BMT UGT Sidogiri di Surabaya. BMT.UGT Sidogiri mendapatkan Badan Hukum Koperasi dari Kanwil Dinas Koperasi, PK dan M Propinsi Jawa
Timur dengan Surat Keputusan no: 09BHKWK13VII2000, tertanggal 22 Juli 2000 dengan nama Koperasi Usaha Gabungan Terpadu UGT Sidogiri dengan
Kantor pusat di Sidogiri Pasuruan. kegiatan BMT UGT Sidogiri sama dengan