Masjid Pada Ruang Negara Sebagaimana dikemukakan masjid pada awalnya merupakan ruang utama

terutama sholat malam tahajud 4 memanggil santri yang bersifat personal, seperti utk sebuah teguran, permintaan tolong atau untuk penawaran menjodohkan. 5 menerima tamu umum. Denah rumah Kyai pada umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu rumah utama dan paseban. Rumah utama Kyai merupakan ruang privasi kyai dan kerabatnya digunakan untuk berkumpul bersama keluarga, belajar dan ibadah sholat sunah. Paseban adalah sebuah bangunan atau ruangan khusus di sebelah rumah yang digunakan untuk memanggil santri atau menerima tamu umum. Di paseban inilah terjadi aktivitas sowan atau silaturrahim bertamu dan berdiskusi. Acara sowanan atau silaturahim bersifat sangat variatif dari masalah rumah tangga sampai kepada masalah politik. Orang-orang yang melakukan sowan pun beragam dari rakyat biasa sampai pemimpin negara. Tidak jarang sowan dan silaturrahim ini saling memberikan ketakziman ungkapan hormat berupa hadiah dan gawan dari kedua belah fihak. Paseban-kyai dapat dikatakan sebagai ruang semi-privat yang mempertemukan kyai dengan masyarakat luar. Sebagai harta, rumah kyai adalah milik pribadi, artinya bisa dijual atau diwariskan. Sekalipun dememikian pada kenyataannya, rumah kyai yang ada di dalam komplek pesantren tidak pernah dijual melainkan diwariskan. Pola pewariasnnya pun bersifat unik tidak dengan memecah rumah tersebut sesuai dengan jumlah ahli waris yang dimiliki, tetapi mewariskannya kepada salah satu anak lelaki, sebagi penerus pimpinan pondok. Anak yang lain, tetap mendapat hak waris tetapi di luar komplek pondok. Hal semacam ini ini terjadi di PP. Raudlatul Ulum Cidahu. Rumah yang ditinggali oleh Kyai Muhtadi pimpinan pondok saat ini adalah warisan dari ayahnya yaitu kyai Dimyati pemimpin pondok sebelumnya. Kyai Muhtadi berhak menempati dan dapat mewariskan kepada anak-anaknya. Putra-putri kyai Dimyati yang lain, membangun rumah di luar komplek pesantren Raudlatul-Ulum. Saat ini di PP. Raudlatul Ulum hanya ada satu rumah kyai, yang disebut “bumi mama”. Berbeda dengan PP. Raudlatul Ulum yang hanya memiliki satu rumah kyai, di PP.Sidogiri terdapat banyak rumah kyai. Kepemimpinan PP.Sidogiri dipegang oleh Majlis keluarga yang dikenal dengan sebutan dengan panca-warga yaitu lima orang keturunan dari Kyai Nawawi. Mereka semua disebut kyai, pimpinan tertinggi atau kyai utama PP. Sidogiri dipilih satu dari lima orang tersebut. Kyai yang terpilih itulah yang kemudian disebut sebagai “pengasuh” pondok. Jika seorang “pengasuh” meninggal dunia tidak otomatis jabatan pengasuh diwariskan kepada anaknya. Pengasuh pondok akan dipilih satu dari lima yang tersisa, biasanya dipilih yang paling senior atau yang dianggap paling mumpuni dalam hal ilmu agama. Mekanisme berikutnya adalah salah satu anak dari pengasuh yang baru meninggal berhak menjadi anggota pancawarga. Masing-masing Pancawarga memiliki rumah pribadi di lingkungan pondok. Rumah ini dapat diwariskan kepada keturunannya namun tidak boleh dijual. Dengan demikian di PP. Sidogiri terdapat sekurang-kurangnya lima rumah kyai. Masing-masing rumah kyai berfungsi sebagaimana fungsi rumah kyai pada umumnya. Namun ada tradisi di lingkungan PP.Sidogiri bahwa hanya paseban “pengasuh’ yang digunakan untuk menerima tamu umum PP.Sidogiri. Tamu yang bermaksud sowan ke PP. Sidogiri hanya diterima di paseban pengasuh. Dengan sistem tersebut rumah Kyai sebagai representasi kelembagaan komperehensip PP. Sidogiri, dapat berpindah-pindah, disesuaikan kepada kyai siapa yang sedang menjadi pengasuh pondok

7.2.1. Pendanaan Rumah Kyai Rumah kyai adalah rumah pribadi, sehingga biaya yang dikeluarkan

untuk operasi rumah harus dikeluarkan oleh biaya pribadi kyai. Pengeluaran itu termasuk untuk melayani tamu yang sowan dan silaturahim. Menyiapkan hidangan kepada tamu adalah tradisi di paseban , seperti yang ada di PP.Sidogiri maupun PP. Raudlatul Ulum, kyai menyiapkan makan bagi tamu yang hadir. Pada Bulan Ramadhan Kyai juga menyiapkan hidangan buka puasa untuk tamu dan santri. Sumber pendapatan kyai berasal dari hasil pengelolaan aset yang dimilikinya bisa berupa hasil pertanian, usaha-usaha lain, SHU lembaga ekonomi yang diikuti dan ketakziman atau shodaqoh dari santri yang telah lulus dan mandiri. Kyai-kyai di PP.Sidogiri rata-rata masih memiliki tanah-tanah pertanian yang cukup luas. Mereka tidak lagi aktif bertani tetapi menyewakan tanah kepada para petani atau melakukan bagi hasil panen. Beberapa kyai lainnya mempunyai usaha penambangan galian C, memiliki usaha jual beli onderdil mobil yang dikelola oleh fihak lain yang dipercaya. Para kyai juga menjadi anggota koperasi pondok pesantren sehingga berhak atas SHU tutup buku di akhir tahun. Pada bisnis yang dikelola pihak eksternal Para Kyai tercatat sebagai Dewan pengawas BMT Sidogiri, sehingga berhak mendapatkan deviden usaha baik sebagai anggota dewan pengawas. Pendapatan rumah tangga kyai juga didukung oleh aktivitas istri-istri kyai yang biasa disebut Nyai. Di PP.Sidogiri sebagian para Nyai mempunyai usaha catering. Para nyai melakukan kongsi usaha dengan ibu- ibu rumah tangga lainnya membuka warung-warung makan di sekitar pondok untuk kebutuhan makan para santri dan masyarakat lainnya. Sumber penadapatan kyai ini cukup untuk membiayai pengeluaran rumah tangga. Rumah tangga kyai Sidogiri tidak memerlukan biaya pendidikan sebagaimana masyarakat lainnya. Pendidikan anak-anak dilakukan di lingkungan sendiri, kalaupun ada anak-anak yang mau “nyantri” di luar PP. Sidogiri, ada tradisi kyai yang menitipkan anak kepada kyai lain, sehingga yang dititipi bertanggungjawab atas kebutuhan anak yang dititipi. Di PP. Raudlatul Ulum status dan aktivitas rumah kyai sama halnya dengan yang terjadi di PP.Sidogiri. Frekuensi kedatangan tamu di rumah kyai jauh lebih banyak dibandingkan dengan rumah kyai di PP.sidogiri. Kyai PP.Raudlatul Ulum bagi masyarakat Banten adalah orangtua karenanya hampir setiap hari orang-orang dating untuk sowan. Kyai tidak menerima tamu hanya padaa saat jam beliau memberi pelajaran kitab yaitu dari jam 9 pagi sampai dengan sholat dzuhur. Pada Jam 1 siang sampai jam 2 siang kyai menerima tamu gelombang pertama, setelah itu kyai istirahat sampai waktu sholat ashar. Selepas ashar sampai menjelang maghrib kyai masih menemui tamu atau santri yang meminta sorogan. Pada malam hari selepas sholat isya kyai masih mau menerima tamu hingga jam 10 malam. Sebagai tuan rumah, kyai menyuguhkan makanan ringan hingga makan besar kepada para tamunya. Bahkan rumah kyai di PP.Raudlatul Ulum merupakan dapur besar yang menyediakan makan untuk para santri. Berbeda dengan PP.Sidogiri yang mengijinkan santri makan di warung-warung makan, di PP.Raudlatul Ulum justru “tabu” jika santri makan di luar komplek pesantren. Biaya makan para santri ditanggung oleh kyai. Kyai juga mengeluarkan biaya untuk membeli kitab-kitab yang dibagikan secara gratis kepada para santri. Kyai di PP.Raudlatul Ulum memiliki tanah pertanian berupa sawah, tanah tersebut dikerjakan oleh masyarakat dengan desa dengan sistem cuke bagi hasil panen. Pendapatan dari pertanian berupa beras digunakan untuk keperluan makan keluarga dan para santri yang ada di PP.Raudlatul ulum. Kyai mempunyai pendapatan lain dari ketakziman santri yang mengikuti kelas majlis kyai. Majlis tersebut diselenggarakan setiap hari hari Sabtu dan Minggu berupa kelas Ma’hadiyah aliyah kuliah umum kelas atas yaitu kelas kajian kitab-kitab kuning. Kelas mahadiyah aliyah ini membahas ilmu tauhid, fiqih dan tasawuf. Kelas mahadiyah aliyah diiukuti oleh banyak orang yaitu kisaran antara 200-300 orang. Peserta adalah para ulama-ulama dari wilayah Banten, dan dari luar wilayah Banten seperti dari Jawa tengah dan Jawa Timur. Pada prinsipnya Majlis kyai ini tidak dipungut biaya, namun ada tradisi “bertakzim” yaitu para peserta memberikan shodaqoh kepada guru. Shodaqoh jika dahulu dalam bentuk barang sekarang umumnya berupa amplop yang berisi uang. Ketakziman dan jumlah peserta mahadiyah aliyah yang cukup besar dikarenakan Kyai di PP.Raudlatul Ulum mempunyai posisi sebagai mursyid guru tertinggi dari komunitas tarikat Thoriqoh Al Qodiriyyah wa An Naqsyabandiyyah . Khusus untuk komunitas tarikat , Kyai PP.Raudlatul Ulum mempunyai kegiatan pengajian tarikat akbar setiap tahun yaitu pada bulan Maulid. Kegiatan tersebut dihadiri oleh murid-murid pengikut Thoriqoh Al Qodiriyyah wa An Naqsyabandiyyah se-Indonesia bahkan se-Asia Tenggara. Pada bulan Maulid itulah murid-murid yang jumlahnya ribuan mengalir datang bergantian untuk bertakzim kepada mursyid. Seperti halnya pada kegiatan majlis kyai, maka murid yang datang bertakzim pun memberi shodaqoh kepada kyai sebagai wujud ketakziman. Dari ketakziman inilah kyai bisa membiayai pondok pesantren. Selama ini pemasukan yang diterima kyai dari ketakziman sangat mencukupi untuk biaya operasi PP.raudlatul Ulum, apalagi PP. Raudlatul ulum terkenal sebagai pondok pesantren yang menerapkan cara hidup sederhana yang sangat ketat 112 . Ketakziman kepada kyai tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Kyai tidak mau menerima ‘ketakziman” dari orang yang beliau tak kenal orang asing. Kyai PP. Raudlatul Ulum terkenal terbuka dengan siapapun. Namun beliau sangat selektif terhadap ketakziman. Etika ketakziman hanya dilakukan seorang murid kepada gurunya. Karena itu seringkali kyai PP.Raudlatul Ulum menolak pemberian dari pejabat pemerintah baik secara pribadi maupun atas nama lembaga. Mengetahui sikap kyai PP. Raudlatul Ulum yang hanya mau menerima ketakziman dari murid atau orang yang dikenanya saja, maka banyak para pejabat yang “menyantrikan” diri ke PP.Raudlatul Ulum dengan mengikuti pengajian- pengajian yang diselenggarakan oleh Kyai. 112 Kyai Muhtadi, hampir setiap hari menjalankan puasa, demikian pula dengan santri-santri yang belajar di sana. Kyai Muhtadi hanya mempunyai 3 helai baju dan 3 helai sarung untuk pakaian sehari-harinya, beliau mencuci sendiri. Beliau mempunyai dua gamis dan dua jas hitam yang digunakan untuk sholat idhul fitri dan pada saat pengajian akbar tarikat. Para santri tinggal di kobong yang sederhana, memasak sendiri untuk keperluan makan sehari-hari.

7.3. Majlis Taklim

Majelis taklim berasal dari dua akar kata bahasa Arab yaitu majlis yang berarti tempat duduk, tempat siding atau dewan, sedangkan ta’lim berarti pengajaran. 113 jika kita gabungkan dua kata itu dan mengartikannya secara istilah, maka dapatlah dartikan majelis taklim memiliki arti sebagai tempat berkumpulnya seseorang untuk menuntut ilmu khususnya ilmu agama bersifat nonformal jika kita melihat pendidikan yang ada di Indonesia ini. Sebagai istilah yang sudah digunakan secara umum , majelis taklim sebagai mana dirumuskan pada musyawarah majelis taklim se-DKI Jakarta tahun 1980 adalah: lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT. antara manusia dan sesamanya, serta antara manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang taqwa kepada Allah SWT Hasbullah 1995. Dilihat dari sejarahnya majelis taklim sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW saat dakwah pertamanya yang bertempat di rumah Arqom bin Al-Arqom. Dimana Nabi Muhammad melakukan pengajaran-pengajaran tentang agama Islam kepada para pengikut-pengikutnya mula-mula sahabat wattabiin. Majelis taklim bersifat nonformal, namun walaupun demikian fungsi dari majelis taklim itu sendiri sangatlah dirasa dalam masyarakat terutama untuk masyarakat pesantren. Dari segi fungsinya majelis taklim memiliki fungsi : 1 sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis taklim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama, yang akan mendorong pengalaman ajaran agama. 2 sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya silaturahmi. 3 mewujudkan minat sosial maka tujuannya meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya Tuty Alawiyah 1999. Menurut Muhsin MK 2009 makna dan sejarah berdirinya majelis taklim dalam masyarakat, bisa diketahui dan dimungkinkan lembaga dakwah ini berfungsi dan bertujuan sebagai berikut: 1 Majelis taklim dapat berfungsi sebagai tempat kegiatan belajar mengajar umat Islam, dalam rangka meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam. 2 Majelis taklim juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan dalam masyarakat. Khusus untuk kaum perempuan sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan yang berhubungan, antara lain dengan masalah pengembangan kepribadian serta pembinaan keluarga dan rumah tangga sakinah mawaddah warohmah. Melalui Majelis taklim inilah, diharapkan mereka menjaga kemuliaan dan kehormatan keluarga dan rumah tangganya. 3 Majelis taklim juga diharapkan menjadi jaringan komunikasi, ukhuwah, dan dalam membangun masyarakat dan tatanan kehidupan yang Islami. Karena sifatnya yang non formal maka majlis taklim sebenarnya bisa dibangun dimana saja. Majelis taklim yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia jika dikelompok-kelompokkan adaberbagai macam, antara lain:Dilihat dari jamaahnya, yaitu: 1 Majelis taklim kaum ibumuslimahperempuan. 2 Majelis taklim kaum bapakmusliminlaki-laki. 3 Majelis taklim kaum remaja. 113 Kamus Al-Munawwir, Pustaka Progressif 4 Majelis taklim anak-anak. 5 Majelis taklim campuran laki-laki dan perempuankaum bapak dan ibu. Dilihat dari organisasinya, majelis taklim ada beberapa macam, yaitu: 1 Majelis taklim biasa, dibentuk oleh masyarakat setempat tanpa memiliki legalitas formal kecuali hanya member tahu kepada lembaga pemeritahan setempat. 2 Majelis taklim berbentuk yayasan, biasanya telah terdaftar dan memiliki akte notaries. 3 Majelis taklim berbentuk ormas. 4 Majelis taklim di bawah ormas. 5 Majelis taklim di bawah orsospol. Dilihat dari tempatnya, majelis taklim terdiri dari: 1 Majelis taklim masjid atau mushola. 2 Majelis taklim perkantoran. 3 Majelis taklim perhotelan. 4 Majelis taklim pabrik atau industri. 5 Majelis taklim perumahan. 7. 3.1. Majlis Taklim di Pesantren Pada dasarnya pesantren adalah majlis taklim, tetapi karena di lingkungan pesantren tidak hanya berisi kegiatan belajar mengajar saja, maka majlis taklim dapatlah disebutkan sebagai ruang dan aktivitas tersendiri. Menempatkan majlis Taklim sebagai ruang dan aktivitas tersendiri juga karena pertimbangan bahwa, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren saat ini juga di lakukan di madrasah-madrasahyaitu tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal. Di Madrasah berlangsung proses belajar mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umumyang di susun dengan kurikulum yang lebih pasti. Pengajaran di Madrasah diampu oleh para guru yang disebut dengan ustadz. Karena itu yang dimaksud dengan majlis taklim di lingkungan pesantren adalah kegiatan pengajaran tentang agama yang dilakukan tidak secara klasikal dengan kurikulum formal dan diampu oleh Kyai. Majlis Taklim di lingkungan pesantren yang dipimpin atau diampuoleh kyai pimpinan pondok pesantren, sering diistilahkan sebagai majelis Kyai. Majelis kyai diselenggarakan dengan cara bandongan atau wetonan, dimana dicirikan dengan jumalah peserta yang banyak di lakukan di masjid atau aula besar, materi yang dibahas umumnya seputar ilmu tauhid dan tasawuf. Kyai membacakan kitab-kitab rujukan, biasanya adalah kitab-kitab kuning, menterjemahkan ke dalam bahasa lokal bahasa Jawa atau bahasa Sunda untuk yang di Banten, kemudian memberikan penafsiran dan tamsilan pada konteks kehidupan sehari- hari. Penafsiran dan tamsilan dari kyai inilah yang kemudian menjadi rujukan dalam menginterpretasikan kitab-kitab untuk selanjutnya diwariskan kepada generasi masyarakat pesantren berikutnya. Di PP. Sidogiri majlis kyai diselenggarakan pada hari-hari tertentu pada setiap minggunya, diseseuaikan dengan waktu yang dimiliki kyai, namun jadwal tentatifnya adalah pada hari kamis setiap minggunya antara jam 9 pagi sampai menjelang waktu sholat Dzuhur. Peserta adalah seluruh santri pondok maupun