Jenis dan Paradigma Penelitian

fisik di antara orang-orang, setting, lokasi dan institusi untuk mengobservasi dan mencatat segalanya secara langsung. Untuk melaksanakan fieldwork, peneliti menggunakan kerangka multi metode yaitu metode partisipatif, historis dan etnografis secara bersamaan. Dengan menggunakan Metode Partisipatif, pesantren bukan hanya sebagai obyek statik, melainkan aktif mempengaruhi proses perolehan dan penjelasan pengetahuan. Metode partisipatif menggunakan analisis komperehesif, kontekstual dan multi level analisis yang bisa dilakukan melalui penempatan diri peneliti sebagai bagian dari dunia pesantren. Hal ini didasarkan pada pada prinsisp metode partisipatif, menurut Fernandes dan Tando 1993, dengan upaya kritisnya metode partisipatif tidak menempatkan pihak yang diteliti sebagai obyek seperti yang terjadi dalam metodologi positivistik, namun memposiskan mereka sebagai subyek yang secara bersama- sama dengan peneliti menciptakan konstruksi pengetahuan melalui proses refleksi diri. Dalam metode partisipatif menumbuhkan kesadaran diri sendiri self reflection dan aksi action merupakan hal penting, agar tidak keliru ketika berupaya memisahkan antara nilai-nilai dan bentuk sejarah. Oleh karena itu, pusat perhatian kritis dari metode partisipatif adalah mengembangkan pengertian hubungan antara pengetahuan knowledge dan aksi action dan tidak terlalu berkutat dengan prinsip umum teori, tapi lebih memberikan perhatian untuk senantiasa mengkritisi terus-menerus pengetahuan yang dianggap mapan. Penggunaan metode historis tidak dimaksudkan untuk pembuktian sejarah, namun mengingat penelitian ini berkaitan dengan transformasi yang umumnya dikaitkan dengan perbandingan satu periode dengan periode lainnya. Secara umum penelitian historis merupakan penelaahan yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis, atau penelitian yang bertujuan mendeskripsikan gejala, bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan A. Nevins 1933. Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu berorientasi pada masa lalu,usaha dilakukan secara sistematis dan objektif, dilakukan secara interaktif dengan gagasan, gerakan dan situasi yang hidup pada zamannya dan tidak dapat dilakukan secara parsial Nurul Zuriah 2009. Tujuan digunakannya metode sejarah dalam penelitian ini adalah, seperti yang dikemukakan oleh Donal Ary 1980 bahwa penelitian historis adalah untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, yang pada akhirnya, diharapkan meningkatkan pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperoleh dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini. Sumber Data Penelitian Historis yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya. Dalam penelitian ini sumber yang digunakan adalah remain dokumen sumber primer dari saksi sejarah dan data sekunder Moh. Nazir 1988. Metode ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Etnografi , salah satu metode kualitatif yang paling direkomendasikan dalam melakukan sebuah penelitian yang menggunakan paradigma konstruktivisme. Syarat utama dalam melakukan studi Etnografi, peneliti harus hidup diantara objek dan subjek yang ditelitinya untuk jangka waktu yang relatif cukup bagi peneliti untuk dapat hidup terintegrasi dengan masyarakat yang ditelitinya. Keberadaan keterlibatan peneliti sangat dibutuhkan agar dapat mengembangkan kepekaan dalam berpikir, merasakan dan menginterpretasikan hasil-hasil pengamatannya dengan menggunakan konsep-konsep yang ada dalam pemikiran, perasaan dan nilai-nilai dari yang diteliti Suparlan 1997. Studi etnografi sebagaimana dikenal dalam antropologi dikenal juga dalam batas-batas tertentu sebagai studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang paling tepat digunakan jika bentuk pertanyaan penelitian adalah “mengapa” deskriptif dan “bagaimana” eksplanasi. Idrus 2009. Mengartikan Etnografi sebagai usaha mendeskripsikan kebudayaan dan aspek - aspeknya dengan mempertimbangkan latar belakang permasalahan secara menyeluruh. Etnografi sebagai bentuk penelitian memiliki beberapa karakteristik, yaitu selalu menekankan pada penggalian alamiah fenomena sosial yang khusus; memiliki data yang terstruktur; rancangan penelitiannya bersifat terbuka; dalam melakukan penelitian, peneliti bertindak sebagai instrumen yang berupaya menggali data yang dibutuhkan terkait dengan fokus penelitian; kasus yang diteliti cenderung sedikit atau bahkan hanya satu kasus yang kemudian dikaji secara mendalam; analisis data tentang makna dan fungsi perilaku manusia ditafsirkan secara eksplisit dalam bentuk deskripsi dan penjelasan verbal; etnografi tidak menggunakan analisis statistik namun tidak berarti menolak data yang berupa angka –angka.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode trianggulasi metode trianggulasi dapat diartikan sebagai ”kombinasi sumber data” yang memadukan sedikitnya tiga metode, yaitu pengamatan langsung, wawancara mendalam dan review dokumen atau pemanfaatan data terstruktur Sitorus 1998. Trianggulasi lazimnya juga dipandang sebagai sebuah proses penggunaan beragam persepsi untuk memperjelas makna, memverifikasi data dengan diulangnya repeatability sebuah observasi atau interpretasi serta membantu mengidentifikasi realitas yang berbeda-beda Stake 2011. Dalam konteks ini pula peneliti juga akan membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan instrumen yang berbeda Moleong 1998. Kelebihan dari metode ini adalah saling menutupi kekurangan yang ada antara suatu metode dengan metode lainnya dalam hal mengumpulkan data. Dengan demikian hasil yang diharapkan dari realitas sosial masyarakat menjadi lebil valid. Selain menggunakan teknik wawancara mendalam dan pengamatan langsung serta informasi dokumen, instrumen lain yang digunakan untuk pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini adalah catatan harian atau catatan lapangan. Menurut Sitorus 1998, catatan harian berisi data kualitatif hasil pengamatan dan wawancara langsung di lapangan dalam bentuk uraian rinci maupun kutipan langsung. Catatan harian dalam penelitian kualitatif memiliki arti yang sangat penting, sama halnya hasil kuisioner dalam penelitian kuantitatif. Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini berasal dari berbagai elemen, yaitu para ulama kiai, intelektual muslim, para santri pondok pesantren, masyarakat sekeliling pondok pesantren, kepala desa, pemerintah daerah dan para sesepuh masyarakat. Informan ditentukan secara accidental dan snowbolling. Penentuan informal dengan cara accidental karena memang tidak direncanakan terlebih dahulu, artinya pemilihan informan ditentukan tidak secara kebetulan di lokasi penelitian. Adapun dengan teknik snowbolling, informan selanjutnya didapat dari hasil pemberitahuan informan yang telah diwawancarai sebelumnya Mulyana 2001. Oleh karena jenis penelitian ini kualitatif maka tidak ada pembatasan jumlah sampel yang harus diambil.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara kontinu sejak peneliti mulai merumuskan masalah penelitian, selama bekerja di lapangan dan terus berlangsung hingga menulis hasil penelitian Sugiyono 2010. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis sosial yang dalam metode kasus sangat diperlukan dalam menggambarkan proses terbentuknya keseimbangan sosial dan integrasi sosial. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam penelitian ini tidak bersifat baku, karena pada dasarnya penelitian kualitatif tidak ada istilah pembakuan metode atau langkah metodologis sebagaimana lazimnya berlaku dalam penelitian kuantitatif Salim 2000. Secara sederhana Huberman dalam Sugiyono 2010 menyebutkan langkah-langkah konkrit dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawingverification. Kartono 1996 menjelaskan beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam teknik analisis sosial, yaitu: 1 menimbang data secara cermat dan hati-hati; 2 pengaturan data dengan mengadakan klasifikasi; 3 menciptakan konsep-konsep atau sistem formal tertentu, yaitu memformulasikan ide-ide dan definisi mengenai tingkah laku sosial dan fenomena-fenomena sosial; dan 4 memikirkan sistem-sistem deduktif atau logis untuk membuktikan dan memverifikasi proporsi-proporsi stelling, pendirian tertentu serta pembuktian faktual. Dalam prakteknya, bahwa rekonstruksi atas konstruksi-konstruksi realitas yang ditemukan di lapangan merupakan upaya peneliti dalam mengembangkan rancangan organisasional dengan kategorisasi-kategorisasi kemudian dihubung- hubungkan dengan kejadian atau fenomena sosial yang ada Raco 2010. Fokus utamanya yaitu mencari hubungan kausalitas dan interaksional dari semua data terpilih terkait aktivitas-aktivitas relasional kyai dan pondok pesantren dengan faktor-faktor sosial ekonomi eksternal . Maksud dari keseluruhan kegiatan tersebut adalah selain untuk memperoleh sebuah interpretasi yang mendalam juga untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat, memadai dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pada akhirnya Interpretasi merupakan bagian terpenting dalam analisa penelitian-penelitian ilmu sosial , yaitu, “in the social sciences, there is only interpretation” Denzin 1997. Proses interpretasi adalah proses meletakkan