5.2.15 Makna Sosial Budaya basikambang
Masyarakat pesisir Sibolga biasanya menggunakan hiburan sikambang pada setiap acara-acara besar, salah satunya adalah pernikahan, yang sampai saat
ini masih tetap dipakai. Namun karena kemajuan zaman kesenian ini sering terlupakan dan diganti dengan kesenian yang lain seperti keyboard. Pada saat
dilaksanakannya kesenian sikambang, kedua pengantin diberikan nasihat-nasihat oleh anak ale dalam bentun teks nyanyian. Di mana teks itu memiliki makna agar
kedua pengantin berbahagia dan selamat sampai beranak cucu.
Gbr.5.2.15 Tari Sapu Tangan
5.2.16 Makna Sosial Budaya Basanding
Pada malam hari setelah selesai akad nikah, tepatnya sabtu malam, ada namanya duduk basanding yang merupakan tradisi adat sumando. Hal itu
dilaksanakan sambil diiringi dengan alunan kesenian sikambang. Namun untuk terlaksananya duduk basanding, maka pengantin pria harus melewati beberapa
ritual, salah satunya adalah memijak air beras di piring dan dihihampang oleh kain. Adapun maksud dari itu semua adalah menyatakan bahwa untuk mencapai
sesuatu yang baik tidak segampang membalikkan telapak tangan, melainkan harus
Universitas Sumatera Utara
berusahan penuh dengan perjuangan dan berbagai rintangan. Semua fase-fase yang dilakukan oleh pengantin pria pada saat duduk basanding, dilakukan dengan
tujuan semoga Allah merahmati segala perbuatan baik kedua pengantin sanpai beranak cucu.
Gbr. 5.2.16 Marapule Mau Basanding
Gbr. 5.2.16.1 Anak Daro Menunggu Marapule Mau Basanding
Gbr. 5.2.16.2 Marapule Memijak Air Beras
Universitas Sumatera Utara
Gbr. 5.2.16.3 Pengantin Basanding
5.2.16.4 Memberikan Selamat
Gbr. 5.2.16.5 Tarian penutup
5.2.17 Makna Sosial Budaya Pakaian Pengantin
Pengantin pria dan perempuan pada saat pernikahan adat sumando pesisir Sibolaga memang sangat bervariasi bila dibandingkan dengan daerah lain.
Masyarakat Sibolga yang terdiri dari berbagai multi etnik, sehingga kota Sibolga terkenal dengan slogan
“Negeri Berbiang Kaum”. Oleh karena itu, maka pada saat acara pernikahan, pakaian kedua mempelai juga tidak terikat atau tergantung
kepada kedua mempelai. Tidak terkecuali pengantin dari etnik mana, yang jelas
Universitas Sumatera Utara
pakaian pengantin dapat membantu meningkatkan rasa persaudaraan dan persatuan.
Namun dalam hal ini, masyarakat pesisir Sibolga memiliki pakaian adat pernikahan sendiri. Mulai dari perlengkapan busana, seperti alas kaki, kain,baju,
selendang dan korset atau longtorso. Sementara untuk perhiasan busana dilengkapi dengan kalung, tali pinggang, gelang siku, gelang tangan, gelang kaki,
dan anting-anting. Perhiasan untuk perempuan dikenal dengan sanggu gadang, merupakan
pentup kepala yang digunakan oleh pengantin perempuan, di mana sanggu gadang itu terbuat dari lempengan emas dilapisi denga kain terbuat dari bahan
imitasi, perak. Sanggu gadang digunakan melambangkan kebesaran dan kemulian. Hiasan yang dipakai pada sanggu gadang adalah piso-piso, layang-
layang, sunting, garak gampo, dan tatak konde. Sementara untuk pria, celana yang dikenakan disebut dengan sarawah
gunting Aceh gunting Portugis. Ujung celana dihiasi sulaman benang emas dan memakai hiasan tabur warna merah, biru dan kuning, yang melambangkan
kebesaran dan kemulian. Kemudian pria dilengkapi dengan baju dalam, otto atau baju yang dipakai di atas dada, dengan maksud melambangkan perlindungan
kepada kedua pengantin agar terhibdar dari gangguan yang berupa guna-guna dan gaib.
Gbr. 5.2.17 Pakaian Pengantin
Universitas Sumatera Utara
5.2.18 Makna Sosial Budaya Menghias Rumah