Falsafah Masyarakat Pesisir Sibolga

- Tata cara makan beradat pada prosesi ini yang berhak untuk ikut diutamakan orang yang sudah berkeluarga. Orang yang biasanya jadi penghidang atau sering disebut janang harus mengerti tatacara menghidang, serta tempat duduk harus disesuaikan dengan adat yang berlaku - Resepsi pernikahan dilaksanakan di rumah perempuan dengan diiringi kesenian sikambang, dan dilanjutkan sampai malam dimulai setelah shalat Isya dengan tujuan agar seluruh warga dapat menikmatinya 5. Acara balik hari kegiatan ini dilaksanakan setelah selesai seluruh rangkaian upacara adat, atau bisa dikatakan keesokan harinya dengan membawa makanan ke rumah orang tua laki-laki

2.1.4 Falsafah Masyarakat Pesisir Sibolga

Setiap masyarakat adat memiliki keyakinan nilai-nilai luhur yang kuat sehingga dijadikan pedoman dalam mengatur berjalannya tatanan adat istiadat. Masyarakat etnis Sibolga memiliki falsafah hidup “adat basandi sarak dan sarak basandi kitabullah artinya bahwa penduduk masyarakat Sibolga sangat menghargai adat sebagai bahagian dari kehidupan masyarakat kota Sibolga dan semua itu diatur oleh norma- norma agama “Kitab Suci Al-qur‟an”. Hasil wawancara dengan Bapak Fahrudin Sinaga Hal tersebut menjadi falsafah hidup masyarakat kota Sibolga. Dimana falsafah tersebut meliputi langkah, rejeki, pertemuan, maut silap, salah, lupo, lale angin, tanah, air, api kesemuanya ini telah menjadi bahagian dalam hidup masyarakat pesisir Sibolga yang tidak bisa dilanggar. Suatu aturan-aturan yang dipatuhi dan dianggap memiliki kekuatan batin yang merupakan jiwa yang sudah mendarah daging bagi masyarakat adat. Universitas Sumatera Utara Nilai-nilai luhur masyarakat adat tersebut tidak tertulis tetapi sudah menyatu dan menjadi ketentuan yang mengikat batin diantara masyarakat. Makna yang terkandung pada falsafah itu yaitu setiap masyarakat lahir telah memiliki nilai- nilai luhur sebagai pandangan hidup dalam dirinya wawancara dengan bapak Fahrudin Sinaga bulan Desember 2012

2.2 Landasan Teori

Bagian ini menjelaskan secara detail kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kerangka teori linguistik Sistemik Fungsional LSF yang di populerkan oleh Halliday, meliputi fungsi dan penggunaan bahasa. Fungsi dan penggunaan bahasa itu meliputi bahasa sebagai sistem, bahasa adalah fungsional, fungsi bahasa adalah membuat makna, bahasa adalah sistem semiotik sosial dan penggunaan bahasa adalah kontekstual. Namun pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada bahasa sebagai sistem semiotik sosial, yang meliputi makna ideasional, interpersonal dan tekstual. Ketiga jenis makna ini dikenal sebagai metafungsi bahasa Sinar, 2010:21

2.2.1 Pendekatan Semiotik Sosial

Landasan berpijak teori yang digunakan pada penelitian ini adalah LSF yang dikemukakan oleh Halliday. Menurut teori LSF, linguistik berperan dalam menganalisis teks dengan tujuan untuk membedakan makna dalam konteks paradigma dan makna dalam konteks sistemika Halliday, 1985:xxviii. Konteks paradigm berfungsi sebagai system, sementara konteks sistematika dikenal dengan Universitas Sumatera Utara