2.3 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan  penelusuran  kepustakaan  ternyata  penelitian  tentang  tradisi kelisanan  baralek  gadang  pada  upacara  perkawinan  adat  sumando  dan  kajian
tentang  nilai-nilai  kearifan  lokal  tradisi  lisan  baralek  gadang  pada  upacara perkawinan  adat  sumando  pesisir  Sibolga  belum  pernah  diteliti.  Akan  tetapi
banyak hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Dikatakan relevan  karena  masing-masing  penelitian  membahas  tentang  kajian  tradisi  lisan
baik  itu  makna,  ragam  bahasa,  maupun  leksikon  yang  digunakan  dalam  proses pernikahan.  Oleh  karena  ada  persamaan  kajian  penelitian  dengan  penelitian
terdahulu, yang membedakannya adalah daerah tempat penelitian. Maka di bawah ini dijelaskan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan upacara perkawinan
adat adalah sebagai berikut: Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Amri  2011  yang  berjudul  Tradisi  lisan
Upacara  Perkawinan  Adat  Tapanuli  Selatan:  Pemahaman  Leksikon  Remaja  di Padang  Sidempuan,  hasil  dari  penelitian  ini  adalah  bahwa  sampai  sekarang  ini
masyarakat  Sidempuan  masih  tetap  melaksanakan  adat  istiadat  tersebut,  namun ada  sedikit  pergeseran  diakibatkan  oleh  beberapa  faktor  salah  satunya  adalah
faktor finansial dan efektifitas waktu. Ini dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat Sidempuan dalam menyelenggarakan pesta pernikahan yang dulunya bisa sampai
memakan  waktu  sampai  tujuh  hari  dan  sekarang  cenderung  hanya  satu  hari. Kesemuanya itu dipengaruhi oleh faktor diatas.
Selanjut  dari  hasil  penelitian  ini  dijelaskan  bahwa  pada  masyarakat Sidempuan khususnya remaja sekarang ini sudah sangat jarang yang mau belajar
dan bertanya tentang adat istiadat, salah satunya yaitu adat perkawinan. Akibatnya
Universitas Sumatera Utara
banyak  kosa  kata  yang  sekarang  tidak  lagi  digunakan  para  remaja  dikarenakan para  remaja  tidak  memahi  maksud  dari  diselenggarakannya  proses  tersebut.
Karena  hal  diatas  maka  para  remaja  juga  tidak  pahan  akan  makna  yang terkandung di setiap tahapan-tahapan prosesi pernikahan adat Sidempuan tersebut.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Herlina 2007 dengan judul penelitian Makna Antar Persona Dalam Teks Upacara Perkawinan
Pada  Masyarakat  Karo.  Pada  penelitian  ini  peneliti  memfokuskan  penelitiannya pada  makna  antar  persona  pada  perkawinan  masyarakat  Karo  dengan
menggunakan teori LFS. Penelitian Tumanggor 2011 yang bertajuk Ragam Bahasa Dalam Upacara
Adat  Perkawinan  Masyarakat  Pakpak.  kajian  utama  dari  penelitian  ini  adalah ragam  bahasa  Pakpak  dalam  upacara  adat  perkawinan,  meliputi  pemilihan  kata,
frasa, penggunaan ungkapan dan satuan estetis bahasa berupa umpama „pantun‟ dan  kata  sapaan  pada  upacara  perkawinan.  Dengan  demikian  ragam  bahasa
Pakpak  dalam  upacara  adat  perkawinan  masyarakat  Pakpak  adalah  variasi penggunaan  bahasa  yang  melahirkan  adanya  corak  pembedaan  dalam  ungkapan-
ungkapan kebahasaan. Penelitian selanjutnya oleh Karo 2007 dengan judul penelitian Sirkumstan
Dalam Teks Perkawinan Masyarakat Karo. Penelitian ini difokuskan pada makna teks  ertembe-tembe  pedalan  emas  dan  mereken  telah-telah  pada  upacara
perkawinan  masayarakat  Karo.  Ertembe-tembe  pedalan  emas  merupakan musyawarah pihak laki-laki dan perempuan dalam hal penyerahan mas kawin, dan
semuanya  itu  dilakukan  dalam  bentuk  dialog,  yang  diwakili  perwakilan  pihak
Universitas Sumatera Utara
laki-laki  dan  perempuan  sementara  mereken  telah-telah  adalah  kata-kata  nasehat kepada pihak pengantin laki-laki dan perempuan.
Penelitian Sianipar 2002 yang berjudul Keterkaitan Antara Peran Penutur dan  Ragam  Bahasa  Dalam  Upacara  Adat  Perkawinan  Batak  Toba  Di  Medan
suatu  kajian  Sosiolinguistik.  Penelitian  ini  difoukuskan  pada  keterkaitan  peran penutur  dari  masing-masing  komponen  dengan  variasi  yang  berlangsung  dalam
kegiatan  upacara  adat  perkawinan,  khususnya  masalah  Sinamot,  atau  mahar. Dengan  kata  lain  pelaksanaan  upacara  adat  jika  diperhatikan  secara  seksama
memiliki perbedaan dalam pemilihan diksi yang di dalamnya termasuk kata, frasa, ungkapan, penggunaan umpasa demikian juga dengan kata sapaan.
Selanjunya  penelitian  Henelia  2008  dengan  judul  penelitian „Prosodi
Pantun Melayu dalam Acara Perkawinan Adat Melayu Deli‟.  Dalam penelitian
ini peneliti khusus mengkaji prosedi pantun Melayu dalam acara perkawinan adat Melayu Deli dan memiliki kesimpulan bahwa pada umumnya masyarakat Melayu
sering  menggunakan  pantun  untuk  mengutarakan  pikirannya.  Biasanya  pada masing-masing  pantun  terdiri  dari  unsur-unsur  kalimat,  di  mana  pada  masing-
masing  baris  memiliki  nama  tersendiri  dan  mempunyai  nada  yang  berbeda-beda pada masing-masing bait dan baris. Dalam penelitian ini, berdasarkan pola pantun
dalam  mengarak  laki-laki  pada  upacara  perkawinan  adat  Melayu  memiliki frekuensi  yang  sama  antara  tuturan  frekuensi  sampiran  dengan  tuturan  frekuensi
isi. Sementara tuturan durasi isi untuk tuturan vokal lebih panjang pengucapannya dari tuturan vokal pada durasi sampiran.
Adapun  penelelitian  yang  relevan  dengan  teori  semiotik  sosial  Halliday adalah dua penelitian berikut.
Universitas Sumatera Utara
1. Penelitian  selanjutnya  adalah  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Herlina
2007  dengan  judul  penelitian  Makna  Antar  Persona  Dalam  Teks Upacara  Perkawinan  Pada  Masyarakat  Karo.  Pada  penelitian  ini
peneliti  memfokuskan  penelitiannya  pada  makna  antar  persona  pada perkawinan masyarakat Karo dengan menggunakan teori LFS.
2. Penelitian  selanjutnya  oleh  Karo  2007  dengan  judul  penelitian
Sirkumstan  Dalam  Teks  Perkawinan  Masyarakat  Karo.  Penelitian  ini difokuskan  pada  makna  teks  ertembe-tembe  pedalan  emas  dan  mereken
telah-telah pada  upacara  perkawinan  masayarakat  Karo.  Ertembe-tembe pedalan  emas  merupakan  musyawarah  pihak  laki-laki  dan  perempuan
dalam  hal  penyerahan  mas  kawin,  dan  semuanya  itu  dilakukan  dalam bentuk  dialog,  yang  diwakili  perwakilan  pihak  laki-laki  dan  perempuan
sementara  mereken  telah-telah  adalah  kata-kata  nasehat  kepada  pihak pengantin laki-laki dan perempuan.
Kontribusi  penelitian-penelitian  di  atas  adalah  pada  3  hal  yaitu  pada tataran  teoritis  dalam  memanfaatkan  teori  LSF  untuk  menemukan  makna-makna
semiotik yang terkandung pada teks upacara perkawinan adat, dan bagaimana teks tersebut disampaikan berdasarkan konteks sosial yang meliputi konteks situasi dan
konteks  budaya.  Pada  penelitian  di  atas  data  penelitian  yang  digunakan  oleh peneliti  yakni  sama-sama  memanfaatkan  sumber  data  perkawinan  adat.
Selanjutnya pada tataran metode, peneliti dalam penelitian memanfaatkan metode kualitatif dan metode tradisi lisan. Peneliti menggunakan metode tersebut dengan
tujuan  untuk  mendapatkan  pemahaman  yang  sifatnya  umum  mengenai perkawinan adat terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan.
Universitas Sumatera Utara
62
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Kualitatif
Metode  merupakan  sebuah  upaya  yang  dapat  dilakukan  penelitian  dalam mengungkapkan  data  dan  mencari  kebenaran  masalah  yang  diteliti.  Penggunaan
metode  penelitian  dimaksud  untuk  menemukan  data  yang  valid,  akurat  dan signifikan  dengan  pengolahan  sehingga  dapat  digunakan  untuk  mengungkapkan
masalah  yang  diteliti.  Menurut  Hadi  1990:3  menyatakan  suatu  riset  khususnya dalam  ilmu  pengetahuan  empirik  pada  umumnya  bertujuan  untuk  menemukan,
mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan mendapatkan
pemahaman  yang  sifatnya  umum  terhadap  kenyataan  sosial  dari  perspektif partisipan.  Selanjutnya  Hajar  1996:33  mengemukakan,  pendekatan  kualitatif
yang  dilakukan  dengan  mengamati  fenomena  disekitarnya  dan  analisis menggunakan  logika  alamiah.  Pendekatan  kualitatif  adalah  penelitian  yang
didasarkan  kepada  kontekstualisme  memerlukan  data  kualitatif,  dimana  semua kejadian  tidak  tidak  dapat  dihubungkan  dengan  konteks  semata-mata  dengan
menghitung  sesuatu.  Penerapan  merupakan  inti  kontekstualisme  kebenaran  teori dalam pandangan ini, diukur dengan penentuan seberapa jauh interpretasi intuitif
bermanfaat menjelaskan kenyataan. Kirk  dan  Miller  dalam  Moleong,  2009:3  menegaskan  penelitian  kualitatif
adalah  tradisi  tertentu  dalam  ilmu  pengetahuan  sosial  yang  secara  fundamental bergantung  pada  pengamatan  manusia  dalam  kawasannya  sendiri  dan
Universitas Sumatera Utara