tokoh adat pesta penikahannya itu dianggap kurang sempurna ditinjau dari sudut adat sumando. Oleh karena itu masyarakat pesisir tetap konsisiten atas apa yang
sudah dibuat dan ditetapkan oleh tokoh adat. Tahap-tahap pelaksanan pesta pernikahan baralek gadang dimulai dari
marisik, maminang, menganta kepeng, acara keberangkatan ke rumah anak daro, acara penyambutan di rumah anak daro, barinai, menentukan mata karajo, dan
mengantarkan mempelai laki-laki. Namun kenyataanya tahap-tahap menurut adat sumando pada saat ini tidak lagi sesempurna ini, demi keefektipan pesta
pernikahan dalam baralek gadang maka diambil yang penting-penting saja, walaupun tidak menghilangkan makna adat itu sendiri.
5.2 Makna Konteks Sosial BG pada Upacara Perkawinan Adat Sumando
Makna sosial BG pada upacara perkawinan adat sumando masyarakat pesisir
Sibolga dapat dilihat dari hubungan konteks situasi dengan konteks budaya. Dua unsur ini sangat mempengaruhi makna ujar lisan pada saat pelibat menyampaikan
maksud dan tujuan dari sebuah upacara. Pada bagian ini dijelaskan secara rinci makna sosial BG
5.2.1 Makna Sosial budaya risik-risik Marisik
Bagi masyarakat pesisir Sibolga yang masih memegang adat sumando dalam proses pernikahan melakukan hal yang pertama adalah marisik. Proses
marisik merupakan satu keharusan bagi orang tua untuk mencari jodoh untuk anak laki-lakinya. Kemudian dengan marisik maka terjalin hubungan silaturahim antara
Universitas Sumatera Utara
dua keluarga, yakni keluarga perempuan dengan keluarga laki-laki. Di bawah ini adalah gambar marisik yang dilakukan di balai taman budaya Medan tahun 1978,
yang bertindak sebagai talangke adalah Alm. Djamahul Kaharnu tokoh Adat pesisir Sibolga. Foto di atas diperoleh dari informan kunci bapak Rajoki
Nainggolan. Data yang diperoleh oleh peneliti merupakan data penunjang untuk melengkapi rangkaian kegiatan baralek gadang pada perkawinan adat sumando
yang dahulunya dilaksanakan. Kegiatan marisik pada baralek gadang perkawinan adat pesisir Sibolga sudah jarang dilakukan seiring kemajuan zaman.
Gbr.5.2.1 Marisik
5.2.2 Makna Sosial budaya Makan Sirih
Makan sirih dicampur gambir dan buah Pinang masak merupakan budaya bagi sebagian masyarakat Indonesia. Makan sirih merupakan pengganti tembakau
bagi yang merokok. Banyak orang berpendapat bahwa makan sirih dapat menguatkan gigi dan menambah vitalitas tubuh.
Lain halnya dalam adat sumando masyarakat Pesisir Sibolga, makan sirih ketika marisik ataupun maminang dan manganta kepeng memiliki makna yakni
sebuah wadah untuk menjalin silaturahim dan menciptkan hubungan saling hormat menghormati antara kedua belah pihak. Makan sirih merupakan tradisi
masyarakat Pesisir Sibolga, yang dari dulunya sudah membudaya. Pada
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Pesisir Sibolga sirih merupakan benda yang paling utama dalam setiap kegiatan, sirih merupakan alat untuk memulai acara dan sekaligus diyakini
masyarakat pesisir Sibolga sebagai benda bertuah, maksudnya adalah setiap kegiatan adat yang dilaksanakan semuanya diawali dengan pemberian sirih
sebagai tanda penghormatan.
Gbr.5.2.2 Daun sirih diatas kampi
5.2.3 Makna Sosial budaya Musyawarah