Konteks situasi Risik-risik atau Sirih tanyo

Manganta kepeng Talangke PR Talangke LK Tokoh adat Kepala desa Para tamu Non lisan:Tepak sirih Pinang,Kapur,Uang Mahar Lisan: dialog, berpantun, bergurindam,dan bertalibun. Mato karajo Talangke PR Talangke LK Anak daro Marapule Induk inang P3N Tokoh adat Tokoh agama Undangan Masyarak setempat Lisan: Monolog dan Dialog, berpidato, berpantun, bergurindam, dan bertalibun, ber doa Non lisan: Talam Kelapa Pisang Air limo Balik ari Anak daro Marapule Famili Tokoh adat Makanan bersama kedua belah pihak. Table 4.2 Konteks Situasi Baralek Gadang

4.1.2.1 Konteks situasi Risik-risik atau Sirih tanyo

Pada saat marisik terdapat tradisi lisan yang diucapkan oleh talangke dari kedua belah pihak. Kedudukan talangke dari kedua belah pihak pada bagian ini dianggap sebagai pelibat. Sementara pantun dianggap sebagai medan pada saat marisik, dan sarana yakni tradisi berpantun, berpidato,bergurindam dan bertalibun. Dibawah ini dijelaskan lebih rinci kedudukan masing-masing dalam konteks marisik dimulai dari pantun pihak perempuan. Siri lisuik pinangnyo kote Mani kale kulit bintungan Manomu kasuik nankan sampe Ikko jinonyo paruntungan Anak cino babaju sitin Ala sitin cukolat pulo Universitas Sumatera Utara Ambo hino lagipun miskin Ala miskin mularat pulo Kedua pantun diatas disampaikan oleh talangke perempuan, dan posisi talangke perempuan di dalam pantun itu dianggap sebagai pelibat. Sementara yang dianggap medan adalah 2 bait pantun dalam proses risik-risik atu sirih tanyo, dimana setiap bait terdiri dari 4 baris bersajak abab. Baris 1.2 dianggap sebagai sampiran dan baris 3.4 dianggap sebagai isi. Kemudian yang dianggap sebagai sarana adalah berpantun untuk menyatakan maksud dan tujuan. Selanjutnya pihak lelaki juga mengutarakan maksud mereka lewat pantun disampaikan oleh talangke. Usah baitu tarapapan Jauh karimbo padi jambi Usah baitu kato tolan Jauh taibo ati kami Indak baruba nibung ditabang Asalkan condong katapian Indak baruba dagang ditampang Asal selamat kamudian Indak dikami manjaring ruso Kami manjaring si aso-aso Indak dikami mamandang rupo Kami mamandang budi bahaso Dari konteks di atas yang dianggap sebagai pelibat adalah talangke dari pihak laki-laki. Sementara yang dianggap medan yaitu 3 bait pantun pada saat risik-risik atau sirih tanyo. Masing-masing bait terdiri dari 4 baris, dimana baris 1.2 sebagai sampiran dan 3.4 sebagai isi. sementara yang menjadi Sarana dari konteks adalah berpantun untuk menyatakan maksud dan tujuan. Kemudian pihak perempuan membalas pantun dari pihak laki-laki sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Abis-abis pipilan kambelu Bao manyasa katapian Abis-abis pikkki dahulu Jangan manyasal kamudian Indak guno santan durian Cacalah garam di malako Indak guno sasal kudian Alamat badan kan binaso Apo dirandang dalam kuali Padi sipulut tambun talang Apo dipandang kepado kami Rupa buruk bangsopun kurang Dari konteks di atas yang menjadi pelibat adalah talangke dari pihak perempuan. Kemudian yang dianggap sebagai sarana adalah berpantun untuk maksud dan tujuan. Kemudian yang dianggap sebagai medan adalah 3 bait pantun pada saat risik-risik atau sirih tanyo, pantun tersebut bersajak abab, dimana masing-masing bait terdiri dari 4 baris. Baris 1.2 sebagai sampiran dan baris 3.4 sebagai isi.

4.1.2.2 Konteks Situasi Marisik