bapak-bapak dan ibu-ibu dari pihak mempelai laki-laki. Sesampainya di rumah calon mempelai perempuan para rombongan berhenti sejenak menunggu isyarat
untuk masuk dari pihak calon mempelai perempuan. Pada situasi tersebut pihak perempuan juga mempersiapkan bagaimana cara penyambutan pihak calon
mempelai laki-laki.
4.1.1.5.2 Sub-Fase Upacara Penyambutan di Rumah Anak Daro
Pihak calon kerabat mempelai perempuan menyambut kedatangan pihak calon kerabat mempelai laki-laki dengan cara menaburkan beras kunyit kepada semua
rombongan dari kerabat laki-laki. Selanjutnya kaum kerabat perempuan dari pihak laki-laki yang membawa uang hantaran dipersilahkan masuk dan mengambil
tempat duduk persis di bawah langit-langit dan tabir adat yang telah terlebih dahulu dipersiapkan di rumah pihak calon mempelai perempuan.
Sementara kaum kerabat bapak-bapak yang turut pada rombongan pihak laki- laki, dipersilahkan untuk mengambil tempat dibarisan dinding pintu masuk
menghadap dinding tengah rumah. Sementara kepala desa, tokoh agama dan tokoh adat berada ditengah-tengah dinding rumah. Jadi pihak kerabat calon
mempelai perempuan dan pihak laki-laki duduk saling berhadap-hadapan. Setelah semuanya berkumpul maka salah seorang yang dituakan dari pihak perempuan
bertanya kepada pihak laki-laki maksud dan tujuan mereka datang dengan berpantun.
4.1.1.5.3 Sub-Fase Upacara Prakata Kepala Desa dan Tokoh Adat
Setelah semuanya saling mengetahui maksud dan tujuan, maka acara diserahkan oleh protokol kepada kepala desa dan tokoh adat. Oleh kepala desa dan
Universitas Sumatera Utara
tokoh adat selanjutnya mempersilahkan pihak kerabat rombongan laki-laki, menunjukkan semua hal-hal yang menjadi tanggung jawab mereka. Salah seorang
dari pihak laki-laki tampil kedepan untuk menyerahkan barang atau benda yang diwajibkan kepadanya terbungkus rapi dalam satu tempat yang disebut dengan
kampi katuk berwarna kuning, serta dialasi dengan kain kuning yang isinya adalah uang hantaran, mahar yang biasanya adalah emas murni, tanda dari laki-laki untuk
calon mempelai perempuan, serta seperangkat adat yang berupa jarum, benang, imbalo, lilin dan kemiri.
Setelah semua dilihat oleh kepala desa dan tokoh adat, maka semuanya bisa dikatakan sudah lengkap, dan selanjutnya kepala desa mengumumkan kepada
semua yang berhadir bahwa, pertunangan itu sudah sah menurut hukam adat yang berlaku, dan selanjutnya pihak laki-laki dan perempuan resmi bertunangan. Uang
dan hantaran yang tadinya sudah di tangan kepala desa dan tokoh adat, kemudian diserahkan kepada ibu calon mempelai perempuan atas perintah kepala desa.
Selanjutnya ibu calon pengantin perempuan menggendong semua peralatan yang telah diserahkan oleh perwakilan dari pihak laki-laki untuk selanjutnya akan
disimpan di dalam kamar. Pada saat semua hantaran sudah diserahkan kepada pihak perempuan maka pada saat itu juga kepala desa dan tokoh adat sebagai
pengetua adat dan pemerintah, maka selanjutnya kedua belah pihak akan membicarakan masalah sangsi.
4.1.1.5.4. Sub-Fase Penetapan Sangsi
Penetapan sangsi dilaksanakan setelah penyerahan hantaran selesai dibicarakan. Selanjutnya oleh kepala desa meminta kepada kedua belah pihak
Universitas Sumatera Utara
untuk menentukan hari pernikahan dan pesta. Biasanya setelah pertunangan diselenggarakan, maka pada saat itu juga dibicarakan sangsi yang berlaku pada
masa pertunangan terhadap masing-masing kedua belah pihak baik itu laki-laki ataupun perempuan sebagai berikut. Apabila pihak perempuan ingkar, maka uang
hantaran harus dikembalikan dua kali lipat kepada pihak laki-laki, dan apabila pihak laki-laki yang ingkar, maka seluruh pemberian dan uang hantaran dianggap
hilang. Dan apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan bersama, misalnya salah satu diantara kedua belah pihak meninggal, maka akan diadakan musyawarah
untuk mengambil jalan terbaik dan tidak akan merasa ada yang terjolimi.
4.1.1.5.5. Sub-Fase Pengambilan Hari Barinai