masyarakat Pesisir Sibolga sirih merupakan benda yang paling utama dalam setiap kegiatan, sirih merupakan alat untuk memulai acara dan sekaligus diyakini
masyarakat pesisir Sibolga sebagai benda bertuah, maksudnya adalah setiap kegiatan adat yang dilaksanakan semuanya diawali dengan pemberian sirih
sebagai tanda penghormatan.
Gbr.5.2.2 Daun sirih diatas kampi
5.2.3 Makna Sosial budaya Musyawarah
Masyarakat pesisir Sibolga khususnya dan masyarakat Melayu pada umumnya mempunyai tradisi kelisanan turun temurun. Mereka sering
menggunakan tutur lisan khususnya pantun baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam forum resmi, misalnya bahasa pantun yang digunakan oleh
talangke dalam marisik maupun maminang. Jadi makna sosial musyawarah adalah bertujuan untuk mencapai mufakat yang menguntungkan kedua belah pihak, baik
pihak perempuan maupun pihak lelaki. Gambar dibawah ini diambil pada Taggal 10-02-2013 di rumah bapak
Desi di daerah Simare-mare kecamatan Sibolga kota.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Musyawarah
5.2.4. Makna Sosial Budaya Meminang Dan Mengantar Uang
Setelah merisik dilakukan, maka tahap berikutnya adalah meminang mempelai perempuan. Dalam proses meminang biasanya pihak dari keluarga laki-
laki membawa familinya lebih banyak dan lebih lengkap, begitu juga pihak perempuan ketika menyambut kedatangan pihak keluarga lelaki, maka tamu yang
hadir harus lebih banyak dan lengkap sesuai dengan suku atau marganya. Dalam proses meminang, acara dipimpin oleh talangke perempuan
ataupun talangke lelaki. Talengke yang dibawa oleh pihak keluarga lelaki bertugas untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka ke rumah
perempuan. Dalam meminang biasanya dibicarakan berapa hal seperti uang hantaran, mahar, kapan pesta pernikahannya, dimana dilaksanakan dan biasanya
ada juga tukar cincin diantara dua mempelai. Ketika menentukan uang hantaran dan mahar biasanya musyawarahnya agak alot dan bahkan menbutuhkan waktu
yang lama, karena kedua belah pihak saling mempertahankan permintaanya. Talangke dari pihak perempuan terlebih dahulu menyampaikan berapa
hantaran, dan mahar yang dipersiapkan oleh pihak lelaki. Setelah talangke perempuan menyampaikan hal tersebut, maka pihak lelaki bisa saja langsung
Universitas Sumatera Utara
menerima atau minta kurang. Artinya bila pengantin perempuannya, misalnya pegawai negri, maka uang hantarannya bisa lebih besar. Uang hantaran ini dapat
dibayar lunas pada waktu meminang dan dapat juga dilunasi pada waktu baralek gadang dilaksanakan.
Gambar di bawah ini diambil pada Taggal 10-02-2013 di rumah bapak Desi di daerah Simare-mare kecamatan Sibolga kota.
Gbr.5.2.4 Menyerahkan Uang Hantaran
Selanjutnya setelah meminang dan mengantarkan uang biasanya kedua mempelai sudah resmi bertunangan. Mereka akan menukar cincin sebagai ikatan
cinta mereka yang akan menikah dikemudian hari. Pada saat bertunangan ini akan ditentukan syarat dan sangsi bila ada pihak yang mengundurkan diri. Bila pihak
perempuan yang mundur, maka akan diganti uang dua kali lipat. Bila pihak lelaki yang mundur, biasanya uangnya hangus, dan bila ada mendapat musibah,
biasanya dibicarakan kemudian. Dan dalam menentukan mahar bagi adat sumando juga dibicarakan waktu
meminang dan mengantarkan uang itu. Pihak keluarga perempuan mengajukan maharnya berupa emas, maka pihak keluarga lelaki boleh langsung menerima atau
minta dikurangi. Kalau sudah sepakat, maka mahar akan diberikan tunai pada saat proses pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
5.2.5 Makna Sosial Budaya Menentukan Hari Pernikahan