Semiotik Sosial Pendekatan Semiotik Sosial

2.2.1.1 Semiotik Sosial

Menurut Halliday 1978:108 bahasa adalah suatu sistem semiotik sosial. Sistem semiotik bahasa tersebut meliputi unsur bahasa dan hubungan bahasa dengan unsur konteks yang berada diluar bahasa sebagai konteks linguistik dan konteks sosial. Konteks sosial merupakan unsur yang mendampingi bahasa dan merupakan wadah terbentuknya bahasa. Bahasa dan konteks sosial, tempat bahasa atau teks terbentuk juga merupakan semiotik. Kress dan Van Leeuwen 1996:5 menyatakan bahwa ada tiga aliran besar semiotik yang menerapkan konsep teori berasal dari domain linguistik dan domain nonlinguistik sebagai sarana komunikasi. Salah satu diantara teori itu adalah semiotik sosial social semiotics yang diperkenalkan oleh Halliday 1978. Secara umum bahasa sebagai semiotik sosial menurut Halliday 1978:108 terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu: teks, situasi, register, kode, sistem linguistik meliputi sistem semantik, dan struktur sosial. Namun pada penelitian ini peneliti hanya mengambil beberapa elemen penting yang dianggap berhubungan dalam menganalisis bahasa sebagai semiotik sosial. Dibawah ini dapat kita lihat gambar struktur bahasa sebagai semiotik sosial yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis bahasa sebagai semiotik sosial setelah disederhanakan dari skematik yang dibuat oleh Halliday 1978:108, dan disesuaikan dengan kerangka berpikir peneliti dalam meneliti bahasa sebagai semitoik sosial. Universitas Sumatera Utara Figura2: Representasi skematis bahasa sebagai semiotik sosial dalam Baralek gadang Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan masing-masing elemen sesuai dengan peran masing-masing sebagai berikut: konsep teks adalah semua kegiatan yang sifatnya linguistik atau kebahasaan baik bentuk ujaran maupun tulisan, dalam konteks operasional dapat dibedakan berdasarkan konteks situasi seperti yang terdapat dalam kamus. Teks merupakan bagian paling penting dari proses semantik. Itu berarti dapat dikatakan bahwa teks dapat merupakan pilihan pada waktu yang bersamaan, dengan kata lain teks dapat didefinisikan sebagai perwujudan dari maksud atau arti apa yang dimaksud. Konteks sosial merupakan peran masyarakat dalam melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini akan dijelaskan keterkaitan Bahasa Sebagai Sistem Semiotik Sosial T E K S BG Konteks Sosial Konteks Situasi Medan Pelibat Sarana Makna Interpersonal Kearifan Lokal Konteks Bahasa Konteks Budaya SubjekPredikator Keterangan Universitas Sumatera Utara konteks sosial dengan konteks situasi. Di mana konsep teks yang disampaikan itu berupa teks lisan yang mana setiap kata atau kalimat yang disampaikan mengandung makna tersendiri. Dari konteks sosial maka akan muncul pemaknaan terhadap teks berdasarkan kepada konteks situasi dan konteks budaya. Konteks Situasi adalah lingkungan yang mana di dalamnya ada teks yang berperan terhadap hidup. Ini merupakan konsep yang telah ditetapkan dalam linguistik. Konteks situasi tidak hanya diinterpretasikan dalam istilah kongkrit sebagai sebuah laporan singkat tentang audiovisual melainkan lebih jauh lagi, sebuah representasi dari lingkungan tertentu memiliki hubungan yang relevan dengan teks. Konteks sosial merupakan salah satu jenis situasi situation type. Struktur semiotik yang merupakan sebuah jenis situasi mempunyau tiga dimensi, yaitu aktivitas sosial yang sedang berlangsung on going social activity, peran hubungan the role relationship involved, dan sarana simbolik atau retorik the symbolic yang merujuk pada medan Field, sarana mode, dan pelibat tenor. Sementara Sinar 2010:24 mengatakan dalam kontek situasi terdapat tiga variable sebagai penentu faktor siatuasi yakni; 1 Medan, 2 sarana dan 3 pelibat. Medan yakni membicarakan kegiatan berinteraksi yang mempunyai dua dimensi yakni apa yang dibicarakan dan untuk apa dibicarakan, pelibat merujuk kepada siapa yang dibicarakan atau siapa yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, dan sarana adalah bagaimana pembicaraan itu dilakukan. Konteks budaya merupakan bagian penting dari setiap interaksi, di mana konteks budaya akan memberikan pemahaman yang kongkrit kepada masing- masing individu terhadap apa yang sedang dilakukan mulai dari awal sampai kepada akhir kegiatan. Konteks budaya merupakan rangkaian kegiatan yang harus Universitas Sumatera Utara dilalui karena dianggap merupakan syarat untuk mencapai kesempurnaan acara. Dari kedua konteks di atas maka akan memunculkan nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan kekayaan budaya lokal. Kearifan lokal Sibarani 2012:1 mengemukakan bahwa kearifan lokal adalah remembering the past, understanding the present, and preparing the future “mengingat masa lalu, memahami masa kini, dan mempersiapkan masa depan”. Dengan kata lain kearifan lokal adalah merupakan nilai-nilai budaya yang terkandung pada suatu situasi baik itu konteks sosial, konteks situasi dan konteks budaya. Sementara Halliday dalam Handayani, 2012:35 mengatakan bahwa terdapat tiga hal penting sistem komunikasi bahasa yaitu ideasional merepresentasikan aspek pengalaman manusia di dalam dan diluar khususnya sebagai sistem tanda. Dengan kata lain harus mampu mempresentasikan objek dan hubungannya dengan dunia di luar bahasa sebagai sistem representasi. Metafungsi interpersonal menawarkan hubungan antara pencipta tanda dengan penerima tanda. Metafungsi tekstual menjelaskan pembentukan teks, kerumitan tanda-tanda yang dihubungkan baik secara internal maupun eksternal. Struktur sosial social structure terdiri dari tiga tingakatan, yang pertama yaitu menggambarkan dan memberi arti terhadap berbagai jenis dari kontek sosial, dimana arti senantiasa dapat berubah. Perbedaan kelompok sosial dan jejaring komunikasi juga sangat menentukan, atau sering disebut dengan Tenor pelibat dimana pelibat adalah realisasi fungsi antarpersona. Kedua, status dan peran hubungan dalam sebuah situasi adalah jelas merupakan hasil dari struktur sosial. Universitas Sumatera Utara Menurut Halliday 1978:108 yang pertama adalah bahasa sebagai semiotik sosial. Hal ini berarti bahwa bentuk-bentuk bahasa mengodekan encode representasi dunia yang dikonstruksikan secara sosial. Dalam pandangannya Halliday berpendapat bahwa bahasa adalah produk proses sosial. Dalam komunikasi berdasarkan pengalaman yang dimilikinya yang bersifat intersubjektif itu masing-masing partisipan akan menafsirkan teks yang ada. Dengan demikian, makna akan selalu bersifat ganda. Teks tertanam dalam konteks situasi, sebuah contoh dari jenis konteks atau situasi umum sosial, struktur semiotik. Hal ini mengandaikan interpretasi dari sistem sosial sebagai semiotik sosial, dimana sistem makna mendapat tempatnya dalam realitas budaya. Formulasi “bahasa sebagai semiotik sosial” berarti menafsirkan bahasa dalam kontes sosiokultural tempat kebudayaan itu sendiri ditafsirkan dalam terminologi semiotik sebagai sebuah sistem informasi. Dengan kata lain bahasa sebagi semiotik sosial berkembang dalam akar kebudayaan atau penafsiran budaya setempat. Inkulturasi penafsiran semiotik berperan penting dalam hal ini sesuai dengan kebudayaan tempat bahasa itu berkembang sebagai semiotik sosial. Dalam level yang amat konkret, bahasa itu berisi teks atau wacana, yakni pertukaran makna exchang of meaning dalam konteks interpersonal. Bahasa pada hakitanya mengkaji teks atau wacana. Menurut Halliday 1978:108 bahasa sebaga semiotik sosial. Hal ini berarti bahwa bentuk-bentuk bahasa mengodekan representasi dunia yang dikontruksikan secara sosial. Halliday memberi tekanan pada keberadaan konteks sosial bahasa yakni fungsi sosial yang menentukan bahasa dan bagaimana perkembangannya. Selanjutnya Halliday 1978 berpendapat bahwa sebagai Universitas Sumatera Utara semiotik sosial berarti menafsirkan bahasa dalam konteks sosiokultural tempat kebudayaan itu sendiri di tafsirkan dalam terminologi semiotik sebagai sebuah sistem informasi. Menurut Lecouven yang dikutip oleh Awang Dharmawan, dalam forum nadzhab Djaung, 27 Januari 2011 menjelaskan ada empat demensi utama dalam mengembangkan semiotika sosial yaitu: 1. Discurse merupakan bagian semiotika sosial yang memfokuskan bagaimana sumber-sumber semantik digunakan untuk membangun representasi dan kehadiran. 2. Genre yaitu berhubungan dengan penggunaan sumber semiotik untuk menetapkan interaksi komunikatif yang berhubungan dengan representasi, baik dalam percakapan ataupun unsur komunikasi lain yang memisahkan waktu dan jarak. 3. Style, bersangkaut paut dan berhubungan secara langsung dengan gaya hidup individu yang dipertontonkan dalam aktivitas komunikasi, yang secara tersirat ataupun tersurat, menyatakan identitas dan nilai-nilai yang dianutnya. 4. Modality yaitu bagian yang mempelajari penggunaan- penggunaan semiotik untuk menciptakan atau mengkomunikasikan kebenaran atau nilai-nilai relitas dari represntasi-representasi mereka, baik itu sebagai fakta atau fiksi, membuktikan kebenaran atau dugaan, dll.

2.2.2 Metafungsi Bahasa