Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian

10 40 Struktur Model Kebijakan Pembangunan infrastruktur Berkelanjutan Kota Merumuskan indikator prioritas pembangunan infrastruktur berkelanjutan Merancang model kebijakan pembangunan infrastruktur berkelanjutan kota TUJUAN UMUM TUJUAN VARIABEL DATA TEKNIK ANALISIS OUTPUT Gambar 7 Lanjutan 1. Kriteria Ekonomi

2. Kriteria Sosial

3. Kriteria Lingkungan 4. Kriteria Teknologi 5. Kriteria Tata Kelola Metode Analisis: ANP Analytical Network Process; Alat Analisis: Super Decisions - Indikator kunci hasil Rapinfra pendapat stakeholder - Indikator berpengaruh dlm rencana infrastruktur - Indikator penting menurut masyarakat Data indikator tiap Sub Model Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Sosial Model Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan Kota Indikator prioritas pembangunan infrastruktur berkelanjutan kota Merumuskan struktur sistem infrastruktur berkelanjutan Sub Model Lingkungan Indikator berpengaruh Sub Model Sosial Struktur Model: 1. Sub Model Fisik dan Lingkungan 2. Sub Model Ekonomi 3. Sub Model Sosial Sub Model Ekonomi Sub Model Sosial Sub Model InfrastrukturFisik Metode Analisis: Sistem Permodelan Dinamis Alat Analisis: Powersim Metode Analisis: Sistem Permodelan Dinamis; Alat Analisis: Powersim dan Skenario Indikator berpengaruh Sub Model Lingkungan Indikator berpengaruh Sub Model Ekonomi Indikator berpengaruh Sub Model Fisik Metode Analisis: Sistem Permodelan Dinamis Alat Analisis: Powersim Metode Analisis: Sistem Permodelan Dinamis Alat Analisis: Powersim Metode Analisis: Sistem Permodelan Dinamis Alat Analisis:Powersim Identifikasi indikator penting infrastruktur berkelanjutan kota menurut masyarakat TUJUAN KHUSUS 2 1. Kriteria Ekonomi

2. Kriteria Sosial

3. Kriteria Lingkungan 4. Kriteria Teknologi 5. Kriteria Tata Kelola Analisis Situasional Deskriptif - Skala tingkat kepentinganpengaruh - Persepsi dan harapan masyarakat - Indikator penting menurut masyarakat - Pendapat terhadap infrastruktur berkelanjutan 41

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengambil studi kasus di Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung. Sebagai ibukota Provinsi Lampung, kota ini termasuk ke dalam salah satu kota besar cepat tumbuh yang menjadi tujuan program pengendalian dalam RPJM 2004-2009. Letak geostrategis Provinsi Lampung yang dekat dengan Jakarta dan sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera yang dilalui jalan Trans Sumatera memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan Kota Bandarlampung. Tingkat urbanisasi Kota Bandarlampung juga tinggi, Kota Bandarlampung sebagai salah satu kota besar yang cepat tumbuh di Indonesia dan diperkirakan tahun 2015 akan menjadi kota metropolitan Pontoh dan Kustiwan 2009. Peningkatan luas kawasan terbangun di Kota Bandarlampung cukup tinggi yaitu 6.19 antara tahun 2000-2007 Tridarmayanti 2010. Tingkat pelayanan prasarana dasar seperti: jalan, air bersih, saluran drainase, air limbah, sampah masih rendah RTRW Kota Bandarlampung 2011. Secara lebih jelas lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan selama 30 bulan, dimulai sejak penyusunan proposal pada bulan November 2012 sampai dengan penyelesaian penulisan disertasi pada bulan April 2015. Gambar 8 Peta lokasi penelitian Legenda: Peta Administrasi Kota Bandarlampung Sumber: BAPPEDA Kota Bandarlampung, 2011 Jalan Arteri Primer Jalan Arteri Sekunder Jalan Kolektor Primer Jalan Kolektor Sekunder

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan hasil kajian pustaka, ruang lingkup infratsruktur yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 3781987 tentang Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, pada Lampiran 22 mendefinisikan prasarana lingkungan adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah dan jaringan listrik dan definisi infrastruktur menurut DPU 2005 meliputi: jalan, permukiman dan perumahan, prasarana air minum, prasarana air limbah, prasarana sampah, prasarana penyehatan, dan prasarana lingkungan lainnya, seperti ruang terbuka hijau RTH. Infrastruktur perkotaan yang diamati dalam penelitian ini dibatasi prasarana dasar yang berupa jaringan dan sangat mempengaruhi pembangunan perkotaan yaitu: jaringan jalan, jaringan air air bersih, air hujandrainase dan ruang terbuka hijau jalur hijau, mengingat adanya keterbatasan data dan waktu yang tersedia dalam melaksanakan penelitian ini. Lingkup wilayah penelitian adalah wilayah adminsitrasi Kota Bandarlampung yang terdiri dari 20 kecamatan.

3.4 Rancangan Penelitian

3.4.1 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari nara sumber. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, wawancara kepada pakar dan masyarakat. Wawancara dan penyebaran kuesioner kepada pakar sebagai masukan dalam penyusunan kriteria dan perumusan model, sedangkan penyebaran kuesioner dan wawancara kepada stakeholder serta focus group discussion FGD untuk mendapatkan respon keinginan tidak hanya pemerintah daerah saja tetapi juga semua lapisan masyarakat maupun swasta terhadap kebijakan pembangunan infrastruktur perkotaan. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui data statistik seperti: data kependudukan, lingkungan, ekonomi dan sosial-budaya; hasil-hasil penelitian atau laporan tahunan, dokumen perencanaan, regulasi, NSPM norma, standard, pedoman dan manual, peta dan data hasil olahan lainnya. Data sekunder juga dapat bersumber dari laporan, studi dan dokumen lainnya dari pihak-pihak yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur perkotaan seperti: BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Dinas PU dan BAPPEDA Provinsi Lampung, Dinas PU dan BAPPEDA Kota Bandarlampung. Jenis dan sumber data primer dan sekunder yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 6. 43 Tabel 6 Jenis dan sumber data penelitian No Kegiatan Penelitian Jenis Data Sumber Data 1 Mengvaluasi Kebijakan dan rencana pembangunan infrastruktur Kota Bandarlampung Data Sekunder - RPJPDRPJMD Kota - RTRW Kota - Renstra Sektoral Kota - RPIJM Kota - Rencana Swasta BAPPENAS, DPU, KLH BAPPEDA Provinsi dan Kota Dinas PU Provinsi dan Kota BPLHD Provinsi dan Kota Dinas Pertamanan Kebersihan Dinas Perhubungan Prov. Kota 2 Menilai tingkat keberlanjutan dan keterpaduan fungsi pembangunan infrastruktur kota Data Primer dan Sekunder Keseimbangan Lingkungan -Perubahan penggunaan lahan -Daya dukung Lingkungan -Pencemaran udara, tanah, air -Frekuensi banjir, longsor, erosi -Jml dan sebaran RTH Pertumbuhan Ekonomi -Pertumbuhan PDRB -Pertumbuhan PAD - Laju Investasi -Tingkat Inflasi -Jml UMKM, PKL - Pendapatan Masyarakat -Tingkat pengangguran -Kesempatan kerja Pemerintah Kota: BAPPEDA BPN Kota Bandarlampung BPLHD Kota Bandarlampung BPLHD Kota Bandarlampung BPBD Kota Bandarlampung Dinas Pertanaman Kota B.Lampung BAPPEDA Kota Bandarlampung DISPENDA Kota Bandarlampung BAPPEDA Kota Bandarlampung BAPPEDA Kota Bandarlampung BPS Kota Bandarlampung Dinas Tenaga Kerja Bandarlampung Dinas Tenaga Kerja Bandarlampung Tingkat Kesejahteraan Sosial -Pertumbuhan penduduk -Jumlah tenaga kerja -Tingkat Pendidikan Penduduk -Angka IPM Kota -Kemananan Ketertiban -Keterlibatan masyarakat -Akses ke infrastruktur BPS Kota Bandarlampung Dinas Tenaga Kerja Bandarlampung BPS Kota Bandarlampung Infrastruktur Teknologi -Sistem transportasi jalan raya -Sistem drainase air hujan -Sistem air bersih -Sistem air kotor - Sistem jalur hijau -Sistem pengelolaan sampah Tata Kelola Pemerintahan - Lembaga dan mekanisme koordinasi antar sektor - Peranserta masy dlm perencanaan - Penegakan sanksi hukum - Kepemimpinan visioner - SDM birokrasi - Penerapan RTRW - Ketersediaan peraturan - Sumber pendanaan pemerintah - Pengaduan masyarakat BAPPEDA Provinsi Lampung Dinas PUBM Kota Bandarlampung Dinas PUPengairan Kota B.Lampung Dinas PUCK Kota Bandarlampung Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Bandarlampung, Pemerintah Provinsi: BAPPEDA Provinsi Lampung Dinas PU Provinsi Lampung Pemerintah Kota: BAPPEDA Kota Bandarlampung, Dinas PU Kota Bandarlampung BPS Kota Bandarlampung, Dinas Sosial Kota Bandarlampung, DISPENDA Kota Bandarlampung, BAPPEDA Kota Bandarlampung, BAPPEDA Kota Bandarlampung, 4 Merumuskan kriteria dan indikator kunci pembangunan infrastruktur berkelanjutan perkotaaan Data Primer - Faktor pengungkit dan factor kunci pembangunan infrastruktur berkelanjutan Hasil proses Rapinfra RespondenPakar 5 Menyusun model kebijakan pembangunan infrastruktur berkelanjutan wilayah perkotaan Data Primer dan Sekunder - Data utk masing-masing sub model pembangunan infrastruktur berkelanjutan - Kinerja kebijakan pembangunan infrastruktur saat ini Respondenpakar ANP

3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam rangka mendapatkan dan menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder dan pakar adalah dengan menggunakan metode expert survey dengan melakukan wawancara mendalam in- depth interview dengan sampel yang telah ditentukandipilih secara sengaja purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria sesuai dengan yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu yang dipilih tersebut memiliki atau mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dilakukannya. Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan atau memilih pakar untuk dijadikan responden dalam penelitian ini adalah: 1 Mempunyai pengalaman yang memadai sesuai bidangnya; 2 Mempunyai reputasi, kedudukanjabatan dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai stakeholder yang konsisten atau pakar atau ahli pada bidang yang akan diteliti; da 3 Bersedia dijadikan responden dan dapat ditemui untuk diwawancara. Pengumpulan data untuk mendesain model kebijakan pembangunan infrastruktur berkelanjutan dilakukan dengan bantuan pakar bidang perencanaan infrastruktur perkotaan, tata ruang dan lingkungan. Kriteria untuk memenuhi syarat sebagai pakar adalah Marimin 2004: 1. Seseorang yang mendapat pendidikan formal S2S3 pada bidang yang dikaji, 2. Seseorang yang berpengalaman pada bidang yang dikaji minimal 10 tahun, tetapi memiliki pendidikan formal di bidang lain, 3. Seseorang yang berpendidikan formal dan berpengalaman pada bidang yang dikaji, minimal 5 tahun, 4. Seseorang yang berasal dari praktisi, didasarkan pada lama kerja dan kewenangan di suatu posisi tertentu minimal 5 tahun. Berdasarkan persyaratan tersebut, maka ditetapkan sebanyak 15 orang responden untuk wawancara mendalam dari kalangan birokat, akademisi, praktisi, tokoh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat. FGD dilakukan di Bandarlampung sebanyak 3 kali yaitu bulan Juli 2013, Agustus 2013 dan Januari 2014. Selanjutnya untuk memperoleh data primer langsung dari masyarakat, teknik pengambilan sampel juga menggunakan purposive sampling kepada 126 sampel yang mewakili setiap kelurahan di Bandarlampung. Survei dilakukan pada bulan November 2013. Jika data-data sekunder yang diperlukan tidak tersedia, maka akan dilakukan pengumpulan data dengan teknik sampel bola salju snowball sampling. Teknik sampel bola salju merupakan teknik sampling yang dipilih, karena peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitian. Peneliti hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel, karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu nanti akan diminta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya, begitu seterusnya sampai diperoleh data yang dirasa cukup.