saluran drainase yang belum baik dan hampir tidak ada ruang terbuka hijau aktif. Secara rinci hasil survei dapat dilihat pada Tabel 48.
Tabel 48 Pendapat dan harapan masyarakat terhadap infrastruktur di Kota Bandarlampung
Kriteria Pendapat
Harapan
Lingkungan 1. Kerusakan kawasan lindung terutama kaena
eksploitasi lereng, gunung dan bukit yang semakin parah seperti untuk permukiman,
hotal dan restoran. Akiatnya ada permukiman yang tertimpa longsor.
2. Pencemaran udara karena kemacetan yang meningkat dari tahun ke tahun dan kawasan
industri dalam kota 3. Kualitas air di kota kurang baik, di kawasan
pesisir sudah tercemar air laut intusi air laut 4. Ketersediaan sumber air baku kurang
5. Kawasan kumuh di perkotaan terus bertambah. Kawasan kumuh tidak layak huni
dan tidak teratur. 1. Perbaikan kawasan lindung dan penanaman
pohon 2. Pembenahan peraturan terutama berkaitan
dengan gunung, bukit dan lereng 3. Penambahan kawasan hijau kota
4. Pelihara lansekap kota yang indah tidak ditutupi papan reklame atau bangunan
5. Perbaikan infrastruktur di kawasan pesisir terutama di kawasan kumuh
6. Ada program pengembangan kampung hijau kota
7. Menambah panjang jalan dan mngurangi jumlah kendaraan pribadi
Sosial 1. Ketersediaan infrastuktur belum merata,
terutama di kawasan pinggiran kota 2. Tingkat pedidikan dan kesehatan masyarakat
kota masih rendah 3. Kota cenderung rawan kriminalitas, terutama
malam hari 4. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
infastruktur masih kurang 5. Tingkat kesadaran masyarakat dalam
pemeliharaan infrastruktur kurang 6. Banyak penduduk miskin kota yang menjadi
pengemis dan pengamen 7. Jumlah sumur bor dan sumur dangkal yang
dibangun masyarakat meningkat 8. Akses infrastruktur untuk orang cacat,
perempuan dan anak-anak masih rendah 9. Masyarakat kota belum peduli dengan
kebersihan lingkungan, memelihara taman kota, hemat penggunaan air dan energi
1. Pemerataan pelayanan infrastruktur 2. Peningkatan ketertiban dan keamanan kota
3. Pelibatan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur kota
4. Penertiban pengemis dan pengamen 5. Peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan
bagi masyarakat miskin 6. Penyediaan lapangan kerja untuk peningkatan
pendapatan masyarakat 7. Sosialisasi kepada masyarakat terhadap
pengolahan limbah rumah tangga dan pembangunan sumur air bersihsumur bor
8. Perlu lembaga khusus yang mengurus sampah kota, berbasis masyarakat
9. Infrastruktur untuk orang cacat tersedia 10. Ada gerakan kepedulian dan menyiapkan
warga kota untuk hidup ramah lingkungan, seperti: menjaga kebersihan, peduli
lingkungan, hemat air dan energi.
Ekonomi 1. Pertumbuhan ekonomi lokal belum
didukukung pemerintah. Belum ada ruang utk ekonomi lokal seperti UMKM modal,
pembinaaan, lokasi. PKL selalu dikejar tibum Pol PP
2. Investasi terbuka hanya untuk pengusaha besar
3. Biaya hidup sehari-hari mahal 4. Upah Minimum Kota UMK masih rendah
belum memenuhi KHL Kebutuhan hidup layak
5. Harga lahan dalam kota dan pinggiran mahal 6. Biaya transportasi dalam kota mahal
7. Peningkatan PDRB dan APBD tidak
berpengaruh langsung pada masyarakat
7 Ekonomi lokal memperoleh ruang utk 8 berkembang, misal: ada ruang khsusus untuk
PKL, memberi ruang untuk industri kreatif kota terutama bagi kalangan pengusaha
pemula atau muda 9 Infrastruktur murah dan terjangkau, terutama
untuk air bersih, angkutan umum, dan ruang bermain anak taman kota
10 Harga lahan yang terjangkau, ada perumahan susun untuk kawasan kumuh
11 Peningkatan UMK di atas KHL 12 Peningkatan penggunaan APBD yang pro
rakyat Teknologi
1. Jalan kota macet pada jam sibuk 2. Pengembangan transportasi kota masih
berorientasi kendaraan pribadi 3. Pembangunan jalan di kawasan pinggiran
tidak diperhatikan 4. Penyediaan angkutan umum belum prioritas
5. Fasilitas pejalan kaki belum memadai, desain trotoar licin, menyilaukan dan tidak rata
naik turun terlalu terjal 6. Penyediaan air bersih belum memadai dan
merata 1. Jalan dalam pusat kota lancar dan tidak
bongkar pasang dalam waktu yang lama, sehingga tidak nayaman
2. Pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor 3. Angkutan umum tersedia ke seluruh kota
4. Fasilitas pejalan kaki memadai aman, sejuk, nyaman. Penambahan trotoar di kawasan
pendidikan, perdagangan dan perumahan 5. Ada jalur khusus untuk sepeda dan angkutan
umum 6. Sampah dikelola dengan baik, mulai dari
sumbernya, ada sosialisasi dan pelatihan
Tabel 48 lanjutan
Kriteria Pendapat
Harapan
7. Saluran drainase kota belum baik, mudah meluap karena desain yang tidak tepat dan
penuh dengan sampah 8. Air limbah kota belum dikelola dengan baik,
masih terbatas jumlah IPAL komunal 9. Ruang terbuka atau taman sangat terbatas,
taman aktif hampir tidak ada kepada masyarakat cara mengelola sampah di
rumah tangga 7. Ada saluran air limbah komunalkota
8. Ada ruang terbuka hijau aktif yang dapat dimanfaatkan penduduk kota
9. Penyediaan air bersih yang merata ke seluruh kota, pembatasan pembuatan sumur bor
Tata Kelola Pemerintahan
1. Peraturan daerah terkait infrastruktur berkelanjutan belum ada
2. Perencanaan infrastruktur secara terpadu belum ada
3. Belum ada kelembagaan terpadu pembangunan infrastruktur
4. Kepemimpinan masih belum visioner, masih belum kreatif, inovatif dan masih KKN
5. Sanksi pelanggaran tata ruang belum tegas atau maksimal
6. Ada wadah pengaduan masyarakat tapi belum tersosialisasi dengan baik, sehingga
sulit diakses 7. Anggaran infrastruktur belum transparan
8. Pelayanan dan kapasitas sdm birokrasi belum baik
9. Partisipasi masyarakat kurang 10. Kondisi sosial politik berpengaruh negatif
pada pembangunan infrastruktur 11. Banyak pelanggaran terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku 1. Perlu penegakan hukum bagi pelanggaran
tata ruang 2. Ada sosialisasi peraturan ke masyarakat
tentang infrastruktur 3. Pengaduan masyarakat mudah diakses
sampai tingkat kelurahan 4. Ada forum atau institusi yang mewadahi
antar sektor 5. Perlu kepemimpinan yang lebih visioner,
amanah, dan bebas KKN 6. Kondisi sosial politik yang stabil
7. Ada informasi yang mudah diakses masyarakat tentang peraturan yang ada di
pemerintah kota 8. Ada institusi khusus yang mengelola
infrastruktur kota 9. Ada kesepakatan bersama antara masyarakat
dan pemerintah berkaitan dengan peraturan dan perencanaan infrastruktur semacam
konsensus 10. Penegakan hukum yang tegas, merata dan
berkeadilan
6.3.2 Penerapan kriteria dan indikator pembangunan infrastruktur
berkelanjutan dalam perencanaan Kota Bandarlampung 6.3.2.1 Penerapan kriteria dan indikator pembangunan infrastruktur
berkelanjutan dalam kebijakan makro
Tinjauan aspek kebijakan makro pada berbagai bentuk rencana pembangunan yang diamati di Kota Bandarlampung menunjukkan bahwa
rencana-rencana tersebut sudah mempertimbangkan kriteria pembangunan berkelanjutan lingkungan, sosial, ekonomi, teknologi dan tata kelola. Hal ini
terlihat dari konsepsi visi, misi, kebijakan, strategi dalam rencana jangka panjang RTRW dan Rencana Sektoral serta rencana jangka menengah RPJMD dan
RPIJM Kota Bandarlampung.
Dalam rencana jangka panjang 20 tahun yaitu RTRW dan Rencana Induk Sektoral RIS sudah tercantum kriteria pembangunan berkelanjutan,
walaupun pada RIS sifatnya lebih teknis. Dalam tujuan RTRW Kota Bandarlampung tahun 2010-2030 sudah ada konsep pembangunan berkelanjutan
mencakup 3 pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, walaupun masih secara umum sesuai dengan lingkup kebijakannya. Aspek kebijakan makro hampir tidak
ditemui pada rencana sektoral, kecuali pada masterplan air limbah. Rencana Induk Air Limbah dan Sanitasi memuat visi misi dengan konsep berkelanjutan yang
bersifat lebih teknis.