Pendahuluan Model Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan (Studi Kasus Kota Bandarlampung)

Kementerian Pekerjaan Umum 1 orang, Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Lampung 1 orang; Kepala Dinas Pengairan dan Permukiman Provinsi Lampung 1 orang Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandarlampung 1 orang; Ketua BAPPEDA Provinsi Lampung 1 orang; Ketua BAPPEDA Kota Bandarlampung 1 orang; Kepala BPLHD Kota Bandarlampung 1 orang; Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandarlampung 1 orang; Kepala Dinas Tata Kota Kota Bandarlampung 1 orang, PDAM Way Rilau 1 orang, KonsultanKontraktor Perencana Bidang Pekerjaan Umum 1 orang; Akademisi 3 orang 1 orang dari Universitas Lampung dan 2 orang dari Universitas Bandarlampung; Profesional dari organisasi Ikatan Ahli Perencana IAP Lampung sebanyak 1 orang; Aktivis LSM kebijakanlingkungan 1 orang. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui data statistik,hasil- hasil penelitian atau laporan tahunan, dokumen perencanaan, regulasi, NSPM norma, standard, pedoman dan manual, peta dan data hasil olahan lainnya. Data tersebut berkaitan dengan 5 dimensi berkelanjutan yang akan dinilai pakar, seperti: data kependudukan, lingkungan, prasarana dan sarana, ekonomi, sosial- budaya dan tata kelola pemerintahan. Data sekunder juga dapat bersumber dari laporan, studi dan dokumen lainnya dari pihak-pihak yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur perkotaan seperti: Departemen Pekerjaan Umum, Dinas Bina Marga Provinsi Lampung, Dinas Permukiman dan Pengairan Provinsi Lampung dan BAPPEDA Provinsi Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandarlampung dan BAPPEDA Kota Bandarlampung. 5.2.2 Dimensi dan Indikator Keberlanjutan Dalam penentuan dimensi infrastruktur berkelanjutan, mengacu pada kerangka yang disusun oleh Sahely 2005 seperti pada Gambar 2 terdahulu, dan berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan sebelumnya, maka 5 dimensi yang digunakan dalam studi ini adalah lingkungan, sosial, ekonomi, teknologi dan tata kelola pemerintahan. Dari berbagai kriteria dan indikator untuk kota dan infrastruktur berkelanjutan yang dikembangkan dalam berbagai penelitian pada kajian pustaka, maka dapat dirangkum dan diaplikasikan untuk kriteria dan indikator infrastruktur berkelanjutan kota untuk penelitian ini. Kriteria, sub kriteria dan indikator dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan tersebut adalah: 1 Kriteria lingkungan dengan sub kriteria yaitu konservasi dan efisiensi penggunaan sumber daya alam. Indikator yang dapat dikembangkan adalah penggunaan lahan, efisiensi penggunaan sumber daya alam lahan, air dan udara. 2 Kriteria sosial dengan sub kriteria keamanan, kesejahteraan, dan keterlibatan masyarakat. Indikator yang dapat dikembangkan adalah angka IPM indeks pembangunan manusia, keamanan dan ketertiban serta partisipasi dan perilaku masyarakat dalam pengembangan infrastruktur kota. 3 Kriteria ekonomi dengan sub kriteria pertumbuhan dan pemerataan. Indikator yang dikembangkan adalah berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi kota yang pro rakyat miskin. 4 Kriteria teknologi infrastruktur dengan sub kriteria kebutuhan dan ketersediaan. Indikator yang dikembangkan adalah berkaitan dengan kualitas dan kuantitas infrastruktur. 5 Kriteria tata kelola dengan sub kriteria pemerintahan yang baik, kapasitas kepemimpinan dan kelembagaan. Indikator yang dapat dikembangkan adalah regulasi, perencanaan, penegakan hukum, anggaran, kepemimpinan, kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaanBerdasarkan kajian pustaka dan analisis yang dilakukan terhadap indikator kota dan infrastruktur berkelanjutan diperoleh 5 kriteria dengan 50 indikator pembangunan infastruktur berkelanjutan. Kriteria dipilih berdasarkan aspek yang terkait dengan pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Setiap kriteria diuraikan ke dalam sub kriteria dan selanjutnya dianalisis indikator apa saja yang ada pada setiap sub kriteria tersebut, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39 Kriteria dan indikator infrastruktur berkelanjutan No. Kriteria Sub Kriteria Indikator 1. Lingkungan 1. Perlindungan sumber daya alam 2. Efisiensi penggunaan sumber daya alam 1. Tingkat Daya Dukung Lahan 2. Laju kerusakan kawasan lindung 3. Laju perkembangan lahan terbangun 4. Laju kawasan kumuh perkotaan 5. Kualitas udara 6. Kualitas air 7. Kualitas tanah 8. Ketersediaan sumber air baku 9. Jumlah titik kemacetan 10.Kondisi lansekap kota 2. Sosial 1. Keamanan 2. Kesejahteraan 3. Keterlibatan masyarakat 1. Laju pertumbuhan penduduk 2. Jumlah penduduk miskin 3. Tingkat perkembangan IPM 4. Pembangunan sistem limbah oleh masyarakat 5. Pembuatan bidang resapan oleh masyarakat 6. Pengolahan sampah oleh masyarakat 7. Pembuatan sumur bor dan dangkal oleh masyarakat 8. Tingkat keamanan dan ketertiban 9. Tingkat pengangguran 10. Tingkat Pelanggaran lalinkecelakaan 11.Perilaku masyarakat terhadap keberlanjutan infras. 3. Ekonomi 1. Pertumbuhan Ekonomi 2. Pemerataankeberpihakan 1. Laju pertumbuhan ekonomi 2. Laju pertumbuhan PAD 3. Laju pertumbuhan investasi 4. Laju pertumbuhan APBD 5. Tingkat pendapatan perkapita 6. Tingkat upah UMK 7. Laju pertumbuhan ekonomi lokal 8. Tarif pelayanan infrastruktur 9. Peningkatan nilai harga lahan kota 4. Teknologi Ketersediaan: 1. Kuantitas jumlah, sebaran 2. Kualitas desain, mutu 1. Ketersediaan sistem saluran drainase 2. Ketersediaan sistem limbah kota 3. Ketersdiaan sistem air bersih 4. Ketersediaan sistem pengelolaan sampah 5. Ketersediaan sistem Ruang Terbuka Hijau 6. Ketersediaan prasarana jalan 7. Ketersediaan jalur sepeda kendaraan non motor 8. Ketersedian prasarana pejalan kaki 9. Ketersediaan sistem angkutan umum 5. Tata Kelola Pemerintahan 1. Kelembagaan 2. Anggaran 3. Kepemimpinan 1. Peraturan ttg infrastruktur 2. Perencanaan infrastruktur 3. Institusi yang mewadahi antar sektor infrastruktur 4. Kepemimpinan yang visioner 5. Pemanfaatan ruang kota 6. Penegakan hukum 7. Kondisi sosial politik daerah 8. Call center pengaduan masyarakat 9. Anggaran infrastruktur 10. Kapasitas SDM pemerintahan 11. Partisipasi masyarakat

5.2.3 Metode dan tahapan analisis keberlanjutan

Penilaian tingkat keberlanjutan pembangunan infrastruktur Kota Bandarlampung dianalisis menggunakan Multidimensional Scalling MDS dengan metode Rapinfra Rapid Appraisal of Infrastructure. Rapinfra dalam studi ini adalah penyesuaian dari Rapfish atau Rapid Appraisal of Fisheries yang merupakan salah satu alat analisis status kelestarian sumberdaya dan dalam penelitian ini digunakan sebagai alat analisis evaluasi tingkat keberlanjutan infrastruktur kawasan perkotaan. Pada awalnya Rapfish dikembangkan oleh Fisheries Centre, University of British Columbia atau UBC Canada Fauzi dan Anna 2005. Prinsip aplikasi alat analisis ini berbasis indikator dengan pendekatan penyelesaian berbasis MDS. Kavanagh 2001 merekomendasikan lima tahapan yang harus dilalui dalam prosedur Rapfish, 1 penentuan indikator sebagai kriteria penilaian dan identifikasi kondisi saat ini ; 2 penilaian skor setiap indikator; 3 ordinasi setiap indikator; 4 analisis montecarlo dan sensitivitas 5 analisis kebutuhan. Setiap indikator pada masing-masing kriteria diberikan skor berdasarkan scientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0 – 3 atau tergantung pada keadaan masing-masing indikator yang diartikan mulai dari yang buruk 0 sampai baik 3. Nilai skor dari masing-masing indikator dianalisis secara multidimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan infrastruktur perkotaan yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Skor dianalisis dengan Rapinfra untuk menentukan status keberlanjutan pada masing- masing kriteria sesuai dengan kategori indeks dan status keberlanjutan menurut Kavanagh and Pitcher 2004 seperti pada Tabel 40. Nilai stress menunjukkan proporsi varians yang tidak dijelaskan oleh model. Semakin rendah nilai stress semakin baik model MDS seperti tertera pada Tabel 41. Tabel 40 Kategori indeks dan status keberlanjutan Nilai indeks Kategori 0.00 – 24.99 buruk tidak berkelanjutan 25.00 – 49.99 kurang kurang berkelanjutan 50.00 – 74.99 cukup cukup berkelanjutan 75.00 – 100.00 baik berkelanjutan Sumber: Kavanagh dan Pitcher 2004 Nilai indeks keberlanjutan setiap kriteria infrastruktur perkotaan meliputi kriteria ekonomi, lingkungan, sosial, teknologi, dan tata kelola pemerintahan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram. Indikator yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan infrastruktur perkotaan ditampilkan melalui analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan root mean square rms ordinasi pada sumbu X. Dalam hal ini semakin besar perubahan nilai rms, maka semakin sensitif indikator tersebut dalam keberlanjutan infrastruktur perkotaan. Tabel 41 Nilai stress Nilai Stress Kesesuaian Lebih dari 20 Buruk 10 -20 Cukup 5 - 10 Baik 2.5 -5 Sangat Baik