Definisi dan Ruang Lingkup Kriteria dan Indikator Kinerja

19 Tabel 2 Kajian penelitian terdahulu tentang infrastruktur berkelanjutan Penulis Judulmodel Metode Hasil Komentar Dimitriou 1991 An Integrated approach to urban infrastructure development: a review of Indonesian experience - Pendekatan keterpaduan - Pendekatan partisipatif Pendekatan pembangunan infarstruktur terpadu di permukiman padat perkotaaan dgn pendekatan partisipatif Pembangunan infrastruktur skala permukiman dengan partisipasi masyarakat Singh dan Steinberg 1997 Integrated Urban Infrastructure Development in Asia - Pendekatan keterpaduan - Pendekatan partisipatif Pendekatan pembangunan infarstruktur terpadu di permukiman padat perkotaaan dgn pendekatan partisipatif Pembangunan infrastruktur masih skala permukiman, belum skala kota dengan partisipasi masyarakat Deakin 2002 Sustainable Transportation: US dilemmas and European experiences. - Pendekatan Strategi perencanaan transportasi berke-lanjutan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, ekonomi dan perubahan iklim Perlunya peran kepemimpinan dalam perencanaan Sahely et al. 2005 Developing sustainability criteria for urban infrastructure systems Sustainability Assessment of Urban Infrastructure System Kriteria dan indikator keberlanjutan sistem air perkotaaan Kriteria dan indikator sistem air perkotaan lebih bersifat teknis dan lingkungan belum mempertimbangkan sosial dan ekonomi Suhono 2008 Pengelolaan Pembangunan Infrastruktur Terpadu Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Perkotaan Berkelanjutan - MDSSTFR A - FLAGDAS HBOARD - RapfishRap infra - AHPFGD Model pembangunan infrastruktur perkotaan berbasis keterpaduan dan keberlanjutan dalam kerangka manajemen yaitu; 1.identifikasi kebut. 2.perencanaan 3. program dana, 4.pelaksanaan, 5.operasionalisasi 6.monev Ada faktor pengungkit utk 6 tahap pengelolaan yaitu: 1.keterlibatan risetPT, 2.rencana investasi infrastruktur, 3.transparansi pembiayaan, 4.antisipasi dampak sosial, 5.keterlibatan swasta dan 6.tindaklanjut monev Herwirawan 2009 Analisis Struktur Ruang dalam Pengembangan Infrastruktur berkelanjutan di Depok Penilaian Kecukupan Infrastruktur berkelanjutan Ketersediaan infrastruktur hijau ruang terbuka hijau masih terfragmentasi belum dalam jaringan hubs dan links Rencana RTH belum terpadu dengan rencana infrastukrtur lainnya, dan belum menjadi bagian dari RTRW kota Devesa et al. 2009 Scenario Analysis for the Role of Sanitation Infrastructure in Integrated urban Wastedwater Management - Pengelolaan air Limbah - Sistem Kontrol Infrastruktur Sanitasi Model scenario integrasi antara sistem air limbah kota dengan penampungan air Studi hanya untuk pengelolaan limbah, belum mempertimbangkan aspek keberlanjutan Panjaitan 2010 Model Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan di Kawasan Metropolitan PCA Principal Component Analysis Sistem Dinamis Model skenario pengelolaan transportasi yang dilihat dari perilaku sub model tata guna lahan, pergerakan, jaringan jalan, sarana kendaraan dan pencemaran udara. Indikator transportasi berkelanjutan : tata guna lahan, pergerakan, jaringan jalan dan pencemaran udara. Heeres et al. 2012 Functional-spatial sustainability potentials of integrated infrastructure planning Infrastructure- land use integration Dalam dimensi fungsi ruang ada hubungan yang kuat antara infrastruktur jalan dan penggunaan lahan sebagai proses kolaborasi antar aktor , tetapi hal ini belum diperhatikan Kajian perencanaan jalan yang berkelanjutan dengan memperhatikan penggunaan lahan perencanaan tata ruang 20 Tabel 2 Lanjutan Kharrazi dan Masaru 2012 Quantifying the Sustainability of Integrated Urban Waste and Energy Netwrorks -Ecological network analysis -Integrated urban systems Model Konsepsual jaringan energi dan Sampah di Perkotaan Kajian tentang energi dan sampah kota Morrisey et.al. 2012 A Strategic Project Appraisal framework for ecological sustainable urban infrastructure - Strategic Project Appraisal SPA - Strategic Environmental Assesment SEA Pengambilan keputusan dengan SPA lebih baik dan lebih hemat alokasi sumber daya dalam upaya menurunkan dampak pengembangan infrastruktur Pentingnya prencanaan berkelanjutan, sehingga menghemat sda dan menurunkan dampak pembangunan infrastruktur Setawati et al. 2013 Infrastructure development strategy for sustainable wastewater system by using SEM Method Case study Setiabudi and Tebet Districts, South Jakarta SEM Structural Equation model0 Variabel yang mempengaruhi sistem air limbah berkelanjutan adalah berturut-turut: institusi, lingkungan, teknolgi, anggaranekonomi, dan sosial budaya Indikator yg berpengaruh utk tiap variabel adalah: pelaksanaan peraturan dan sanksi, daur ulang air limbah, teknologi yg tepat, investasi dan keterlibatan masyarakat. Pada tahun 2009, Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan 8 atribut kota berkelanjutan melalui Program Pengembangan Kota Hijau P2KH yang dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2010 sampai tahun 2025. Atribut tersebut adalah green planning and design, green open space, green community, green waste, green building, green energy, green water, dan green transportation. Sebagian besar dari atribut tersebut adalah adalah aspek infrastruktur. Pada tahun yang sama Ikatan Ahli Perencanaan IAP mengembangkan indikator kota layak huni livable city yang terdiri dari 9 aspek yaitu: tata ruang, lingkungan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, infrastruktur, ekonomi, keamanan dan sosial Muttaqin 2009. City Infrastructure Services CIS atau Pelayanan Infrastruktur Kota adalah indikator yang dikembangkan untuk mengukur kinerja kualitas pembangunan infrastruktur dasar kota DPU 2006. CIS adalah nilai indeks gabungan aspek transportasi, pelayanan air bersih, persampahan, sanitasi dan drainase. Transportasi meliputi rasio dari kondisi jalan, kondisi jembatan, anggaran, dan trayek angkutan umum. Pelayanan air bersih meliputi rasio dari kapasitas produksi, kebutuhan air bersih, area pelayanan, frekuensi pelayanan, tingkat kebocoran dan jumlah pelanggan. Persampahan meliputi rasio prasarana dan sarana, metode pengolahan, retribusi dan peran RTRW. Sanitasi meliputi instalasi air limbah IPAL, kondisi, biaya pengelolaan, cakupan wilayah dan jumlah penduduk terlayani. Drainase meliputi tinggi genangan air ketika banjir dan frekuensi bencana banjir. Kementerian Pekerjaan Umum melalui Permen PU No. 14 tahun 2010 mengeluarkan Standar Pelayanan Minimal SPM sebagai tolok ukur untuk pencapaian sasaran pembangunan infrastruktur di daerah. Standar Pelayanan Minimal SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM bidang ke PU-an dan Penataan Ruang adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 21 yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil danatau manfaat pelayanan dasar Permen PU No. 14 tahun 2010. CIS dan SPM fokus pada penilaian sasaran infastruktur dari sisi teknis atau teknologi. Penelitian pembangunan infrastruktur berkelanjutan yang berkembang masih parsial pada masing-masing atau beberapa jenis infrastruktur dan dalam lingkup kota dan atau pada kawasan permukiman di pinggiran metropolitan. Ruang lingkup penelitian tersebut lebih pada kerangka sistem teknologi, walaupun sebagian sudah mempertimbangkan kriteria pembangunan berkelanjutan. Penelitian tersebut adalah: kriteria keberlanjutan sistem air perkotaan Sahely et al. 2005, Danko dan Lourenco 2007; transportasi berkelanjutan Sahely et al. 2005, Litman dan Burwell 2006, Hall 2006, Haghshenas dan Vaziri 2012, Kusbimanto 2013, sistem air limbah Danko dan Lourenco 2007, Setiawati et al. 2013, sistem air hujan Suripin 2004, Andayani 2012, Benzerra 2012, ruang terbuka hijau atau green infrastructure Aji 2000, Mell 2009, Putri 2013, sampah terpadu Chalik et al. 2011, Astuti et al. 2011, Kharrazi dan Masaru 2012, Safitri 2012. Secara terperinci kajian penelitian terdahulu terhadap kriteria dan indikator infrastruktur berkelanjutan untuk berbagai jenis infrastruktur dapat dilihat pada Tabel 3. Penelitian pembangunan infrastruktur secara terpadu sudah dilakukan beberapa peneliti, tetapi masih belum secara lengkap mempertimbangkan kriteria dan indikator pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Singh dan Steinberg 1996 merekomendasikan pembangunan infrastruktur terpadu skala permukiman kota. Danko and Lourenco 2008 mendiskusikan tentang indikator dan kriteria pengembangan infrastruktur berkelanjutan di Portugal. Morrisey et al. 2012 menyusun kerangka penilaian infrastruktur kota berkelanjutan, khususnya pada tahap perencanaan agar dapat hemat sumber daya pengembangan infrastruktur. Timmemans et al. 2000 hanya meneliti tentang konflik antar aktor dalam pengelolaan infrastruktur berkelanjutan.Penelitian yang dilakukan oleh Suhono 2008 tentang kebijakan pembangunan infrastruktur terpadu di kawasan perkotaan belum mempertimbangan kebijakan yang sudah ada saat itu dan dalam metodologi belum melakukan feedback terhadap pilihan-pilihan kebijakan yang ditetapkan. Azwar et al. 2013 meneliti model pembangunan infrastruktur di kawasan reklamasi pantai dan dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kriteria dan indikator kota ekologi dapat diaplikasikan untuk membuat model pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Kriteria tersebut adalah penggunaan lahan, transportasi, bangunan, ruang terbuka hijau, infrastruktur, energi, hidrologi, dan udara. Setiawati et al. 2013 melakukan studi pengembangan strategi infrastruktur, dengan studi kasus sistem air limbah, menemukan faktor yang berpengaruh dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan berturut-turut adalah kelembagaan, lingkungan, teknologi, anggaran ekonomi dan sosial budaya.