6.53 Model Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan (Studi Kasus Kota Bandarlampung)

63 Tabel 24 Keadaan dan panjang jalan di Kota Bandarlampung 2007 -2011 Uraian Panjang Jalan km 2007 2008 2009 2010 2011 I. Jenis Permukaan 900 .320 900 .320 900 .320 900 .320 900 .320 a. Di aspal 850. 320 853 .370 854. 854 855 .550 859 .100 b. KerikilOnderlag 22 .850 20. 750 19. 807 20. 110 18. 910 c. TanahAwcas 27 .150 26. 200 25. 659 24 .660 22. 310 d. Tidak Dirinci - - - - -

II. Kondisi Jalan 900. 320

900. 320 900 .320

900 .320 900. 320 a. Baik 395. 980 400.642 404 .243 404. 750 406. 250 b. Sedang 397. 250 405.144 406. 740 407. 250 409. 350 c. Rusak 37. 820 40. 510 41. 414 43. 110 45 .095 d. Rusak Berat 24. 360 29. 009 25. 200 26 .100 25 .457 e. Tidak Dirinci 44 .910 27. 015 22. 723 19 .110 14 .168

III. Kelas Jalan 900 .320

900. 320 900 .320

900. 320 900 .320

a. Kelas I - - - - - b. Kelas II - - - - - c. Kelas III - - - - - d. Kelas III A 119 .320 119. 320 119. 315 119 .315 119. 315 e. Kelas III B 228. 445 228. 445 228. 445 228. 445 228. 445 f. Kelas III C 552 .555 552. 555 552 .560 552. 560 552 .560 g. Tidak Dirinci - - - - - Sumber: BPS Kota Bandarlampung 2012 Tabel 25 Perkembangan Jumlah Kendaraan Kota Bandarlampung 2007-2011 Tahun Jumlah Mobil pribadi Jumlah Sepeda Motor Jumlah Truk Jumlah Bus Jumlah oplet angkot Jumlah Tingkat Pertum- buhan 2007 51 249 199 822 26 244 1 395 4 097 282 807 19 2008 57 963 256 065 29 817 1 454 3 903 349 202 16 2009 63 580 327 180 23 665 1 387 3 182 418 994 7 2010 71 256 346 673 27 398 1 507 2 834 449 668 14 2011 80 993 406 819 30 068 1 493 2 271 521 644 Sumber: BPS 2012 dan Dinas Perhubungan Bandarlampung 2012 Tabel 26 Perkembangan jumlah angkutan umum Kota Bandarlampung Tahun 2007-2011 No Jenis Angkutan Umum 2007 2008 2009 2010 2011 A Mikrolet 2 404 2 365 2 182 1 541 797 B Minibus perbatasan DAMRI - - 46 45 6 C Taksi 129 114 55 103 59 D Bus Kota 130 130 39 45 2 E BRT - - - - 44 Jumlah angkutan umum A,B,C,D,E 2 663 2 609 2 268 1 734 908 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandarlampung 2008-2012 ; Catatan: data yang tercatat adalah yang berijin 40-60 dari data riil di lapangan Rata-rata peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Bandarlampung dalam beberapa tahun terakhir adalah 36 . Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Bandarlampung 2012 sebagian besar kemacetan di Kota Bandarlampung disebabkan oleh peningkatan volume kendaraan yang tidak dibarengi oleh peningkatan kapasitas jalan. Titik rawan kemacetan di Kota Bandarlampung dapat dilihat pada Tabel 27. Dalam rangka mengantisipasi kegiatan perkotaan Bandarlampung yang akan diproyeksikan menjadi Kota Metropolitan, jalan-jalan utama di Kota Bandarlampung harus ditingkatkan kapasitasnya dengan melakukan perlebaran ruas jalan. Beberapa ruas jalan yang pada waktu lima tahun sebelumnya menjadi jalur alternatif saat ini telah menjadi jalur utama sehingga menimbulkan kemacetan pada ruas jalan tersebut, hal ini contohnya terjadi di ruas Jalan Arif Rahman Hakim dan Jalan Urip Sumoharjo RTRW Kota Bandarlampung 2010- 2030. Persoalan kemacetan di Kota Bandarlampung menurut Abeto 2008 tidak bisa diatasi hanya dengan terus-menerus membangun jalan baru, karena kebijakan ini hanya bersifat sementara dan tidak bisa menyelesaikan persoalan kemacetan dalam jangka panjang. Fasilitas pejalan kaki di Kota Bandarlampung belum maksimal, ketersediaan trotoar secara kuantitas dan kualitas masih kurang memadai. Belum semua kawasan yang perlu fasilitas pejalan kaki tersedia trotoar, desain trotoar yang ada juga masih belum baik seperti: jaringan yang terputus-putus, kelandaian, material yang digunakan tidak aman dan nyaman dan lain-lain. Selain itu belum tersedia jalur khusus untuk kendaraan non motor di dalam kota seperti: sepeda, gerobak dan lain-lain pengamatan lapangan 2013 . Angkutan umum masih didominasi angkutan kecil atau angkutan kota angkot yang berhenti sembarangan dan jalur yang berubah-rubah menurut permintaan penumpang. Jumlah angkutan kota menurun dari tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Sudah tersedia BRT, tetapi belum merata ke seluruh kota dengan tarif yang tidak standar atau berubah-rubah Dinas Perhubungan Kota Bandarlampung 2012. Disamping itu banyak penduduk yang menggunakan ojek dan taksi.

4.4.2 Jaringan air hujan drainase

Kebutuhan saluran drainase 2 kali panjang jalan kota atau 1800.640 km, saat ini saluran drainase yang tersedia baru 50 dari kebutuhan tersebut atau 900.320 km Bappeda Kota Bandarlampung 2012. Sebagian besar sistem jaringan saluran drainase Kota Bandarlampung memanfaatkan saluran alami dan sebagian kecil saluran dari pasangan batu kali yang didukung oleh topografi yang menguntungkan untuk pengaliran. Badan sungai dan jaringan drainase di Kota Bandarlampung selain berfungsi menerima dan mengalirkan limpahan air permukaan juga berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah domestik, industri maupun aktivitas perkotaan lainnya RTRW Bandarlampung 2011. 65 Tabel 27 Titik rawan kemacetan di Kota Bandarlampung Tahun 2009 No Titik Kemacetan Penyebab 1 Jalan Teuku Umar Depan Pasar Koga sampai pertigaan trafic light depan rumah dinas KOREM  Aktivitas pasar  Jam masukpulang kantorsekolah  Angkot yang berhenti sembarangan  Kurangnya kapasitas jalan 2 Jalan Teuku Umar depan halte depan PT. PJKA dan Xaverius  Jam masukpulang kantorsekolah  Angkot yang berhenti sembarangan  Kurangnya kapisitas jalan 3 Jalan Imam Bonjol Sekitar Bambu Kuning  Aktivitas pasar  Parkir di tepi jalan umum  Pedagang Kaki Lima  Kurangnya kapasitas jalan 4 Jalan Kartini Depan Central Plaza sampai depan PT. Telkom dan simpangan Jalan Imam Bonjol  Aktivitas pusat perbelanjaan  Jam masukpulang kantorsekolah 5 Jalan Raden Intan, Jalan Pemuda Pertokoan Ramayana, Pasar Tengah, dan Terminal Pasar Bawah  Aktivitas pasar dan pertokoan  Parkir di tepi jalan umum  Pedagang kaki lima  Aktivitas terminal  Angkot yang berhenti sembarangan 6 Jalan Sultan Hasanudin depan Ssekolah Xaverius  Aktivitas sekolah Jalan Katamso, Jalan Suprapto, Jalan Kartini kawasan simpur  Aktivitas pertokoan  Parkir tepi jalan umum  Pedagang kaki lima 8 Jalan Yos Sudarso Pasar Panjang  Aktivitas pertokoan  Parkir tepi jalan umum  Pedagang kaki lima 9 Jalan Gadjah Mada, Jalan Said  Pertemuan dengan rel kereta api  Kurangnya kapasitas jalan 10 Jalan Antasari, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gajah Mada Perempatan Pasar Tugu  Jam masukpulang kantorsekolah  Angkot yang berhenti sembarangan 11 Jalan Hayam Wuruk Depan Pasar Tugu  Aktivitas pasar  Parkir di tepi jalan umum  Pedagang kaki lima, becak, oplet 12 Jalan Cokroaminoto Rawa Subur  Penyempitan bahu jalan  Pertemuan dengan rel kereta api 13 Jalan Ki Maja , Simpang Urip Sumoharjo  Penyempitan bahu jalan  Pertemuan dengan rel kereta api 14 Jalan Ki Maja epan Chandra Way Halim  Aktivitas pertokoan  Jam masukpulang kantorsekolah 15 Jalan Arif Rachman Hakim depan RM. Rumah Kayu sampai perempatan Urip Sumoharjo  Kurangnya kapasitas jalan  Jam masukpulang kantorsekolah 16 Jalan Urip Sumoharjo depan cucian mobil KAURA sampai perempatan trafic light  Kurangnya kapasitas jalan  Jam masukpulang kantorsekolah 17 Jalan ZA. Pagar Alam sepanjang Perguruan Teknokrat sampai STMIK Darmajaya  Kurangnya kapasitas jalan  Jam masukpulang kantorsekolah 18 Jalan Imam Bonjol depan terminal Kemilig  Kurangnya kapasitas jalan  Jam masukpulang kantorsekolah  Aktivitas pasar dan pertokoan 19 Jalan Soekarno Hatta bayy pass Way Lunik  Kurangnya kapasitas jalan 20 Jalan Pangeran Emir M Noor depan Komplek SMUN 3  Jam masukpulang kantorsekolah  Angkot yang berhenti sembarangan  Kurangnya kapasitas jalan Sumber: RTRW Kota Bandarlampung 2011-2030