Konsep Sistem Infrastruktur Berkelanjutan

26 Kementerian PU sedang merencanakan penyusunan RPIJM di seluruh sektor pembangunan baik pembangunan di bidang Cipta Karya, maupun pembangunan di bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, maupun Penataan Ruang yang dinamakan Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah RPI2JM. Dengan adanya RPI2JM untuk seluruh bidang pembangunan, diharapkan sinergitas dan keterpaduan seluruh pembangunan di daerah dapat ditingkatkan. RPI2-JM adalah rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum tahunan dalam periode 3 tiga hingga 5 lima tahun, yang memadukan dan mensinkronkan kegiatan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum, baik yang dilaksanakan dan dibiayai pemerintah, pemerintah daerah, maupun oleh masyarakatdunia usaha. Rencana Terpadu adalah upaya mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum. Sinkronisasi Program adalah upaya menyerasikan program pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum sesuai tahapanskala prioritas pengembangan wilayah, melalui berbagai forum koordinasi, dari aspek fungsi, lokasi, waktu, dan anggaran. Jadi RPI2-JM bidang pekerjaan umum berkedudukan sebagai dokumen yang mengintegrasikan kebijakan spasial dan kebijakan infrastruktur bidang ke- PU-an, dan berfungsi sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur Infrastructure Development Plan pada masing-masing tingkatan wilayah PulauKepulauan dan KSN, wilayah provinsi dan KSP, serta wilayah kabupatenkota, dan KSKK. Kedudukan RPI2JM seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 Kedudukan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah BKPRN 2012. 27 Prinsip-prinsip yang mendasari dalam penyusunan RPI2-JM meliputi: a. Prinsip kewilayahan merupakan pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya adalah entitas wilayahkawasan strategis yang akan didorong dan mendorong terciptanya stuktur ruang yang efektif dan efisien; b. Prinsip keterpaduan merupakan integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalam pemrograman pembangunan yang saling terkait untuk mengisi kekurangan dan kebutuhan masing-masing; c. Prinsip keberlanjutan merupakan pendekatan dalam pemrograman investasi infrastruktur jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dengan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup; d. Prinsip koordinasi merupakan pendekatan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun masyarakatdunia usaha, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing; e. Prinsip optimalisasi sumberdaya merupakan pendekatan dalam pemanfaatan sumberdaya yang sesuai dengan kewenangan dan kapasitas pendanaan untuk tujuan pengembangan kawasanwilayah melalui pembangunan infrastruktur. 2.4.2 Kebijakan Pembangunan Kota Berkelanjutan di Indonesia Di Indonesia, konsep kota berkelanjutan diimplementasikan pada Program Pengembangan Kota Hijau P2KH yang dirancang oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Kota Adipura yang disusun oleh Kementerian Lingungan Hidup. Menurut Ernawi 2011 tujuan P2KH adalah meningkatkan kualitas ruang terbuka kota yang berkelanjutan dan menciptakan kota yang responsif terhadap perubahan iklim. Kementerian Lingkungan Hidup 2008 dan Ernawi 2012 mendefinsikan green cities kota hijau atau kota ramah lingkungan adalah kota yang sehat secara ekologis, memanfaakan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan dan menyinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi. Program Pembangunan Kota Hijau P2KH memiliki 8 atribut yaitu green planning and design, green community, green open space, green transportation, green waste, green water, green energy dan green building. Dalam pelaksanaan P2KH, keseluruhan atribut kota hijau tersebut tidak berdiri sendiri, namun merupakan satu kesatuan yang integral dengan dampak ikutan perwujudan masing-masing atribut, misalnya pengembangan green economy, green infrastructure, green policy dan lain sebagainya Zain dan Syahbana 2011. Selain itu, sebagian besar dari atribut merupakan aspek prasarana atau infrastruktur perkotaan yang pembangunannya pada instansi atau kelembagaan yang berbeda. Menurut Ernawi 2012, salah satu kendala pelaksanaan P2KH adalah rendahnya kerjasama dan koordinasi antar sektor dalam pengelolaan lingkungan, sehingga diperlukan inovasi dalam pembuatan perencanaan dan kebijakan. Kementerian Lingkungan Hidup sudah menjalankan program Kota Adipura sejak tahun 1986, awalnya fokus pada pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau. Saat ini kriteria kota adipura dikembangkan menjadi lebih luas dengan pertimbangan 3 isu utama yaitu: brown issue, green issue dan white issue. 28 Perubahan mendasar adalah: dari single media kebersihan dari sampah dan keteduhan menjadi multi media pengendalian pencemaran air dan udara; pemantauan fisik meliputi seluruh wilayah perkotaan 100, akan ada perbedaan kriteria berdasarkan geografi wilayah berbukit-bukit, pasang surutrawa, datar; pendapatan per kapita dan Adipura akan berkolaborasi dengan penghargaan lainnya Wahana Tata Nugraha, Kota Sehat, Sanimas, dan lain-lain. Perubahan program Adipura sejak tahun 2002 sampai tahun 2011 dapat diihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perubahan program Adipura 2002-2011 Isu Program ADIPURA 2002 - 2010 Program ADIPURA 2011 dst. Brown issue Pengelolaan Sampah Kebersihan dari sampah Kebersihan dari sampah 3R Pemilahan dan Pengolahan 3R dan pemanfaatan lain energy recovery - Penanganan sampah pilah, kumpul, angkut, olah, proses akhirTPATPST PPA Kebersihan badan air dari sampah Kebersihan badan air sampah - Pemantauan kualitas badan air, SPM - Pelaksanaan NSPK PPU - Uji emisi kendaraan bermotor - Road side monitoring, penerapan NSPK Eco – Transportation darat, laut dan udara dan kinerja lalu lintas Green issue RTH Keteduhan dan penghijauan Keteduhan dan penghijauan, estetika kota RTR Kota Rasio RTH thd luas kota Rasio RTH thd luas kota - Kesesuaian RTR Kota White issue Pemda Koordinasi antar sektor Koordinasi antar sektor Masyarakat Peran serta masyarakat Peran serta masyarakat - Peran aktif masyarakat Sumber: KLH 2011 Ketiga isu utama diturunkan ke dalam 2 kriteria utama yaitu: fisik dan non fisik. Kriteria fisik terdiri dari sub kriteria yaitu pengelolaan sampah, pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan RTH. Kriteria non fisik terdiri dari sub kriteria sebagai berikut: a. Institusi Sampah, Air, dan Udara yang meliputi kelembagaan, produk hukum, anggaran, fasilitas sampah, air bersih, IPAL Domestik, lalu lintas dan tingkat Pelayanan sampah, air bersih dan IPAL domestik, kinerja lalu lintas b. Manajemen Sampah, Air, dan Udara yang meliputi perencanaan termasuk KLHS, pengawasan termasuk SLHD dan pengendalian NSPKBaku Mutu c. Partisipasi masyarakat yang meliputi keterlibatan PSL, media massa, masyarakatPKKKarang Taruna , dan pengusaha. 29 Kriteria dan sub kriteria Kota Adipura sangat berkaitan dengan penyediaan infrastruktur, seperti: sampah, udara, air dan RTH. Pengembangan konsep Kota Adipura yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup berbasis Kota Ekologi dengan lebih mempertimbangkan aspek lingkungan dan tata kelola pemerintahan.

2.5 Teori Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

2.5.1 RapfishRapinfra untuk Indeks Keberlanjutan Indeks keberlanjutan merupakan agregasi dari indikator-indikator keberlanjutan yang mencerminkan status keberlanjutan obyek yang dikaji. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan indeks keberlanjutan adalah multi dimensional scaling MDS. Analisis keberlanjutan untuk infrastruktur dalam penelitian ini menggunakan Rapinfra. Rapinfra dalam studi ini adalah penyesuaian dari rapfish yaitu salah satu alat untuk analisis status kelestarian sumberdaya, yang pada awalnya dikembangkan oleh Fisheries Centre, UBC-Canada. Prinsip aplikasi alat analisis ini berbasis indikator dengan pendekatan penyelesaian berbasis multi dimension scaling MDS. Alasan pemilihan Rapfish adalah metode ini lebih stabil dibandingkan dengan metode analisis peubah ganda seperti analisis faktor Fauzi dan Anna 2005. Kelebihan dari Rapfish menurut Nijkamp 1980, Fauzi dan Anna 2002 yaitu: 1 Rapfish dapat mengukur dan menggambarkan kondisi lestari sumberdaya di suatu tempat atau wilayah; 2 Pendekatan Rapfish dapat menganalisis seluruh aspek keberlanjutan dari perikanan secara sederhana dan menyeluruh; 3 Rapfish merupakan metode multivariate yang dapat menangani data yang non metric; 4 Keragaman multi dimensi dapat diproyeksikan bidang yang lebih sederhana dan mudah dipahami; 5 Rapfish dapat dijadikan alat untuk menentukan snapshot atau analisis awal untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai status keberlanjutan sumberdaya yang sesuai dengan FAO code of conduct; 6 Peneliti memperoleh banyak informasi kuantitatif dari nilai proyeksi yang dihasilkan dari Rapfish; 7 Rapfish dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengevaluasi kondisi perikanan suatu wilayah secara cepat; 8. Rapfish dapat menjembatani keterbatasan akan data dan penelitian yang masih minim dengan tujuan untuk melakukan assessment terhadap perikanan. Rapfish dapat dijadikan suatu “Triage” pemilah untuk perikanan untuk menentukan mana yang menjadi prioritas focus dalam pembangunan sumberdaya perikanan, dan 9. Hasil dari Rapfish dapat direplikasi dan objektif secara numerik. Kelemahan dari Rapfish adalah harus diperhatikan adanya aspek ketidakpastian. Hal ini bisa disebabkan oleh: a. dampak dari kesalahan dalam skoring akibat minimnya informasi, b. dampak dari keragaman dalam skoring akibat perbedaan penilaian, kesalahan dalam entri data, dan c. tingginya nilai stress yang diperoleh dari algoritma ALSCAL. Selanjutnya perlu dilakukan teknik analisis Monte Carlo yang merupakan metode simulasi untuk mengevaluasi dampak dari kesalahan acak random error dilakukan terhadap seluruh dimensi. 30

2.5.2 Analytical Network Process ANP

Analytical Network Process ANP adalah teori umum pengukuran relatif yang digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol Saaty 1999. Metode ANP mengakomodasikan hubungan timbal balik yang berguna pada sektor publik yang memerlukan pengambilan keputusan dalam jumlah informasi, interaksi yang banyak dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi Saaty 2001, Azis 2004, Chen et al. 2008

1. Prinsip Dasar ANP

Seperti halnya Analytical Hierarchy Process AHP, ANP juga memiliki prinsip-prinsip dasar. Menurut Saaty dalam Susilo 2008 prinsip-prinsip dasar ANP ada tiga, yaitu: dekomposisi, penilaian komparasi comparative judgements, dan komposisi hirarkis atau sintesis dari prioritas, sama seperti prinsip dasar AHP. Prinsip dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi kerangka hirarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub cluster, dan seterusnya. Dengan kata lain, dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP. Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun perbandingan pasangan pairwise comparison dari semua elemen-elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya. Perbandingan pasangan ini digunaan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster dengan prioritas seluruh global hirarki dan menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah biasanya merupakan alternatif.

2. Landasan ANP

Menurut Ascarya 2010 semua teori berlandaskan pada aksioma. Semakin sedikit dan sederhana aksioma yang digunakan oleh suatu teori, maka teori tersebut akan menjadi semakin umum dan semakin mudah diterapkan. ANP mempunyai tiga aksioma sederhana yang secara hati-hati membatasi cakupan masalah.

1. Resiprokal. Aksioma ini menyatakan bahwa jika P

C E A , E B adalah nilai perbandingan pasangan dari elemen A dan B, dilihat dari elemen induknya C, yang menunjukkan berapa kali lebih banyak elemen A memiliki apa yang dimiliki elemen B, maka P C E A , E B . Misalkan jika A lima kali lebih besar dari B, maka B besarnya 15 dari besar A.

2. Homogenitas. Aksioma ini menyatakan bahwa elemen-elemen yang

dibandingkan sebaiknya tidak memiliki perbedaan terlalu besar, yang dapat menyebabkan kesalahan judgements yang lebih besar. Skala yang digunakan dalam AHP dan ANP adalah skala verbal yang dikonversi menjadi skala numerik 1 sampai 9 seperti terlihat pada Tabel 5.

3. Ekspektasi. Aksioma ini menyatakan bahwa mereka yang mempunyai alas an

terhadap keyakinannya harus memastikan bahwa ide-ide mereka cukup terwakili dalam hasil agar sesuai dengan ekspektasinya. 31 Tabel 5. Perbandingan skala penilaian verbal dan skala numerik Skala Penilaian Verbal Skala Numerik Amat sangat lebih besar pengaruhnya 9 8 Sangat lebih besar pengaruhnya 7 6 Lebih besar pengaruhnya 5 4 Sedikit lebih besar pengaruhnya 3 2 Sama besar pengaruhnya 1 Sumber: Ascarya 2010 Fungsi ANP Menurut Ascarya 2010 fungsi utama ANP sesuai dengan prinsip dasarnya ada tiga, yaitu menstruktur kompleksitas, pengukuran, dan sintesis.

1. Menstruktur kompleksitas

Saaty mencari cara sederhana untuk menangani masalah kompleksitas ini. Saaty menemukan satu kesamaan dalam sejumlah contoh tentang bagaimana manusia memecahkan kompleksitas dari masa ke masa, yaitu dengan cara menstruktur kompleksitas secara hierarki ke dalam cluster-cluster yang homogen dari faktor-faktor.

2. Pengukuran ke dalam skala rasio

Metode pengambilan keputusan yang terdahulu pada umumnya menggunakan level rendah pengukuran ordinal atau interval, sedangkan metode ANP menggunakan pengukuran skala rasio yang diyakini paling akurat dalam mengukur faktor-faktor yang membentuk hirarki. Level pengukuran dari terendah ke tertinggi adalah nominal, ordinal, interval, dan rasio. Setiap level pengukuran memiliki semua arti yang dimiliki level yang lebih rendah dengan tambahan arti yang baru. Pengukuran rasio diperlukan untuk mencerminkan proporsi. Untuk menjaga kesederhanaan metodologi, Saaty 1999 mengusulkan penggunaan penilaian rasio dari setiap pasang faktor dalam hirarki untuk mendapatkan tidak secara langsung memberikan nilai pengukuran skala rasio. Setiap metode dengan struktur hierarki harus menggunakan prioritas skala rasio untuk elemen di atas level terendah dari hierarki. Hal ini penting karena prioritas atau bobot dari elemen di level manapun dari hierarki ditentukan dengan mengalikan prioritas dari elemen pada level dengan prioritas dari elemen induknya. Karena hasil perkalian dari dua pengukuran level interval secara matematis tidak memiliki arti, skala rasio diperlukan untuk perkalian ini. ANP menggunakan skala rasio pada semua level terendah alternatif dalam model pilihan. Skala rasio ini menjadi semakin penting jika prioritas tidak hanya digunakan untuk aplikasi pilihan, namun untuk aplikasi-aplikasi lain, seperti untuk aplikasi alokasi sumber daya. 32

3. Sintesis

Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis berarti mengurai entitas material atau abstrak ke dalam elemen-elemennya, maka sintesis berarti menyatukan semua bagian menjadi satu kesatuan. Karena kompleksitas, situasi keputusan penting, atau prakiraan, atau alokasi sumber daya, sering melibatkan terlalu banyak dimensi bagi manusia untuk dapat melakukan sintesis secara intuitif, kita memerlukan suatu cara untuk melakukan sintesis dari banyak dimensi. Meskipun ANP memfasilitasi analisis, fungsi yang lebih penting lagi dalam ANP adalah kemampuannya untuk membantu kita dalam melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau jaringan. ANP tidak membatasi pemahaman dan pengalaman manusia untuk memaksa pengambilan keputusan ke dalam suatu model yang sangat teknis yang tidak wajar. Pada dasarnya, hal tersebut merupakan dasar bagaimana orang biasanya berpikir dan membantu pembuat keputusan melacak proses sebagai kompleksitas masalah dan keragaman peningkatan faktor tersebut. Keberhasilan ANP adalah aplikasi yang telah dilakukan menghasilkan prioritas yang berhubungan dengan jawaban yang sesuai di dunia nyata atau hasil yang telah diprediksi www.superdecisons.com .

2.5.3 Model Sistem Dinamis

Pendekatan sistem digunakan dalam studi ini, karena permasalahan dalam pembangunan infrastruktur terpadu perkotaan yang kompleks, dimulai dengan keterlibatan banyak pihak stakeholder, komponen sistem yang meliputi aspek ekonomi, ekologi, sosial, dan kelembagaan. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak, dan merupakan penerapan sistem ilmiah dalam manajemen, dengan cara ini dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu organisasi atau sistem Marimin dan Maghfiroh 2010. Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan adalah dengan pendekatan sistem adalah menggunakan model sistem dinamis. Sistem dinamis adalah suatu cara berpikir menyeluruh dan terpadu, mampu menyederhanakan persoalan yang rumit tanpa kehilangan hal penting yang menjadi perhatian Muhammadi et al. 2001. Sedangkan untuk analisis kebijakan pembangunan infratsruktur berkelanjutan menggunakan sistem dinamis melalui simulasi model. Model simulasi sistem dinamis akan memberikan penyelesaian dunia riil yang kompleks dengan mengkomputasi jalur waktu dari variable model untuk tujuan tertentu dari input system dan parameter model. Langkah pertama dalam menyusun model sistem dinamis adalah dengan menentukan struktur model. Struktur model akan memberikan bentuk pada sistem dan sekaligus member ciri yang mempengaruhi perilaku system. Perilaku dibentuk oleh kombinasi simpal umpan balik causal loops yang menyusun struktur model. Semua perilaku model, bagaimanapun rumitnya dapat