Analisis Model Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan

Kota Bandarlampung terletak pada 5 20’ sampai dengan 5 30’ lintang selatan dan 105 28’ sampai dengan 105 37’ bujur timur. Letak tersebut berada pada Teluk Lampung di ujung selatan pulau Sumatera. Secara administratif batas daerah Kota Bandarlampung adalah: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Topografi dan Kelerengan Topografi Kota Bandarlampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandarlampung adalah sebagai berikut :  Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di bagian Selatan  Wilayah landaidataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di bagian Utara  Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara  Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur. Kondisi kelerengan yang terdapat di Kota Bandarlampung juga sangat beragam, kondisi geografis wilayah yang berbukit serta berada di kaki Gunung Betung merupakan faktor pembentuk keragaman kelerengan di Kota Bandarlampung tersebut. Tingkat kemiringan lereng rata-rata wilayah di Kota Bandarlampung berada pada kisaran 0 – 20 dan secara umum kelerengan wilayah Kota Bandarlampung berada pada 0 – 40 , wilayah yang memiliki kemiringan lereng 0 diantaranya berada di wilayah Kecamatan Sukarame, Tanjung Karang Pusat, Tanjung Seneng, Panjang, Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Kedaton. Adapun wilayah yang memiliki tingkat kemiringan lereng mencapai 40 di antaranya adalah Kecamatan Panjang, Teluk Betung Barat, Kemiling, dan Tanjung Karang Timur. Kondisi kelerengan ini berpengaruh terhadap jumlah lahan yang dapat dimanfaatkan. Hidrologi Secara hidrologis Kota Bandarlampung dilalui oleh sungai-sungai yang masuk dalam Wilayah Sungai WS Way Seputih dan Way Sekampung yaitu Sungai Way Halim, Way Awi, Way Simpur di wilayah Tanjung Karang dan Way 53 Kuripan, Way Balau, Way Kupang, Way Garuntang, Way Kuala, mengalir di wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada di bagian Barat, daerah hilir sungai berada di wilayah bagian Selatan yaitu pada dataran pantai. Luas wilayah yang datar sampai landai meliputi 60 . Landai sampai miring 35 , sangat miring sampai curam berjumlah 4 . Sumber air untuk PDAM ini berasal dari Way Rilau, Tanjung Aman, Batu Putih, Way Linti, Way Gudang, dan pengolahan air Sumur Putri dengan debit air minimum 432 literdetik dan maksimum 693 ldetik. Sumber air baku untuk PDAM masih kurang, hanya lebih kurang sepertiga dari kebutuhan penduduk kota. Jika standar kebutuhan air bersih 130.lkapitahari, maka perkiraan kebutuhan air baku untuk Kota Bandarlampung pada tahun 2011 adalah 115 830 00. lhari atau 115 830 m3. Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandarlampung mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS Daerah Aliran Sungai yang berada dalam wilayah Kota Bandarlampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Sungai-sungai yang melintasi Kota Bandarlampung adalah sungai kecil dengan debit air yang kecil, diantaranya adalah Way Simpur, Way Penengahan, Way Kunyit, dan Way Keteguhan Pada musim kemarau,sungai cenderung mengering, tetapi pada musim hujan debit air akan bertambah semakin cepat, sedangkan daya tampung sungai semakin terbatas akibat terjadinya penyempitan daerah aliran sungai yang merupakan efek dari kegiatan pembangunan yang tidak memperhatikan garis sempadan sungai serta pencemaran lingkungan sungai. Menurunnya daya dukung lingkungan menyebabkan kualitas air menurun, polusi udara dan polusi tanah membawa dampak pula bagi pencemaran air. Pencemaran air secara eksisting menurut laporan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup BPPLH Kota Bandarlampung pada tahun 2009 cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan dan jumlah penduduk di wilayah Kota Bandarlampung serta meningkatnya kegiatan pembangunan di daerah hulu. Sumber pencemaran air permukaan berasal dari kegiatan domestik rumah tangga, industri, pasar, rumah sakit, dan lainnya. Kualitas air sungai di Bandarlampung sebagian besar telah mengalami penurunan. Kualitas air sungai Kota Bandarlampung digolongkan menjadi kelas III dan IV. Berdasarkan kajian hidrologi Kota Bandarlampung termasuk ke dalam zona rawan ketersediaan air tanah RTRW 2011. Hingga saat ini kebutuhan air bersih penduduk Kota Bandarlampung dipenuhi oleh PDAM air ledeng, air sumur permukaan sumur dangkal, dan air tanah sumur bor. Layanan air oleh PDAM baik sambungan langsung maupun hidran umum baru mencapai 30 dari seluruh wilayah Kota Bandarlampung, sehingga sebagian besar penduduk menggunakan air tanah. Kondisi Iklim a. Curah dan Hari Hujan Pada tahun 2011 jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 235.30 mm, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Agustus dan september yaitu hanya 9.00 mm. Berdasarkan data tersebut, dalam kurun waktu 5 lima tahun terakhir, curah hujan rata-rata tertinggi pada tahun 2010, yaitu mencapai 244.08 mm. Tingginya rata-rata curah hujan pada tahun 2010 berimplikasi pada meningkatnya volume air sungai sehingga pada akhir tahun 2010 pernah terjadi banjir besar di Kota Bandarlampung Tabel 10. Bulan basahkering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut melebihikurang dari rerata curah hujan pada tahun bersangkutan. Berdasarkan rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kota Bandarlampung pada tahun 2008 terjadi pada bulan November – Maret dengan rerata curah hujan bulanan berada diatas 179.30 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan April – Agustus dengan rata-rata curah hujan bulanan kurang dari 179 mm. Tabel 10 Jumlah rata-rata curah hujan Kota Bandarlampung mm No BULAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 JAN 215.90 215.30 102.00 235.60 307.00 307.00 100.10 2 FEB 306.60 205.00 174.70 291.60 432.00 432.00 45.60 3 MARET 103.20 34.20 238.00 301.80 278.50 278.50 86.30 4 APRIL 212.30 92.20 180.00 98.50 128.00 128.00 235.30 5 MEI 121.60 48.00 103.90 47.70 247.00 247.00 48.10 6 JUNI 188.40 65.80 80.00 80.50 226.00 226.00 125.60 7 JULI 61.90 161.30 74.50 0.30 341.00 341.00 84.60 8 AGUST 79.40 0.00 26.00 135.40 212.00 212.00 9.00 9 SEP 78.90 0.00 0.00 212.80 246.50 246.50 9.00 10 OKT 160.00 11.80 101.20 120.60 167.00 167.00 105.00 11 NOV 110.90 46.60 20.10 193.70 105.50 105.50 76.00 12 DES 120.30 191.70 191.50 433.10 238.50 238.50 87.05 Rata-rata 147.37 89.33 107.66 179.30 244.08 244.08 84.30 Sumber: BMKG, Stasiun Metereologi Radin Inten II Lampung 2012 b. Temperatur Rata-Rata Kota Bandarlampung termasuk beriklim tropis basah yang mendapat pengaruh dari angin musim Monsoon Asia. Data Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Lampung menunjukan bahwa temperatur Kota Bandarlampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran 25 – 28 C dengan suhu rata-rata per tahun 26.3 C.

c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara Kota Bandarlampung antara tahun 2005 – 2009 rata- rata berkisar antara 74 – 85 dengan kelembapan rata-rata 78.4 per tahunnya. Kondisi tersebut menunjukkan Kota Bandarlampung memiliki kelembaban yang relatif tinggi. Pada bulan Oktober hingga Januari kelembaban udara berada diatas kelembaban rata-rata.Klasifikasi iklim menurut Koppen dikenal dan digunakan secara internasional didasarkan pada curah hujan dan temperatur. Oleh sebab curah hujan tahunan rata-rata sebesar 135.49 mm dan temperatur lebih dari 18 C.