Simpulan Model Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan (Studi Kasus Kota Bandarlampung)

berdasarkan dimensi atau kriteria pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan pendapat berbagai pihak terkait serta kebijakan yang sudah ada. Pengelolaan infrastruktur di masa depan semakin menghadapi masalah yang kompleks, karena harus mempertimbangkan juga aspek lingkungan, sementara setiap pembangunan infrastruktur pasti akan mengeksploitasi sumber daya alam. Peran dan fungsi infrastruktur akan sangat tergantung dari peran pemerintah, tata pemerintahan yang baik good governance akan sangat diperlukan untuk menjamin pelaksanaan program pembangunan infrastruktur. Sebaliknya, bilamana pembangunan infrastruktur seperti: jalan, transportasi, listrik dilakukan dengan baik, maka pengelolaan pemerintahan daerah akan lebih efektif dan efisien Suhono 2008. Rencana pembangunan infrastruktur ada dalam rencana spasial RTRW maupun rencana sektoral pembangunan RPJMD dan RIS kota, agar dapat diketahui apakah rencana pembangunan infrastruktur sudah mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan, maka perlu dikaji rencana pembangunan yang sudah ada. Masyarakat kota sebagai pengguna utama infrastruktur seringkali tidak memperoleh pelayanan yang baik, karena seringkali kebutuhan masyarakat tidak sesuai atau berbeda dengan ketersediaan infrastruktur yang disiapkan pemerintah. Karakteristik masyarakat yang berbeda, terutama menurut tingkat pendapatan dan lokasi tempat tinggal juga membutuhkan tingkat pelayanan yang berbeda-beda. Apalagi jika diperhatikan kebutuhan berdasarkan tingkat pendidikan, jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Kondisi tingkat pelayanan infrastruktur di setiap kawasan di kota Bandarlampung juga berbeda-beda. Jika diperhatikan menurut kawasan tempat tinggal, maka masyarakat di pusat kota umumnya memperoleh pelayanan infrastruktur yang lebih baik, jika dibandingkan dengan yang berada di pinggiran kota, misalnya dalam penyediaan angkutan umum, fasilitas pendidikan dan kesehatan. Masyarakat di pinggiran atau di perbatasan kota, seringkali harus membayar lebih mahal untuk transportasi umum, air bersih dan sebagainya. Analisis ini bertujuan untuk merumuskan indikator prioritas dalam pembangunan infrastruktur yang dianalisis dari hasil penilaian eksisting oleh stakeholder, hasil analisis dokumen perencanaan, dan hasil survei masyarakat yang dilakukan terdahulu. Metode yang digunakan adalah Analytic Network Process ANP, yaitu suatu pendekatan analisis multi kriteria yang mampu memodelkan permasalahan menggunakan hubungan keterkaitan antar kriteria dan indikator. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kriteria-kriteria tersebut di atas saling berkaitan atau mempengaruhi, sehingga diperlukan alat untuk menilai kriteria tersebut agar tepat dalam pengambilan keputusan. Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan seringkali memiliki keterkaitan satu sama lain, sehingga metode ANP sangat tepat digunakan untuk menangani permasalahan dengan keterkaitan antar kriteria Bottero dan Ferreti 2001. Tahapan untuk memperoleh indikator prioritas pembangunan infrastruktur berkelanjutan terdiri dari 3 yaitu: pertama, merumuskan indikator berpengaruh dari berbagai sumber stakeholders, masyarakat dan dokumen perencanaan. Kedua, indikator berpengaruh tersebut kemudian di bahas dalam FGD, sehingga diperoleh indikator terpilih. Ketiga, indikator terpilih dianalisis, sehingga diperoleh indikator prioritas.

6.2 Metode Penelitian

6.2.1 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam tahapan penelitian ini adalah data primer dari responden dan data sekunder. Data primer berasal responden masyarakat dan pakar. Data primer dari masyarakat adalah untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang indikator pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Teknik sampling yang digunakan untuk responden masyarakat adalah purposive sampling atau sampling yang disengaja. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Pengamatan dilakukan dengan berbasis kelurahan di Kota Bandarlampung. Dalam pemilihan responden kriteria yang digunakan adalah: 1 pendidikan minimum SLTA atau sederajat 2 sering menggunakan fasilitas umum yang berkaitan dengan infrastruktur seperti: transportasi umum, fasilitas pejalan kaki, ruang terbuka kota, 3 aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan 4 mewakili gender 5 mewakili tiap kelurahan di Kota Bandarlampung. Populasi sampel adalah penduduk yang berpendidikan minimal SLTA dan sederajat, tetapi data penduduk menurut tingkat pendidikan tidak tersedia, maka diambil penduduk yang berusia di atas 19 tahun, melek huruf dan berada pada kelompok usia kerja yang bependidikan minimal SLTA. Data BPS Kota Bandarlampung tahun 2012 menunjukkan 63 penduduk berusia di atas 19 tahun, 98 angka melek huruf dan 27 usia kerja berpendidikan minimal SLTA. Jumlah penduduk berusia di atas 19 tahun adalah 63 568 818 jiwa, jumlah angka melek huruf sebesar 98 atau 557 442 jiwa dan persentase usia kerja yang berpendidikan minimal SLTA adalah sebanyak 27 , sehingga populasi sampel diperkirakan berjumlah 150 509 jiwa. Berdasarkan persyaratan tersebut, maka ditetapkan sebanyak 126 orang responden yang mewakili setiap kelurahan yang ada di Kota Bandarlampung. Data primer yang diperoleh dari pakar adalah untuk mengetahui pendapat pakar tentang indikator prioritas dalam pembangunan infrastuktur berkelanjutan. Responden pakar adalah seseorang yang memiliki wawasan pengetahuan tentang perencanaan dan pembangunan infrastruktur perkotaan, pendidikan minimum S2 yang terkait dengan pengetahuan yang dibutuhkan infrastrukur, lingkungan, ekonomi, sosial dan tata kelola pemerintahan serta berprofesi sebagai peneliti. Pakar ditentukan secara purposive sebanyak 5 orang sebagai responden. Teknik pengumpulan data adalah melalui wawancara dengan pakar. Hasil wawancara dengan pakar adalah untuk analisis ANP. Data sekunder berupa dokumen perencanaan yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur perkotaan yang disusun oleh pemerintah daerah. Dokumen perencanaan yang dikaji adalah dokumen perencanaan jangka panjang 20 tahunan yaitu: RTRW Kota Bandarlampung dan Rencana Induk Sektoral. Dokumen jangka menengah 5 tahunan yang dikaji adalah RPJMD dan RPIJM Kota Bandarlampung. Kajian berbagai bentuk rencana pembangunan ini dianalisis berdasarkan kerangka pembangunan berkelanjutan yang meliputi 5 kriteria ekonomi, sosial, lingkungan, teknologi dan tata kelola pemerintahan dan 47 indikator hasil FGD.

6.2.2 Metode dan Teknik analisis

Survei masyarakat Metode penelitian untuk survei masyarakat adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis yang digunakan untuk hasil kuesioner adalah analisis deskriptif baik untuk data kuantitatif maupun data kualitatif. Pendapat responden tentang faktor atau indikator yang berpengaruh dalam pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan apa harapan mereka terhadap pembangunan infrastruktur di masa yang akan datang diketahui dari hasil wawancara dan hasilnya diolah dengan statistik. Kajian dokumen perencanaan Metode penelitian yang digunakan untuk menilai dokumen perencanaan adalah metode kualitatif dengan pendekatan situasional secara deskriptif dan eksploratif. Penilaian dilakukan terhadap indikator kinerja yang ada dalam dokumen rencana dengan menggunakan 5 kriteria dan 47 indikator dari hasil studi literatur dan FGD terdahulu. Analisis indikator prioritas dengan ANP Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah Analytic Network Process ANP, yaitu suatu pendekatan analisis multi kriteria yang mampu memodelkan permasalahan menggunakan hubungan keterkaitan antar kriteria dan indikator. Data primer diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada akademisi dan praktisiprofesional sebanyak 3 responden. Metode ANP mengakomodasikan hubungan timbal balik yang berguna pada sektor publik yang memerlukan pengambilan keputusan dalam jumlah informasi, interaksi yang banyak dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi Saaty 2001, Azis 2004, Chen et al. 2008. Tahapan analisis penentuan kriteria dan indikator infrastruktur berkelanjutan menggunakan ANP sebagaimana yang direkomendasikan Izik et al. 2011 dengan empat langkah utama yaitu: 1. Mengembangkan Struktur Model Keputusan 2. Matriks Perbandingan Berpasangan dari Variabel yang saling Terkait 3. Penghitungan Supermatriks 4. Bobot Kepentingan dari Cluster dan Nodes Langkah-langkah di atas dilakukan dalam software Super Decisions, yang merupakan paket perangkat lunak yang dikembangkan untuk aplikasi ANP. Untuk setiap subnetwork, prosedur yang sama diterapkan dan alternatif diberi peringkat. Perangkat lunak Super Decisions digunakan untuk pengambilan keputusan dengan ketergantungan dan umpan balik. Proses pemilihan indikator berpengaruh dengan metode ANP untuk pembangunan infrastruktur berkelanjutan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penentuan kriteria dan indikator berdasarkan konsultasi pakar dari hasil analisis sebelumnya yaitu berdasarkan studi literatur, pendapat stakeholder dan masyarakat. Pada tahap ini diperoleh 20 indikator dari 5 kriteria yang sudah disepakati dengan pakar. 2. Penentuan hubungan keterkaitan antar indikator yang diperoleh melalui kuesioner 3. Membangun atau konstruksi model jaringan alternatif berdasarkan hasil langkah 1 dan 2 4. Skala kepentingan indikator alternatif untuk pembangunan infrastruktur berkelanjutan 5. Uji konsistensi matriks perbandingan berpasangan yang sudah memenuhi ratio inconsistency 10 , kemudian dihitung bobot kriteria dan sintesis alternatif indikator pembangunan infrastruktur berkelanjutan dengan menggunakan super decision software.

6.3 Hasil

6.3.1 Pendapat masyarakat terhadap infrastruktur Kota Bandarlampung 6.3.1.1 Karakteristik Responden Karakteristik umur responden didominasi usia 18 - 35 tahun sebanyak 57 , kemudian berturut-turut adalah usia 36-54 tahun 37 , 55 tahun keatas sebanyak 9 dan yang paling sedikit adalah usia 17 tahun yaitu 2 . Jenis kelamin responden didominasi pria sebesar 60 dan sisanya wanita 40 . Sesuai dengan persyaratan responden, maka tingkat pendidikan responden paling banyak adalah sarjana 54 , diikuti tamat SLTA dan sederajat 39 dan sisanya diploma 7 . Jenis pekerjaan responden bervariasi dan sebagian besar adalah gurudosen 21 , PNS dan pegawai swasta 21 serta pengusaha 20 . Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 47.

6.3.1.2 Indikator penting menurut masyarakat dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan

Indikator berpengaruh menurut masyarakat dilihat berdasarkan tingkat kepentingan. Untuk kriteria lingkungan menurut masyarakat yaitu: tingkat kemacetan yang muncul dua kali yaitu pilihan pertama 20 dan pilihan ketujuh 16 ; kualitas air juga muncul 2 kali yaitu pada pilihan kedua 24 dan kelima 16 ; pilihan ke tiga adalah ketersediaan sumber air baku 19 ; pilihan keempat kualitas udara 20 ; dan laju kerusakan kawasan lindung gunung, bukit dan lereng merupakan pilihan ke enam sebesar 16 . Jika dilihat secara keseluruhan berdasarkan tingkat kepentingan 1 sampai 7, maka indikator yang paling banyak dipilih berturut-turut adalah: kualitas air, kualitas udara, kawasan kumuh, perkembangan lahan terbangun, tingkat kemacetan, ketersediaan sumber air baku dan daya dukung lahan Lampiran 8 a.