Indikator Kota Berkelanjutan Konsep Pembangunan Kota Berkelanjutan

15 Tabel 1 Kajian studi kriteria dan indikator kota berkelanjutan Referensi Kriteria dan Indikator Kota Berkelanjutan Kriteria dan indikator infrastruktur berkelanjutan Kurokawa 2004 - Jejaring RTH - Urban sprawl - 3R - Energi - Transportasi berkelanjutan - RTH - 3 R - Energi - Transportasi berkelnajutan Siemens 2009 - EnergiCO2 - Penggunaan lahan dan bangunan - Tranportasi - Air - Sampah - Kualitas udara - Sanitasi - Tata Kelola Lingkungan - Energi dan CO2 - Penggunaan lahan dan bangunan - Tranportasi - Air - Sampah - Kualitas udara - Sanitasi - Tata Kelola Lingkungan Suzuki et al. 2010, Azwar et al.2013 - Penggunaan lahan - Transportasi - Bangunan - Ruang Terbuka Hijau - Infrastruktur - Energi - Hidrologi - Udara dan sinar matahari - Penggunaan lahan - Transportasi - Bangunan Gedung - Ruang Terbuka Hijau - Infrastruktur - Energi - Hidrologi - Udara dan sinar matahari KLH 2011 Kota Adipura Ecocity a.Kriteria fisik - Brown issue sampah, air, udara - Green issue ruang terbuka hijau - White issueskoordinasi antar sektor dan partisipasi masyarakat b.Kriteria non fisik - Institusikelembagaan, produk hukum, anggaran, fasilitas, tingkat pelayanan - Manajemen perencanaan KLHS, pengawasan SLHD dan pengendalian NSPK - Partisipasi masyarakat media massa, swasta, pengusaha a. Kriteria fisik - sampah, - air, - udara, - RTH b. Kriteria non fisik - koordinasi, - partisipasi, - institusi, - manajemen P2KHKPU 2011 - green planning and design - green open space - green community - green water - green transportation - green waste - green building - green energy - Perencanaan hijau - RTH - Masyarakat hijau - Air hijau - Transportasi hijau - Sampah hijau - Energi hijau Arifin, HS 2011 - Komponen desain ekologis manajemen sda, lansekap kota, limbah terpadu, transportasi hijau, teknologi hijau - Komponen Ekonomi tata guna lahan, kebijakan permukiman, infrastruktur - Komponen Sosial Budaya kearifan lokal, partisipasi masyarakat - Komponen desain ekologis manajemen sda, lansekap kota, limbah terpadu, transportasi hijau, teknologi hijau - Komponen Ekonomi tata guna lahan, kebijakan permukiman, infrastruktur - Komponen Sosial Budaya kearifan lokal, partisipasi masyarakat UNEP 2011 - Energy - Waste - Urban design - Urban nature - Transportation - Kesehatan lingkungan - Water - Energi - Sampah - Perancangan kota - Lingkungan Alam Kota - Transportasi - Kesehatan lingkungan sanitasi - Air Steinberg dan Lindfield 2012 - Transportasi umum rendah karbon - Kawasan industri hijau - Kota Hijau - Jaringan Infrastruktur hijau - Bangunan hemat energi - Intelligents systems - Transportasi umum rendah karbon - Kota Hijau - Jaringan Infrastruktur hijau 16 Konsep pembangunan infrastruktur berkelanjutan sustainable infrastructure seringkali masih rancu dengan konsep infrastruktur hijau green infrastructure. Konsep penataan infrastruktur yang berbasis ekologi yang dikenal dengan konsep infrastruktur hijau sudah berkembang di negara-negara maju, terutama Inggris, Amerika Utara, dan Eropah sejak awal 1990-an infrastruktur hijau berkembang sebagai pendekatan konsepsual dan pengelolaan sumber daya lansekap. Mell 2010 mendefinisikan green infrastructure sebagai ketahanan lansekap untuk mendukung lingkungan, ekonomi, sosial melalui keterpaduan, dan keterkaitan untuk peningkatan kualitas hidup. Konsep ini berkembang dengan cepat ketika berpeluang mempertemukan aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam perencanaan spasial. US EPA menetapkan green infrastructure secara lebih luas meliputi: habitat, energi, sampah, air, udara dan komunitas www.epa.gov . Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam konteks pembangunan kota berkelanjutan, pengembangan infrastruktur berkelanjutan memiliki makna yang lebih luas, karena selain aspek lingkungan sebagaimana pengertian green infrastructure di atas, tetapi juga secara bersamaan memperhatikan berbagai aspek kehidupan seperti: ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan sebagainya. Asian Development Bank ADB mendefinisikan pembangunan infrastruktur berkelanjutan atau yang sering disebut sustainable infrastructure sebagai desain infrastruktur baru dan perencanaan ulang, rehabilitasi dan pemanfaatan kembali serta optimalisasi infrastruktur yang ada meliputi i pemanfaatan energi terbarukan secara maksimal dan meminimalkan dampak lingkungan, ii memberikan kebutuhan bagi komunitas lokal termasuk masyarakat miskin, iii mengendalikan pengeluaran biaya infrastruktur dan korupsi, dan iv menemukan peran yang semestinya bagi pihak pemerintah dan swasta dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan dan pengelolaan kegiatan infrastruktur. Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa pembangunan infrastruktur berkelanjutan akan memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Definisi infrastruktur berkelanjutan mengacu pada merancang, membangun, dan operasional unsur-unsur struktural dalam cara-cara yang tidak tidak mengabaikan aspek sosial, ekonomi dan proses ekologi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesejahteraan manusia, keragaman , dan fungsi sistem alam Welsh et al. 2012 Konsep infrastruktur berkelanjutan sudah banyak digunakan dalam berbagai penelitian pada masing-masing jenis infrastruktur seperti: transportasi, air air kotor, air hujan, dan air limbah, sampah, dan energi. Konsep infrastruktur berkelanjutan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan prinsip keterpaduan pembangunan berbagai jenis infrastruktur perkotaan transportasi, air bersih, air hujan, air limbah, sampah dan ruang terbuka hijau yang mempertimbangkan aspek pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan, sosial, ekonomi, teknologi dan tata kelola pemerintahan.

2.3.2 Definisi dan Ruang Lingkup Kriteria dan Indikator Kinerja

Kriteria menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu. Kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dimensi atau aspek yang menjadi dasar dalam mengukur 17 keberlanjutan pembangunan infrastruktur perkotaan. Indikator adalah alat untuk menyederhanakan realitas yang ada dan sebagai dasar mengidentifikasi suatu fenomena yang tidak dapat dilihat secara utuh. Jadi, indikator adalah parameter untuk mengukur masing-masing kriteria yang sudah ditetapkan. Indikator yang baik adalah indikator yang dapat diadaptasi untuk semua situasi dan kondisi kota, bergantung pada karakteristik lokal, dan memiliki konfigurasi yang spesifik dari suatu sistem perkotaan Banica 2010. Kriteria indikator yang baik untuk pembangunan infrastruktur adalah: SMART Specific, Measureable, Achieveable, Reasonable, dan Time. Artinya dapat diukur dengan mudah, dapat dipahami oleh pengguna, dapat dicapai dalam kerangka waktu tertentu, spesifik atau memiliki relevansi dengan konteks yang ada. Jadi indikator tidak perlu rumit, namun dapat mempresentasikan fenomena yang diamati. Pemahaman keberlanjutan pembangunan infrastruktur dapat didekati melalui evaluasi kinerja. Kinerja atau prestasi adalah catatan tentang hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Penetapan tingkat pencapaian kinerja tersebut memerlukan alat ukur yang jelas yang biasa disebut dengan indikator kinerja. Definisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif danatau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan BPKP dalam Mahsun 2006. Sementara menurut Lohman dalam Mahsun 2003, indikator kinerja performance indicators adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Perumusan indikator kinerja merupakan bagian integral dari perencanaan strategik, tanpa indikator kinerja yang jelas, rencana strategis tidak dapat diimplementasikan secara baik, karena tidak ada tolok ukur yang jelas tanpa mengenai apa yang akan dicapai oleh setiap kegiatan. Indikator kinerja tidak hanya menunjukkan apa yang hendak dicapai oleh setiap kegiatan tetapi sejauhmana sumber-sumber daya yang digunakan secara efisien, efektif, dan ekonomis bagi pelaksanaan kegiatan yang dimaksud . Indikator kinerja dikelompokkan ke dalam enam kelompok, yaitu indikator inputs memasukan, process proses, outputs keluaran, outcomes hasil, benefits manfaat dan impacts dampak. Secara terperinci adalah sebagai berikut:  Indikator masukan, adalah segala sesuatu yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan agar menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, personil yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, data informasi, kebijakan peraturan perundangan dan sebagainya.  Indikator proses, adalah berbagai aktivitas yang menunjukan upaya yang dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini menggambarkan perkembangan pelaksanaan pengolahan masukan menjadi keluaran.  Indikator keluaran, adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat diperolehdicapai dan suatu kegiatan, baik kegiatan yang berupa kegiatan fisik ataupun non fisik.