Indikator prioritas dalam pembangunan Infrastruktur berkelanjutan

6.3.3.2 Hasil Penilaian ANP untuk indikator prioritas

Hasil analisis ANP terhadap 20 indikator terpilih hasil FGD, menghasilkan bobot untuk setiap indikator. Untuk memperoleh indikator prioritas, maka dipilih bobot yang nilainya melebihi nilai tengah dari interval nilai bobot paling rendah sampai dengan nilai bobot paling tinggi, yaitu antara 0 – 0.7. Dari hasil perhitungan dengan super decisions diketahui bahwa indikator dengan bobot yang tinggi atau lebih besar dari 0.35 ada 8 indikator. Indikator prioritas untuk kriteria ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi lokal dengan bobot 0.725; untuk kriteria tata kelola pemerintahan yaitu: perencanaan infrastruktur dengan bobot 0.475 dan anggaran infrastruktur dengan bobot 0.446. Untuk kriteria teknologi, indikator yang paling berpengaruh adalah ketersediaan sistem air bersih dengan bobot 0.425; untuk kriteria sosial yaitu: partisipasi masyarakat dengan bobot 0.418 dan perilaku masyarakat dengan bobot 0.404. Pada kriteria lingkungan, indikator yang paling berpengaruh yaitu: kualitas udara dengan bobot 0.369 dan penggunaan lahan terbangun dengan bobot 0.345 Tabel 51 . Tabel 51 Hasil penilaian ANP untuk indikator prioritas Kluster Indikator Rangking Bobot Kriteria Lingkungan 1. Kualitas udara 2. Penggunaan Lahan Terbangun 3. Ketersediaan Air Baku 4. Kerusakan Kawasan Lindung 7 8 12 13 0.368606 0.344698 0.148823 0.137873 Kriteria Sosial 5. Partisipasi Masyarakat 6. Perilaku Masyarakat 7. Keamanan dan Ketertiban 8. IPM 5 6 15 17 0.417962 0.404128 0.099182 0.078728 Kriteria Ekonomi 9. Pertumbuhan Ekonomi Lokal 10. Laju Investasi Kota 11. Upah Minimum Kota 12. Pendapatan Perkapita 1 10 18 19 0.724725 0.216621 0.030612 0.028042 Kriteria Teknologi 13. Ketersediaan Air bersih 14. Ketersediaan AU 15. Ketersediaan Sistem Persampahan 16. Ketersediaan RTH 4 9 11 14 0.425344 0.236539 0.200489 0.137628 Kriteria Tata kelola Pemerintahan 17. Perencanaan Infrastruktur 18. Anggaran Infrastruktur 19. Penegakan Hukum 20. Kepemimpinan yang visioner 2 3 16 20 0.474703 0.445862 0.079435 0.000000

6.4 Pembahasan

6.4.1 Indikator penting dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan

menurut masyarakat Kota Bandarlampung Pendapat masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur berkelanjutan dilihat dari 2 tahapan, pertama pilihan masyarakat terhadap indikator yang berpengaruh, dan kedua pilihan masyarakat menurut tingkat kepentingan pada setiap indikator berpengaruh yang sudah dipilih. Hasil survei menunjukkan bahwa 7 indikator yang berpengaruh yang dipilih masyarakat ada yang tidak sama dengan 7 indikator penting, seperti pada kriteria lingkungan dan kriteria sosial. Sedangkan indikator berpengaruh dan indikator penting yang sama atau ada irisan terdapat pada kriteria ekonomi, teknologi dan tata kelola pemerintahan. Indikator berpengaruh dan tingkat kepentingan untuk ke 5 kriteria pembangunan infrastuktur berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 52. Tabel 52 Indikator berpengaruh menurut masyarakat dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan di Kota Bandarlampung Kriteria indikator Faktor Berpengaruh urutan jumlah Tingkat Kepentingan skala kepentingan Lingkungan 1. Kualitas air 2. Kualitas udara 3. Kawasan permukiman kumuh 4. Perkembangan lahan terbangun 5. Kemacetan lalu lintas 6. Ketersediaan air baku 7. Daya dukung lahan 1. Kemacetan lalu lintas 2. Kualitas air 3. Ketersediaan air baku 4. Kualitas udara 5. Perkembangan lahan terbangun Sosial 1. Tingkat indeks perkembangan manusia IPM 2. Keamanan dan ketertiban 3. Pengolahan sampah oleh masyarakat 4. Tingkat pengangguran 5. Perkembangan penduduk miskin 6. Perilaku masyarakat terhadap infrastruktur 7. Sistem air limbah oleh masyarakat 1. Tingkat indeks permbangunan manusia IPM 2. Keamanan dan ketertiban kota 3. Tingkat pengangguran kota 4. Pengolahan sampah oleh masyarakat 5. Perilaku budaya masyarakat Ekonomi 1. Tingkat Upah Minimum Kota 2. Pertumbuhan ekonomi lokal 3. Pertumbuhan APBD 4. Pendapatan perkapita 5. Tarif pelayanan infrastruktur 6. Pertumbuhan ekonomi PDRB 7. Pertumbuhan investasi kota 1. Tingkat Upah Minimum Kota 2. Pertumbuhan ekonomi lokal 3. Pertumbuhan APBD 4. Pertumbuhan ekonomi PDRB Teknologi 1. Sistem pengelolaan sampah 2. Sistem pelayanan air bersih 3. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau RTH 4. Sistem drainase kota 5. Sistem air limbah kota 6. Ketersediaan angkutan umum 7. Ketersediaan fasilitas pejalan kaki 1. Sistem pelayanan air bersih 2. Sistem pengelolaan sampah 3. Sistem drainase kota 4. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau RTH 5. Ketersediaan sistem air limbah kota 6. Ketersediaan angkutan umum Tata Kelola 1. Penegakan hukum dan sanksi 2. Perencanaan infrastruktur 3. Anggaran pembangunan infrastruktur 4. Kepemimpinan yang visioner 5. Kapasitas sumber daya manusia di pemerintahan 6. Partisipasi masyarakat 7. Peraturan tentang infrastruktur 1. Kepemimpinan yang visioner 2. Penegakan hukum dan sanksi 3. Perencanaan infrastruktur 4. Anggaran infrastruktur Jika dikaitkan dengan 24 indikator penting pada tabel di atas, maka pendapat masyarakat tentang kondisi masing-masing indikator sesuai dengan data-data yang diperoleh dari instansi terkait pada Bab IV. Untuk kriteria lingkungan, pendapat masyarakat adalah perkembangan lahan terbangun yang merusak kawasan lindung, terutama gunung, bukit dan lereng yang ada di dalam kota. Kemacetan di dalam kota sudah dirasakan mengganggu, diantaranya menyebabkan pencemaran udara, sehingga kualitas udara kota menjadi menurun. Kualitas air juga dirasakan masyarakat makin buruk, hal ini terutama bagi masyarakat kawasan pesisir, karena adanya intrusi air laut. Untuk ketersediaan air bersih PDAM dirasakan masyarakat kurang, karena ketersediaan air baku juga berkurang. Hal ini didukung data bahwa pelayanan air bersih baru mencapai 30 tahun 2011. Harapan masyarakat untuk kriteria lingkungan adalah pembenahan peraturan yang berkaitan dengan penggunaan lahan di kawasan lindung, terutama penggunaan gunung, bukit dan lereng. Masyarakat juga berharap pemerintah mengatasi kemacetan kota yang selalu meningkat setiap tahunnya, melalui pengurangan jumlah kendaraan dan penambahan jaringan jalan. Data jaringan jalan 10 tahun terakhir 2001-2011 menunjukkan belum ada pertambahan jaringan jalan di Kota Bandarlampung. Untuk kriteria sosial, pendapat masyarakat untuk indikator yang terpenting adalah masih rendahnya pelayanan kesehatan dan pendidikan di Kota Bandarlampung. Masyarakat merasa belum mendapat pelayanan maksimal di Rumah Sakit Umum Daerah. Pada tahun 2013 terjadi kasus yang sangat memprihatinkan, bahwa pegawai RSUD Kota Bandarlampung membuang seorang pasien miskin dan akhirnya meninggal. Begitu juga dengan pelayanan pendidikan, masyarakat belum merasa adanya pemerataan dan keadilan memperoleh pendidikan yang layak. Keamanan dan ketertiban Kota Bandarlampung dirasakan masyarakat masih rendah, karena angka kriminalitas masih tinggi. Tingkat pengangguran juga dirasakan masyarakat tinggi, karena banyak sarjana yang masih menganggur. Perilaku masyarakat yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur, dirasakan masyarakat juga indikator yang penting, seperti: partisipasi dalam pengelolaan sampah, penyediaan RTH private, penyediaan bak pengolahan limbah RT septic tank serta penyediaan bidang resapan dan LRB lobang resapan biopori. Harapan masyarakat adalah adanya peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan lapangan kerja, peningkatan kemananan dan ketertiban dan pelibatan masyarakat dalam pengolahan sampah. Untuk kriteria ekonomi, pendapat masyarakat bahwa, perlu perhatian pada ekonomi lokal, khususnya UMKM. Peningkatan PAD dan APBD di pemerintah kota belum berpengaruh langsung pada rakyat. Upah Minimum Kota UMK bagi masyarakat belum memenuhi KHL Kebutuhan Hidup Layak, karena biaya hidup di kota Bandarlampung cukup tinggi. Harapan masyarakat adalah pengembangan ekonomi rakyat skala kecil seperti UMKM dan sektor informal. Penyediaan ruang bagi pedagang kaki lima, sehingga tidak selalu diusir oleh petugas penertiban umum. Masyarakat juga berharap APBD yang pro rakyat. Peningkatan UMK, sehingga dapat memenuhi KHL. Untuk kriteria teknologi, pendapat masyarakat adalah bahwa hampir semua infrastruktur kota belum memadai. Pelayanan air bersih belum merata, drainase kota belum baik, pengelolaan sampah buruk, IPAL komunal masih sangat terbatas, ketersediaan RTH sangat kurang dan fasilitas pejalan kaki belum memadai. Harapan masyarakat lebih kepada teknologi infrastruktur yang berkelanjutan, seperti: ketersediaan air bersih, ketersediaan ruang terbuka atau taman kota aktif, pengelolaan sampah berbasis rumah tangga, perbaikan saluran drainase kota, dan pengelolaan limbah kota dan ketersediaan angkutan umum Untuk kriteria tata kelola pemerintah, pendapat masyarakat adalah pemimpin belum visioner, perencanaan infrastruktur yang tidak terpadu, penegakan hukum tidak tegas dan kurangnya anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat. Harapan masyarakat adalah perlu pemimpin yang visioner yang mempunyai kebijakan pro rakyat. Pemimpin yang dapat menegakkan peraturan dan hukum, pemimpin yang mempunyai perencanaan infrastruktur yang jelas serta peningkatan anggaran untuk infrastruktur yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Masyarakat berharap penegakan hukum yang tegas, merata dan betul-betul adil, perencanaan infrastruktur yang terintegrasi terpadu untuk berbagai jenis infrastruktur, sehingga tidak terjadi tumpang tindih di lapangan.

6.4.2 Indikator pembangunan infrastruktur berkelanjutan dalam

dokumen perencanaan Kota Bandarlampung Aplikasi kriteria dan indikator infrastruktur berlanjutan dalam dokumen perencanaan Kota Bandarlampung yang cukup lengkap dan terukur ada dalam RPJMD, walaupun belum semua bersifat kuantitatif. Dari 5 kriteria dan 47 indikator, maka jumlah indikator infrastruktur berkelanjutan yang ada dalam dokumen RPJMD Kota Bandarlampung adalah sebesar 28 indikator atau baru sebesar 60 . Indikator pembangunan infrastruktur berkelanjutan tersebut terdiri dari: kriteria lingkungan 6 indikator 67 , kriteria sosial yang meliputi 5 indikator 50 , kriteria ekonomi terdiri dari 5 indikator 56 , kriteria teknologi 7 indikator 78 dan kriteria tata kelola pemerintahan yang meliputi 5 indikator 50 . Pembahasan untuk setiap kriteria dalam RPJMD dan dikaitkan dengan dokumen rencana lainnya adalah sebagai berikut: - Kriteria Lingkungan Indikator untuk kriteria lingkungan yang sudah tercantum dalam indikator kinerja RPJMD kriteria lingkungan 6 indikator yaitu: berkurangnya laju kerusakan gunung dan bukit; tertatanya kawasan kumuh perkotaan; pengendalian laju kawasan terbangun, menurunnya polusi udara peningkatan kualitas udara; terjaga daerah resapan air dan sumber-sumber air ketersediaan sumber air baku, dan berkurang titik kemacetan. Indikator ini menjadi kebijakan pembangunan kota pada lima tahun terakhir dan berperan dalam penentuan status keberlanjutan infrastruktur kota saat ini. Indikator lingkungan yang belum ada dalam RPJMD ada 3 yaitu: daya dukung lahan, kualitas air dan kualitas tanah. Ketiga indikator ini juga penting dalam kaitannya dengan ketersediaan infrastruktur. Indikator kualitas air dan tanah merupakan indikator pengungkit menurut hasil MDS pada bab terdahulu. Oleh sebab itu dalam kebijakan RPJMD yang akan datang perlu ditambahkan indikator-indikator tersebut, terutama kualitas air dan tanah. Walaupun dalam indikator kinerja RPJMD belum ada, tetapi dalam perencanaan sektoral dan spatial lainnya indikator ini sudah dikaji, hanya tidak dalam bentuk indikator kinerja. Misalnya: - Dalam perencanaan yang berkaitan dengan sumber daya air yang meliputi jaringan drainase dan air bersih Rencana Induk Drainase dan Studi Kelayakan PDAM sudah mempertimbangkan kriteria lingkungan melalui normalisasi sungai, melakukan penyimpanan air melalui sumur atau bidang resapan seperti: lobang resapan biopori LRB, penggalakan embung dan konservasi TAHURA untuk pengembangan sumber air baku. - Dalam Rencana Induk Sanitasi dan Sampah, perencanaan limbah baik limbah cair air limbah dan limbah padat atau sampah sudah mempertimbangkan kriteria lingkungan. Hanya saja untuk limbah cair, walaupun sudah mulai merencanakan pembangunan IPAL, tetapi belum ada rencana detail secara teknis pelaksanaannya bagaimana. Perencanaan untuk limbah padat atau sampah sudah lebih detail direncanakan bagaimana pengelolaan dengan 3 R dan berbagai prasarana dan sarana pendukungnya. Pengelolaan limbah ini berkaitan dengan peningkatan kualitas tanah. - Kriteria Sosial Indikator untuk kriteria sosial yang sudah terdapat dalam RPJMD meliputi 5 yaitu: meningkatnya angka partisipasi pendidikan dan kesehatan IPM; berkurang jumlah masyarakat miskin; terjaga stabilitas, kerukunan dan ketertiban masyarakat; pengolahan sampah oleh masyarakat dan meningkatnya angka partisipasi angkatan kerja tingkat pengangguran. Indikator-indikator ini menjadi kebijakan kota dan berpengaruh pada kondisi keberlanjutan infrastruktur kota saat ini. Indikator lainnya yang belum terdapat dalam indikator kinerja adalah laju peningkatan jumlah penduduk, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air limbah, pembuatan sumur resapan dan penyediaan air bersih sumur bor dan sumur dangkal, dan pelanggaran terhadap infrastruktur perilaku. Untuk indikator kinerja RPJMD yang akan datang ke 5 indikator ini perlu ditambahkankan. Hasil MDS pada bab terdahulu, beberapa dari indikator tersebut merupakan faktor pengungkit. Laju peningkatan penduduk yang tinggi di Bandarlampung kiranya perlu menjadi perhatian khusus pemerintah kota. Begitu pula peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyediaan infrastuktur, seperti: pembuatan sumur resapan, kolam untuk panen air hujan rain harversting dan sebagainya. Indikator yang tidak kalah penting adalah perilaku masyarakat, apalagi kondisi sosial budaya masyarakat Kota Bandarlampung yang sangat rentan konflik. Dalam RTRW, RIS, RPJMD dan RPIJM kriteria sosial yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur sudah dipertimbangkan, baik dalam kebijakan makro maupun kebijakan mikro yaitu dalam indikasi program. Dalam indikator kinerja RPJMD indikator-indikator untuk kriteria sosial sudah ada, walaupun masih umum atau tidak secara khusus untuk setiap jenis infrastruktur. Disamping itu, indikator sosial ini masih belum lengkap, masih fokus pada angka pengembangan manusia, kemiskinan dan ketertiban masyarakat, sedangkan indikator untuk keterlibatan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur hanya ada sistem pengelolaan sampah oleh masyarakat. Dalam RTRW ada penetapan keterlibatan masyarakat dalam penyediaan ruang terbuka privat yang diharapkan 10 dari 30 yang disyaratkan undang-undang penataan ruang. - Kriteria Ekonomi Indikator untuk kriteria ekonomi yang ada dalam RPJMD terdiri dari 5 indikator yaitu: pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan PAD, laju pertumbuhan investasi, pertumbuhan ekonomi lokal UMKM, dan tingkat UMK sesuai KHL.