Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
45
3.5 Metode Analisis 3.5.1
Analisis Tingkat Keberlanjutan Infrastruktur Perkotaan
Penilaian tingkat
atau status
keberlanjutan infrastruktur
Kota Bandarlampung dianalisis dengan menggunakan Multidimensional Scalling
MDS dengan metode Rapinfra Rapid Appraisal of Infrastructure. Kavanagh 2001 merekomendasikan tahapan yang harus dilalui dalam prosedur
RapfishRapinfra, seperti tertera pada Gambar 9.
Gambar 9 Tahapan analisis keberlanjutan menggunakan MDS dengan aplikasi
Rapfish Kavanagh 2001, Fauzi 2012.
Tahapan analisis RapfishRapinfra menurut Fauzi 2012 secara lebih rinci adalah:
1. Menggunakan RapfishRapinfra template untuk memulai RapfishRapinfra analisis
2. Menentukan jenis dimensi dan atribut keberlanjutan sesuai kaidah scoring 3. Menentukan unit analisis dan sebaiknya lebih banyak dari atribut
4. Membuat file score dalam exel berdasarkan dimensi atribut 5. Melakukan peer review score untuk menentukan konsistensi scoring
6. Melakukan reference point untuk good, bad dan midpoint berdasarkan skor
yang sudah dibakukan 7. Membuat anchor point berdasarkan manual seluruh good score dikurangi
bad score setiap step 8.
Run RapfishRapinfra melalui Exell Add-ins 9.
Masukkan “jumlah” dan posisi unit analisis pada cell yang tepat 10. Melakukannya untuk setiap dimensi yang berbeda dengan selalu mengecek
posisi atribut dalam cell exel 11. Melakukan leveraging point untuk setiap dimensi
12. Melakukan flip-ordinasi untuk membuat kita-diagram untuk setiap dimensi 13. Melakukan monte carlo analisis
MULAI
PENENTUAN ATRIBUT SEBAGAI KRITERIA PENILAIAN
ANALISIS KEBERLANJUTAN ANALISIS MONTE CARLO
ANALISIS KETIDAKPASTIAN IDENTIFIKASI DAN PENDATAAN
KONDISI SAAT INI
ANALISIS SENSITIVITAS ANALISIS LAVERAGEANOMALI
MULTI DIMENSIONAL SCALLING ORDINASI SETIAP ATRIBUT
PENILAIAN SKOR SETIAP ATRIBUT
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil perhitungan dan analisis data sekunder, maka atribut diberikan skor atau peringkat yang mencerminkan
keberlanjutan dari dimensi pembangunan yang bersangkutan. Skor ini menunjukkan nilai yang “buruk” di satu ujung dan nilai yang “baik” di ujung
yang lain. Nilai “buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi keberlanjutan pembangunan perkotaan. Sebaliknya nilai “baik”
mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Di antara dua nilai ekstrim ini terdapat satu atau lebih nilai antara tergantung dari jumlah peringkat pada
setiap atribut.
Dalam penilaian peringkat atribut untuk keberlanjutan perkotaan, maka digunakan pendekatan yang memanfaatkan data langsung dari studi literatur.
Jumlah peringkat pada setiap atribut akan ditentukan oleh tersedia atau tidak literatur yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah peringkat. Sebagai
contoh adalah variabel yang digunakan dalam perhitungan sebagai batas-batas daya dukung infrastruktur dan keberlanjutan kota diantaranya seperti pada Tabel 7
dan Tabel 8.
Peringkat disusun berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan bukan berdasarkan urutan nilai yang
terburuk ke nilai yang terbaik. Untuk selanjutnya nilai skor dari masing-masing atribut di analisis secara multi dimensional untuk menentukan satu atau beberapa
titik yang mencerminkan keberlanjutan perkotaaan yang dikaji relatif terhadap dua
titik acuan yaitu titik “baik” dan titik “buruk”. Agar memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi.
Tabel 7 Variabel untuk batasan daya dukung infrastruktur
No Variabel
Satuan Teknik Perhitungan
1 Konsumsi Air
lorghari 60 literoranghari DPU
2 Jalan
kmpddk 0.001 kmpenduduk DPU
3 RTH
ha min 30 total luas kotakabupaten DPU
4 Kawasan Lindung
ha min 30 total luas kotakabupaten UU Tata
Ruang, DPU 5
Kawasan Budidaya ha
max 60 total luas wilayah UU Tata Ruang, DPU
6 Produksi sampah
lorghari 2.5
– 3.0 loranghari Sumber: DPU 2007
Tahap proses ordinasi menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish Kavanagh 2001. Perangkat lunak Rapfish ini merupakan pengembangan MDS
yang ada dalam perangkat lunak EXEL ADD-Ins, untuk proses rotasi, kebalikan posisi fliping, dan beberapa analisis sensitivitas telah dipadukan menjadi satu
perangkat lunak. Melalui MDS ini, maka posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk
memproyeksikan titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi,
dengan titik ekstrem “buruk” diberi nilai 0 dan titik ekstrem “baik” diberi skor nilai 100 . Posisi keberlanjutan sistem dikaji akan berada di antara dua titik
ekstrem tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks keberlanjutan kawasan perkotaan saat ini.
47
Tabel 8 Asumsi batas daya dukung perkotaan The city limit
Dimensi Konsep
Key Indicator Indikator
Kinerja Critical
Treshold Value Asumsi
Ekonomi Pertumbuhan yg memadai
terutama di sektor produksi utk penciptaan
lapangan kerja Tingkat
pertumbuhan PDRBkapita
Jika x 1 berkelanjutan
Jika x 1 tidak berkelanjutan
Tingkat pertumbuhan 2
Rata-rata PDRB 1 jtkapita
Sosial Tingkat kesejah- teraan
sosial yg memadai utk menanggulangi
kemiskinan, peningkatan pendidikan dan kesehatan
Pendapatankapita Tingkat pendidikan
Tingkat pelayanan kesehatan
Jika x 1 berkelanjutan
Jika x 1 tidak berkelanjutan
Rata-rata pendapatankapita Rp
750 ribu perorang
Ekologi Aktivitas manusia
menciptakan kebutuhan ecological footprint yg
terkait daya dukung lingkungan
Ecological footprint Jika x 1
berkelanjutan Footprint 2,2 haorg
earth equal share
Air Bersih
Pengambilan tdk boleh mengganggu
keseimbangan air kapasitas sungai + air
tanah Total konsumsi air
literorghari Jika x 1
berkelanjutan Jika x 1 tidak
berkelanjutan Tingkat pelayanan
kawasan perkotaan 40
Total konsumsi air didasarkan kebutuhan
60 ljiwahari
Jalan Mobilitas barang dan
manusia sbg pendukung ekonomi
kmjiwa Jika x 1
berkelanjutan Jika x 1 tidak
berkelanjutan Kebutuhan total 1
km1000 jiwa
Drainase Mengalirkan air secepat
mungkin untuk mengurangi genangan
Genangan dikeringkan
semaksimal mungkin
Jika x 1 berkelanjutan
Jika x 1 tidak berkelanjutan
RTH menyerap air 95 air hujan
Kawasan terbangun menyerap 10 air
hujan
RTH Sebagai penyerap air,
penyegar udara dan penurunan suhu
Persentase luas RTH terhadap luas
wilayah Jika x 1
berkelanjutan Jika x 1 tidak
berkelanjutan UU No 262007 Tata
Ruang 30 luas wilayah
Perumah an
Permuki man
Tempat bermukim yang harus memenuhi kriteria
layak huni, aman, nyaman luas permukiman
dari total wilayah Jika x 1
berkelanjutan Jika x 1 tidak
berkelanjutan Kawasan perumahan
mak 60 luas wilayah
Sumber: DPU 2007
Analisis ordinasi dapat digunakan untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan
mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut, misal dimensi ekonomi atau dimensi infrastruktur. Jika analisis setiap dimensi sudah dilakukan,
maka perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram.
Skala indeks keberlanjutan kawasan perkotaan mempunyai selang 0 - 100 . Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 50 , maka
sistem kawasan berkotaan tersebut berkelanjutan, sebaliknya jika kurang dari 50 , maka sistem tersebut belum atau tidak berkelanjutan. Namun demikian dalam
penelitian ini penulis akan membuat 4 kategori status berkelanjutan berdasarkan skala dasar tersebut, seperti yang disajikan pada Tabel 9.