Teknik Pengambilan Sampel Rancangan Penelitian

47 Tabel 8 Asumsi batas daya dukung perkotaan The city limit Dimensi Konsep Key Indicator Indikator Kinerja Critical Treshold Value Asumsi Ekonomi Pertumbuhan yg memadai terutama di sektor produksi utk penciptaan lapangan kerja Tingkat pertumbuhan PDRBkapita Jika x 1 berkelanjutan Jika x 1 tidak berkelanjutan Tingkat pertumbuhan 2 Rata-rata PDRB 1 jtkapita Sosial Tingkat kesejah- teraan sosial yg memadai utk menanggulangi kemiskinan, peningkatan pendidikan dan kesehatan Pendapatankapita Tingkat pendidikan Tingkat pelayanan kesehatan Jika x 1 berkelanjutan Jika x 1 tidak berkelanjutan Rata-rata pendapatankapita Rp 750 ribu perorang Ekologi Aktivitas manusia menciptakan kebutuhan ecological footprint yg terkait daya dukung lingkungan Ecological footprint Jika x 1 berkelanjutan Footprint 2,2 haorg earth equal share Air Bersih Pengambilan tdk boleh mengganggu keseimbangan air kapasitas sungai + air tanah Total konsumsi air literorghari Jika x 1 berkelanjutan Jika x 1 tidak berkelanjutan Tingkat pelayanan kawasan perkotaan 40 Total konsumsi air didasarkan kebutuhan 60 ljiwahari Jalan Mobilitas barang dan manusia sbg pendukung ekonomi kmjiwa Jika x 1 berkelanjutan Jika x 1 tidak berkelanjutan Kebutuhan total 1 km1000 jiwa Drainase Mengalirkan air secepat mungkin untuk mengurangi genangan Genangan dikeringkan semaksimal mungkin Jika x 1 berkelanjutan Jika x 1 tidak berkelanjutan RTH menyerap air 95 air hujan Kawasan terbangun menyerap 10 air hujan RTH Sebagai penyerap air, penyegar udara dan penurunan suhu Persentase luas RTH terhadap luas wilayah Jika x 1 berkelanjutan Jika x 1 tidak berkelanjutan UU No 262007 Tata Ruang 30 luas wilayah Perumah an Permuki man Tempat bermukim yang harus memenuhi kriteria layak huni, aman, nyaman luas permukiman dari total wilayah Jika x 1 berkelanjutan Jika x 1 tidak berkelanjutan Kawasan perumahan mak 60 luas wilayah Sumber: DPU 2007 Analisis ordinasi dapat digunakan untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut, misal dimensi ekonomi atau dimensi infrastruktur. Jika analisis setiap dimensi sudah dilakukan, maka perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram. Skala indeks keberlanjutan kawasan perkotaan mempunyai selang 0 - 100 . Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 50 , maka sistem kawasan berkotaan tersebut berkelanjutan, sebaliknya jika kurang dari 50 , maka sistem tersebut belum atau tidak berkelanjutan. Namun demikian dalam penelitian ini penulis akan membuat 4 kategori status berkelanjutan berdasarkan skala dasar tersebut, seperti yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Kategori status berkelanjutan sistem perkotaan No. Nilai Indeks Kategori 1 0.00 -- 24.99 Buruk tidak berkelanjutan 2 25.00 – 49.99 Kurang kurang berkelanjutan 3 50.00 – 74.99 Cukup cukup berkelanjutan 4 75.00 – 100.00 Baik berkelanjutan Sumber: adaptasi dari Kavanagh dan Pitcher 2004 Tahap selanjutnya adalah analisis sensitivitas atau faktor pengungkit untuk melihat atribut apa yang paling sensitiv memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan infrastruktur di Kota Bandarlampung, sedangkan untuk mengevaluasi ketidakpastian digunakan analisis monte carlo.

3.5.2 Analisis Penentuan Kriteria dan Indikator Infrastruktur

Berkelanjutan Analisis faktor berpengaruh atau penentuan kriteria dan indikator dalam perencanaan infrastruktur berkelanjutan akan menggunakan pendekatan analisis multi criteria dengan MDS Multi Dimensional Scaling dengan metode ANP Analytic Network Process. Metode ANP mengakomodasikan hubungan timbal balik yang berguna pada sektor publik yang memerlukan pengambilan keputusan dalam jumlah informasi, interaksi yang banyak dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi Saaty 2001, Azis 2004, Chen et al. 2008. Tahapan analisis penentuan kriteria dan indikator infrastruktur berkelanjutan menggunakan ANP sebagaimana yang direkomendasikan Izik et al. 2011 dengan empat langkah utama yaitu: 1. Mengembangkan Struktur Model Keputusan Pada langkah ini, masalah pembangunan infrastruktur yang kompleks distrukturkan menjadi kerangka hirarki atau jaringan cluster, sub cluster, sub- sub cluster. Memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP ini disebut dekomposisi. ANP memungkinkan dependensi baik di dalam sebuah cluster ketergantungan dalam dan antar cluster ketergantungan luar. 2. Matriks Perbandingan Berpasangan dari Variabel yang saling Terkait Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun perbandingan berpasangan dari semua elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya. Perbandingan pasangan ini digunaan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster dengan prioritas seluruh global hirarki dan menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah biasanya merupakan alternatif. 3. Penghitungan Supermatriks Setelah perbandingan berpasangan selesai, supermatriks dihitung dalam 3 langkah: a. Supermatriks tanpa pembobotan unweighted supermatrix, dibuat secara langsung dari semua prioritas lokal berasal dari perbandingan berpasangan antar elemen yang mempengaruhi satu sama lain;