Pengujian Model Penyusunan Model Dinamik

140 ”Nilai Produksi Industri Arang Aktif+Nilai Produksi Industri Ikan Beku+Nilai Produksi Industri Ikan Kaleng+Nilai Produksi Industri Ikan Kayu+Nilai Produksi Industri KPK+Nilai Produksi Industri Minyak Kelapa+Nilai Produksi Industri Nata+Nilai Produksi Industri Penggemukan Sapi+Nilai Produksi Industri Peternakan Ayam+Nilai Produksi Industri Pakan Ternak+Nilai Produksi Industri Tepung Ikan+Nilai Produksi Industri VCO+Nilai Produksi Industri Arang Tempurung+Nilai Produksi Industri Biodiesel+Nilai Produksi Industri Minyak dari Paring+Nilai Produksi Industri Minuman Ringan+Nilai Produksi Industri Coco Vinegar+Nilai Produksi Industri Kecap Kelapa+Nilai Produksi Industri Bhn Kosmetik+Nilai Produksi Industri Santan. Diagram alir dari Nilai Produksi AEIP Bitung diperlihatkan dalam Gambar 6.20. Terkait dengan adanya pentahapan pembangunan dari jenis-jenis industri, maka pentahapan tersebut juga berdampak terhadap Nilai Produksi AEIP Bitung. Di dalam diagram alir dari Nilai Produksi, pentahapan tersebut dinyatakan dalam Fungsi Delay, yang secara visual terlihat dalam bentuk tanda pagar pada ”link” yang menghubungkan ”auxiliary,” dan Fungsi IF dan PULSE.

6.2.1.8. Pengujian Model

Pengujian model dilakukan untuk mengetahui tingkat keakuratan dari model yang dibangun. Mengingat bahwa model AEIP Bitung yang akan dibangun merupakan model yang belum nyata atau belum ada realitas di lapangan, khususnya di Kota Bitung, maka pengujian model hanya akan dilakukan dengan cara melakukan pengujian kesesuaian model, yaitu: a apakah persamaan-persamaan yang digunakan sudah benar dan b apakah prosedur perhitungan sudah sesuai. a. Apakah persamaan-persamaan yang digunakan sudah benar. Persamaan-persamaan fungsi yang digunakan dalam membangun model antara lain adalah persamaan fungsi potensi perikanan laut dan persamaan fungsi potensi kelapa Provinsi Sulawesi Utara. Kedua persamaan adalah fungsi polinominal, yaitu: a.1. Hasil Tangkapan Perikanan Laut Persamaan fungsi hasil tangkapan perikanan laut Provinsi Sulut adalah Y= -0,845x 6 +31,526x 5 -388,76x 4 +1355,8x 3 +4960,6x 2 -21270x+127195 dengan koefi- sien determinasi R 2 adalah 0,9422. Ploting fungsi hasil tangkapan dan hasil simulasi diperlihatkan pada Gambar 6.21. 141 50000 100000 150000 200000 250000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Tahun P ro d u k s i to n Series1 Series2 Gambar 6.21. Perbandingan data faktual dan hasil simulasi potensi perikanan laut Provinsi Sulawesi Utara secara grafis Ket: Series 1: Potensi faktual; Series 2: Hasil Simulasi Hasil plotting dalam grafik menunjukkan bahwa secara visual hasil simulasi produksi perikanan laut memiliki trend yang sama dengan nilai potensi faktual. Hal ini didukung oleh nilai koefisien determinasi yang tinggi, yaitu 0,9442. a.2. Produksi Kelapa Persamaan fungsi potensi kelapa Provinsi Sulut: adalah Y= -1,1229x 6 + 54,399x 5 -981.5x 4 + 8275,5x 3 - 4621x 2 + 68849x + 251736 dengan koefisien determinasi R 2 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Tahun P ro d u k s i to n Series1 Series2 = 0,801. Gambar 6.22. Perbandingan data faktual dan hasil simulasi potensi kelapa Provinsi Sulawesi Utara secara grafis Ket: Series 1: Potensi faktual; Series 2: Hasil Simulasi 142 Hasil plotting dalam grafik menunjukkan bahwa secara visual hasil simulasi produksi kelapa memiliki trend yang sama dengan nilai potensi faktualnya. Hal ini didukung oleh nilai koefisien determinasi yang tinggi, yaitu 0,801. b. Apakah prosedur perhitungan sudah sesuai Prosedur-prosedur perhitungan yang digunakan dalam menyusun model diperlihatkan dalam Koefisien dan Persamaan-persamaan Model AEIP Bitung Lampiran 12. Koefisien dan persamaan yang digunakan telah disesuaikan dengan kebutuhan realistis penyusunan model dan cara-cara perumusan model yang sesuai dengan program komputer yang digunakan. Sebagai contoh, apabila pendirian unit industri tertentu dilakukan pada tahun tertentu setelah AEIP Bitung dibangun maka persamaannya menggunakan Fungsi Delay tenggat waktu. Jika pendirian suatu unit industri tertentu dilakukan pada kondisi tertentu maka digunakan Fungsi IF. Selanjutnya, model telah dibangun dengan menggunakan data dasar yang merujuk pada referensi dan atau informasi dari pakar dalam bidang yang bersesuaian.

6.2.2. Pola Keterkaitan Antar Industri di dalam AEIP Bitung