88 juga wajib terletak pada lokasi yang dekat dengan jalur perdagangan atau
pelayaran internasional, atau dekat wilayah yang memiliki sumber daya alam unggulan. Keempat, kawasan harus memiliki batas yang jelas.
Di dalam Laporan Bappeda Kota Bitung 2009 terkait dengan rencana pembangunan Kawasan Industri di Kota Bitung dikemukakan bahwa
kelembagaan yang terkait dengan pengembangan Kawasan Industri di Kota
Gambar 5.9. Kelembagaan Pengembangan Kawasan Industri Bappeda Kota Rincian dari
persyaratan ini bakal diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai tata cara penetapan kawasan ekonomi khusus, yang diharapkan bisa rampung dalam
waktu kurang dari enam bulan setelah Undang-undang Kawasan Ekonomi Khusus disahkan tanggal 15 September 2009.
5.6.4. Kelembagaan terkait Pengembangan Kawasan Industri
Bitung 2009 - digambar kembali
Koperasi Petani:
Penyediaan, pengelolaan dana bergulirkredit bagi
petani
Sektor Perindustrian:
Penyediaan sarana prasarana pengolahan, teknologi,
pembinaan pelatihan SDM
Sektor Pertanian:
Input benih, sarana prasarana produksi, budidaya,
teknologi, pembinaan pelatihan SDM, pengolahan,
pemasaran, pengelolaan lahan-air
Sektor Perdagangan:
Pengembangan pasar, jaringan informasi pasar,
pembinaan SDM
FASILITASI PEMERINTAH
KAWASAN INDUSTRI
SWASTA MASYARAKAT
Pengusaha Lokal
Pengolahan dan Pemasaran
LSMPerguruan Tinggi:
Pemberdayaan, pendampingan
Pemerintah Daerah:
Kebijakan, PERDA, penjaminan kepada
Bank, insentif
Sektor PU:
Sarana prasarana program Agropolitan, infrastruktur
pengairan, infrastruktur jalan
Sektor KoperasiUKM:
Pelatihan SDM, pengembangan usaha, pendampingan SDM,
fasilitasi modal usaha, penyiapa n kelembagaan
Lembaga Riset:
Pelatihan, informasi, teknologi
Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Lokal:
Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Lembaga Pengelolaan Bisnis:
Distribusi dan pengadaan input, pengolahan, pemasaran, riset,
informasi, dan promosi
Petani:
Produksibudidaya
Asosiasi dan KADINDA:
Kemitraan, informasi, jaringan pasar
Bank:
Permodalan
89 Bitung meliputi Sektor Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, Pekerjaan Umum,
dan KoperasiUKM, Lembaga Riset, Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Lokal, Pemerintah Daerah, Koperasi Petani, Lembaga Pengelolaan Bisnis, Pengusaha
Lokal, Perguruan Tinggi, LSM, Perbankan, Petani, Asosiasi, dan Kadinda. Peran utama Pemerintah adalah memberikan fasilitasi bagi SwastaMasyarakat
Gambar 5.9..
5.6.5. Evaluasi Terhadap Rencana Lokasi Kawasan Industri
Pembahasan selanjutnya adalah menyangkut evaluasi terhadap rencana lokasi tapak proyek kawasan industri di Kelurahan Tanjung Merah dengan
menggunakan pendekatan “Kerangka Kinerja Lingkungan” yang dikemukakan oleh Lowe 2001. Data yang digunakan untuk melakukan evaluasi adalah data
skala Kota Bitung bukan data spesifik lokasi karena adanya keterbatasan data, kecuali disebutkan.
A. Penggunaan Energi
Rencana lokasi Kawasan Industri Tanjung Merah terletak di wilayah yang memiliki ekspos terhadap penyinaran matahari yang sangat besar. Data
menunjukkan bahwa penyinaran matahari pada tahun 2006 berkisar antara 50- 77 atau diperkirakan antara 6,00-9,24 jam per hari BPS Bitung 2007. Belum
ada hambatan penyinaran matahari oleh bangunan karena rencana lokasi terletak di dan sekitar hamparan lahan perkebunan. Topografi yang landai dari
lokasi kawasan industri mengurangi kemungkinan adanya bagian-bagian tertentu dari kawasan industri yang akan terhalang dari sinar matahari.
Ekspos yang besar terhadap sinar matahari merupakan potensi untuk pengembangan sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi
kawasan industri. Namun di lain pihak, akan meningkatkan biaya untuk pendinginan udara air conditioning.
Rencana lokasi Kawasan Industri terletak di pinggir pantai sehingga memiliki ekspos yang besar terhadap tiupan angin. Ekspos yang besar terhadap
angin juga merupakan potensi untuk pengembangan energi terbarukan. Disamping itu, pergerakan udara yang relatif tinggi akan meminimalkan potensi
inversi atmosfir, yang dapat menyebabkan kabut smog seperti yang menjadi fenomena klasik di Jabodetabek. Namun, ekpos yang besar terhadap angin dan
atau tiupan angin kencang berpotensi meningkatkan risiko kerusakan fasilitas dan gangguan produksi di kawasan industri.
90 Potensi pembangkitan energi angin dipengaruhi oleh kekuatan dan
kesinambungan tiupan angin. Pengaturan lokasi dengan mempertimbangkan topografi lahan, tegakan tanaman, dan bangunan mempengaruhi aliran angin
yang ingin dimanfaatkan. Variasi dari efektivitas pembangkitan energi angin dipengaruhi oleh interaksi antara pola angin regional dan topografi lokasi, badan
air yang besar laut, dan areal hutan. Akses terhadap sumber energi sampingan yang dihasilkan oleh industri
eksisting sangat potensial karena letak lokasi yang hanya sekitar enam kilometer dari pusat aktivitas industri manufaktur saat ini. Kedekatan lokasi ini merupakan
salah satu keunggulan dari rencana lokasi kawasan industri ini. Karena kedekatan tersebut maka fasilitas bagi akses terhadap energi sampingan dapat
dipersiapkan dengan relatif mudah. Dari hasil wawancara dengan Prasethio Direktur PT. Bimoli pada 31
Maret 2009 diperoleh argumentasi bahwa kawasan industri seharusnya dibangun di Kecamatan Aertembaga atau di bagian Timur dari Kota Bitung.
Prasethio berargumen bahwa pendirian kawasan industri di Kelurahan Tanjung Merah yang sedang diproses berisiko karena lokasi tersebut terpapar oleh
tiupan angin kencang, terutama pada musim angin TimurSelatan. Selanjutnya diinformasikan pelaku industri tersebut bahwa tiupan angin kencang secara
kontinu merusak bangunanpabrik, seperti yang dialami oleh PT. Bimoli. Bila kawasan industri ditempatkan di bagian Timur dari Kota Bitung maka kawasan
tersebut akan lebih aman dari terpaan angin kencang karena terlindung oleh Pulau Lembeh. Juga, bila diperlukan maka pada kawasan tersebut dapat
dibangun dermaga yang khusus melayani pengguna kawasan industri.
B. Penggunaan Air
Seperti daerah lainnya di Indonesia, di Kota Bitung hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan ini berkaitan erat
dengan arus angin yang bertiup di wilayah ini dimana pada bulan Oktober sampai dengan bulan April biasanya terjadi hujan. Hal ini terjadi karena angin
bertiup dari arah BaratBarat Laut yang banyak mengandung air. Sedangkan pada bulan Juni sampai dengan bulan September biasanya terjadi musim
kemarau, karena dipengaruhi oleh arus angin dari arah TimurSelatan yang tidak banyak mengandung air.
Karakter curah hujan Kota Bitung menunjukkan bahwa curah hujan yang relatif tinggi tersebut meningkatkan ketersediaan air, namun sebaliknya dapat
91 meningkatkan potensi kontaminasi air permukaan. Selanjutnya, karena topografi
dari rencana lokasi kawasan industri yang landai 0-25 meter dpl maka intensitas curah hujan yang tinggi relatif tidak menyebabkan erosi yang siknifikan
atau kejadian longsor.
Sungai yang melintasi tapak proyek adalah Sungai Tanjung Merah. Air dari sungai, setelah diolah terlebih dahulu, dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kawasan industri. Hasil analisis laboratorium terhadap air sumur dan air kali yang melintas di rencana lokasi Kawasan Industri menunjukkan bahwa
sampel Air Sumur memenuhi syarat SNI Air Minum, sedangkan sampel Air Kali memenuhi syarat Air Golongan D Lampiran 4.
C. Penggunaan Bahan BakuSumberdaya
Infrastruktur yang telah tersedia adalah jalan raya hotmix dengan lebar 6 meter. Di dalam lokasi tapak proyek sendiri belum tersedia infrastruktur maupun
fasilitas tertentu karena masih merupakan lahan perkebunan kelapa, sayur- sayuran, dan palawija.
Dengan status lahan eksisting sebagai lahan perkebunan maka konversi penggunaan lahan tidak akan menyebabkan kehilangan habitat alami. Juga,
sebagai lahan pertanian maka potensi telah terjadinya kontaminasi lahan sangat kecil. Namun dilain pihak, konversi lahan pertanian ini ke penggunaan lain
menyebabkan kehilangan lahan pertanian produktif. Kehilangan produksi akibat konversi ini diperkirakan sebesar 500 ton kopra per tahun, disamping ratusan ton
produk palawija. Sebagaimana yang diargumentasikan oleh Prasethio Wawancara tanggal
31 Maret 2009, lokasi kawasan industri sebaiknya ditempatkan di bagian Timur dari Kota Bitung. Namun demikian, topografi wilayah di bagian Timur Kota Bitung
umumnya termasuk dalam kategori berombak-berbukit, bergunung, dan berombak. Namun Prasethio berargumen bahwa kemampuan teknologi dapat
memberikan jalan keluar dari kendala tersebut. Hal ini sejalan dengan Ayres dan Ayres 2002 yang menulis bahwa sebaiknya pembangunan kawasan
industri dilakukan di lahan-lahan yang tidak produktif, seperti misalnya lahan yang memiliki topografi berombak berbukit atau lahan brownfield lahan bekas
penggunaan lain tapi sudah tidak digunakan lagi. Kriteria ini lebih sesuai dengan kondisi lahan yang terdapat di Bagian Timur Kota Bitung tersebut.
Keuntungan lain yang akan diperoleh bila Kawasan Industri didirikan di wilayah
92 tersebut adalah tersedianya pantai yang tenang karena terlindung oleh Pulau
Lembeh.
D. Emisi atmosfir
Pola angin di Kota Bitung adalah angin BaratBarat Laut yang bertiup dari bulan Oktober sampai dengan bulan April dan angin Timur yang bertiup dari
bulan Juni sampai dengan bulan September. Baik karena pola angin maupun kecepatannya maka inversi amosfir tidak terjadi di Kota Bitung. Dengan
demikian maka kemungkinan terjadinya kabutsmog sangat kecil. Sumber-sumber emisi yang sudah ada di lokasi tapak proyek hanya
berasal dari gas buang dari kendaraan yang lalu lalang dan juga dari permukiman warga di sekitarnya. Jarak tempuh kendaraan truk dari lokasi ke
pelabuhan relatif pendek hanya sekitar 6 km sehingga emisi yang dikeluarkan untuk setiap kilogram bahan yang diangkut relatif rendah.
E. Ekosistem
Sebagai lahan pertanian yang sudah diusahakan puluhan bahkan ratusan tahun, rencana lokasi kawasan industri bukan lagi merupakan habitat alami.
Dengan demikian, konversi lahan menjadi areal industri tidak akan mengakibatkan terjadinya kehilangan habitat alamisatwa liar.
F. Lingkungan Sekitar
Rencana pembangunan Kawasan Industri di Kelurahan Tanjung Merah merupakan kawasan industri pertama yang akan dibangun di Kota Bitung. Saat
ini, industri manufaktur termasuk industri agro didirikan di lokasi yang terpencar-pencar, dengan konsentrasi di sepanjang garis pantai di Kecamatan
MadidirPelabuhan Samudera Bitung. Pembangunan kawasan industri di Kelurahan Tanjung Merah berpotensi meningkatkan kualitas lingkungan karena
akan mempermudah penerapan sistem manajemen lingkungan, baik oleh pihak pengelola Kawasan Industri maupun pemerintah.
Di sekitar rencana lokasi kawasan industri terdapat beberapa areal permukimankelurahan. Terdapatnya permukiman penduduk di sekitar lokasi
dapat memberikan keuntungan dari sisi penyediaan tenaga kerja dan fasilitas pemondokan dengan segala fasilitas pendukungnya. Namun, lokasi permukiman
yang terlalu dekat dengan kawasan industri memiliki tingkat risiko bahaya yang cukup tinggi.
93 Lokasi kawasan industri yang relatif dekat dengan fasilitas pendukung
seperti pelabuhan akan meminimalisasi lalu lalang truk pengangkut dan hilir mudik pekerja sehingga dapat menurunkan emisi gas dan menciptakan
keuntungan lainnya.
5.6.6. Rangkuman