4
memadai dari yang diharapkan, 4 Mulai adanya protes atas dampak negatif dari aktivitas industri manufaktur, dan 5 Mulai bermasalahnya suplai bahan
baku, energi, dan air, serta 6 Implementasi Corporate Social Responsibility CSR belum memadai.
1.2. Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum:
Membangun model pengembangan “agro-eco-industrial park” AEIP Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengevaluasi kondisi aktual dari industri agromanufaktur di Kota Bitung. 2. Menganalisis program pengembangan AEIP Bitung.
3. Menganalisis implikasi dan rekomendasi kebijakan penerapan model AEIP Bitung.
1.3. Kerangka Pemikiran
Rencana penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa mayoritas aktivitas industri manufaktur konvensional saat ini bergantung sepenuhnya pada
kemajuan dan perubahan teknologi dan eksploitasi sumberdaya alam. Proses produksi sumber daya alam menjadi bahan baku atau barang jadi dan
pemanfaatannya oleh konsumen telah menghasilkan limbah industri dalam jumlah besar sehingga telah berakibat pada perubahan lingkungan global, hujan
asam, akumulasi logam berat, dan residu pestisida. Kesadaran akan peran industri sebagai dua mata pisau menghasilkan produk dan sekaligus
pencemaran pada akhirnya mengkristal dan diadopsi menjadi salah satu perhatian Perserikatan Bangsa Bangsa melalui pembentukan World Commision
on Environment and Development WCED, yang merumuskan pembangunan berkelanjutan sustainable development Brundtland 1987.
Selanjutnya disebutkan dalam Brundtland Report, tantangan industri abad ke-21 mengarahkan pada perubahan pemikiran atas hubungan antara
pembangunan industri dan perlindungan lingkungan, yang melahirkan konsep industrial sustainability pembangunan industri berkelanjutan, konsep yang
merujuk pada laporan dari WCED, yang selanjutnya melahirkan konsep ekologi industri industrial ecology. Aplikasi konsep ekologi industri ke dalam sistem
pemusatan industri kawasan industri melahirkan konsep Eco-Industrial Park EIP.
5 Aspek legal pengembangan industri manufaktur diatur dalam Peraturan
Pemerintah PP No. 242009 tentang Kawasan Industri. Salah satu poin penting dari PP tersebut adalah dorongan kepada industri manufaktur untuk
berlokasi di dalam Kawasan Industri. Potensi keuntungan teoritis dan pengalaman penerapannya di negara-
negara maju memunculkan tantangan untuk menerapkannya di negara-negara berkembang. Jawaban terhadap tantangan tersebut perlu dilandasi oleh kajian
komprehensif, cermat, dan mendalam terhadap faktor-faktor seperti dasar-dasar teoritis; batasan dan asumsi; situasi industri manufaktur terkait dengan kondisi
sosial, ekonomi, dan lingkungan; prinsip-prinsip ekologi industri, dan elemen- elemen penyusun model, yang merupakan arsitektur dari model.
Sintesis terhadap arsitektur model menggunakan peralatan analisis seperti ISM, AHP, dan Powersim menghasilkan Model Pengembangan AEIP Bitung.
Kerangka pemikiran penelitian yang berisi keterkaitan antara faktor-faktor di dalamnya adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.1
.
1.4. Manfaat Penelitian