8 gerakan sosial, kelembagaan organisasi, mengaitkan antara ilmu pembangunan
berkelanjutan dengan teknologi, dan menegosiasi kompromi antara mereka yang secara prinsip memperhatikan alam dan lingkungan, atau yang lebih
memperhatikan pembangunan ekonomi, dan yang lebih mendedikasikan diri untuk peningkatan kondisi kemasyarakatan.
2.2. Sektor Industri PengolahanManufaktur
Bahasan dalam sub-bab ini, khususnya mengenai batasan dan pengertian, visi dan misi pembangunan industri, kebijakan pembangunan industri, strategi
pembangunan industri, rencana pengembangan industri prioritas dalam kerangka penataan ruang, peran pemangku kepentingan dalam pembangunan
kawasan industri, dan klasifikasi jenis industri, disarikan dari “Kebijakan Pembangunan Industri Nasional” Deperind 2005 dan beberapa sumber lain.
2.2.1. Batasan dan Pengertian
Industri pengolahanmanufaktur adalah semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong produk primer. Yang
dimaksudkan dengan produk primer adalah produk-produk yang tergolong bahan mentah, yang dihasilkan oleh kegiatan eksploitasi sumberdaya alam hasil
pertanian, kehutanan, kelautan, dan pertambangan, dengan kemungkinan mencakup produk pengolahan awal sampai dengan bentuk dan spesifikasi teknis
yang standar dan lazim diperdagangkan sebagai produk primer Deperind 2005.
2.2.2. Visi dan Misi Pembangunan Industri
Visi pembangunan industri nasional dalam jangka panjang adalah membawa Indonesia untuk menjadi “Sebuah negara industri tangguh di dunia,”
dengan visi antara, yaitu: “Pada tahun 2030 Indonesia menjadi Negara Industri Maju Baru.” Dengan visi tersebut maka sektor industri antara lain mengemban
misi untuk “menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan.” Untuk
mencapai misi tersebut maka institusi pembina industri mengemban misi antara lain “menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui
pengembangan dan pengelolaan sumberdaya alam secara optimal dan pemanfaatan sumber bahan baku terbarukan agar lebih menjamin kehidupan
generasi yang akan datang secara mandiri.”
9
2.2.3. Kebijakan Pembangunan Industri
Salah satu dari tujuan pembangunan industri jangka pendek 2004-2009 adalah untuk meningkatkan penyebaran industri. Hal ini dirumuskan mengingat
bahwa aktivitas industri saat ini sangat terkonsentrasi di Pulau Jawa Tabel 2.1..
Tujuan pembangunan sektor industri jangka panjang 2010-2025 meliputi: a. memperkuat basis industri manufaktur agar industri yang tergabung dalam
kelompok ini mampu menjadi industri kelas dunia world class industry; b.meningkatkan peran industri prioritas agar menjadi modal penggerak
perekonomian nasional; dan c. meningkatkan peran sektor industri kecil dan menengah terhadap struktur industri, sehingga terjadi keseimbangan peran
antara industri besar dengan industri kecil dan menengah Deperind 2005. Tabel 2.1. Persebaran Industri di Indonesia
No WILAYAHPROVINSI
1988 2003
Unit Usaha Unit usaha
I Jawa
1.418.895 61,95
1.893.78 62,50
1 DKI Jakarta
22.436 1,01
23.733 0,78
2 Jawa Barat dan Banten
314.014 13,71
387.983 12,80
3 Jawa Tengah
556.748 24,31
798.814 26,36
4 DIY
75.131 3,28
133.613 4,41
5 Jawa Timur
450.566 19,67
549.625 18,14
II Luar Jawa
871.394 38,05
1.136.342 37,50
1 Sumatera
288.829 12,61
381.611 12,60
2 Kalimantan
97.738 4,27
694.844 4,83
3 BaliNTBNTT
212.680 9,29
333.989 11,02
4 Sulawesi
173.543 7,58
246.614 8,14
5 MalukuPapua
19.604 4,31
27.684 0,91
Indonesia 2.290.289 100,00
3.030.116 100,00
Sumber: Deperind 2005.
unit usaha kumulatif
2.2.4. Strategi Pembangunan Industri