56 sebesar 57,25 di Nusa Penida dimana pembangkit listrik tenaga surya telah
dibangun, dapat disimpulkan bahwa pembangkit listrik tenaga surya dapat dibangun di lokasi penelitian.
Energi matahari merupakan salah satu solusi penyediaan energi di masa yang akan datang. Salah satu kendalanya adalah investasi awal cukup mahal,
tapi biaya operasionalnya terbilang murah dibandingkan dengan pemanfaatan energi gas bumi maupun batubara. Energi matahari dapat dimanfaatkan dengan
teknik solar thermal atau photogalvanic. Kendala utama teknik tersebut adalah kategorinya sebagai high-technology dalam bidang nanoteknologi. Teknologi ini
belum dikuasai di Indonesia dan memerlukan investasi yang sangat besar untuk mengembangkannya. Dengan demikian, produksinya secara masal akan sulit
dilakukan. Saat ini, modul surya masih diimport dengan harga yang relatif mahal. Namun kedepannya, diperkirakan akan semakin kompetitif sejalan dengan
penemuan cara-cara produksi yang lebih efektif dan efisien serta efek dari semakin langkanya sumberdaya bahan bakar fosil.
Pembangkit listrik tenaga surya di Nusa Penida, Bali memiliki kapasitas modul surya sebesar 32,4 kWp, trafo 50kVa, dengan output harian 130 kWh, 229
volt arus bolak balik Ardana 2009. Dibandingkan dengan pembangkit listrik
tenaga surya, pembangkit ini memiliki biaya operasional lebih kecil. Namun, sama seperti pembangkit listrik tenaga angin, dengan tingkat harga Rp 700kWh,
pengembangan energi listrik ini tidak layak secara finansial Ardana 2009.
4.2. Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi Kota Bitung Tahun 2006, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan
sebesar 2,91 persen. Pertumbuhan ini melambat jika dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,38 persen.
Data di dalam Bitung Dalam Angka Tahun 2007 Gambar 4.1. menunjukkan bahwa pada tahun 2006 kontribusi Sektor Angkutan dan
Komunikasi berada pada urutan pertama terhadap total PDRB yakni sebesar 24,18 persen, diikuti oleh Sektor Industri sebesar 22,48 persen, dan ketiga
Sektor Pertanian sebesar 21,69 persen. Tingginya kontribusi sektor Angkutan dan Komunikasi didominasi oleh aktifitas Pelabuhan Samudera Bitung,
sedangkan Sektor Pertanian disumbang oleh Sub-sektor Perikanan dengan kontribusi sebesar 19,32 persen dari PDRB. Sektor Industri dipengaruhi oleh
57 keberadaan industri non-migas, yang sebagian besar adalah industri pengolahan
makanan seperti pengolahan ikan, minyak kelapa, dan lain-lain.
Gambar 4.1. Struktur Perekonomian Kota Bitung tahun 2006
Sumber : BPS Kota Bitung 2007.
PDRB per kapita Kota Bitung pada tahun 2006 sebesar Rp 15.322.271 dan pendapatan per kapitanya adalah Rp 13.122.474. Angka ini merupakan angka
atas dasar harga berlaku, artinya mengikuti perubahan harga. Jika berdasarkan harga pada tahun 2000 sebagai tahun dasar, maka PDRB per kapitanya adalah
Rp 10.251.489 dan pendapatan per kapitanya sebesar Rp 8.051.692,- Nilai Location Quotiens LQ Tahun 2006 dari tiga sektor unggulan adalah:
Sektor Industri Pengolahan 2,54; Listrik, Gas dan Air Bersih 2,54; Pengangkutan dan Komunikasi 1,80; dan Pertanian 1,12. Nilai LQ1
mengindikasikan bahwa Kota Bitung mempunyai kecenderungan spesialisasi yang lebih besar dari Provinsi Sulawesi Utara, yaitu cenderung untuk
mengekspor BPS Bitung, 2007.
4.3. Penggunaan Lahan
Lahan di Kota Bitung dimanfaatkan sebagai lahan kering 99,25, lahan sawah 0,25, dan lainnya 0,50. Perkembangan penggunaan lahan Kota
Bitung Tahun 2004-2006 dicantumkan pada Tabel 4.3. Data menunjukkan bahwa ketersediaan lahan untuk pengembangan industri di Kota Bitung relatif
terbatas, karena peluang pengembangan hanya pada lahan tegalan dan perkebunan. Oleh karena itu maka peluang pengembangan industri dapat
dilakukan ke wilayah otonom tetangga, yaitu Kabupaten Minahasa Utara.
Angkutan Komunikasi
24.18 Lainnya
19.35
Konstruksi 12.30
Pertanian Industri
22.48
58 Tabel 4.3.
Perbandingan Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2004-2006
No Penggunaan
Lahan 2004
2005 2006
Ha Ha
Ha 1
Lahan Kering : Permukiman
Tegalan Hutan
Perkebunan Fasilitas Umum
4376 1899
9651 12972
800 14,39
6,25 31,75
42,67 2,63
5286 1852
9651 12062
847 17,39
6,09 31,75
39,68 2,79
5.286 1.852
9.651 12.062
847 17,39
6,09 31,75
39,68 2,79
2 Tanah Sawah :
Sawah Tanah
BasahRawaTambak 76
75 0,25
0,25 76
75 0,25
0,25 76
75 0,25
0,25 3
Lainnya 551
1,81 551
1,81 551
1,81 J u m l a h
30.400 100,00
30.400 100,00
30.400 100
Sumber : BPS Bitung 2007
4.4. Ketenagakerjaan