Perekonomian Penggunaan Lahan KONDISI WILAYAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

56 sebesar 57,25 di Nusa Penida dimana pembangkit listrik tenaga surya telah dibangun, dapat disimpulkan bahwa pembangkit listrik tenaga surya dapat dibangun di lokasi penelitian. Energi matahari merupakan salah satu solusi penyediaan energi di masa yang akan datang. Salah satu kendalanya adalah investasi awal cukup mahal, tapi biaya operasionalnya terbilang murah dibandingkan dengan pemanfaatan energi gas bumi maupun batubara. Energi matahari dapat dimanfaatkan dengan teknik solar thermal atau photogalvanic. Kendala utama teknik tersebut adalah kategorinya sebagai high-technology dalam bidang nanoteknologi. Teknologi ini belum dikuasai di Indonesia dan memerlukan investasi yang sangat besar untuk mengembangkannya. Dengan demikian, produksinya secara masal akan sulit dilakukan. Saat ini, modul surya masih diimport dengan harga yang relatif mahal. Namun kedepannya, diperkirakan akan semakin kompetitif sejalan dengan penemuan cara-cara produksi yang lebih efektif dan efisien serta efek dari semakin langkanya sumberdaya bahan bakar fosil. Pembangkit listrik tenaga surya di Nusa Penida, Bali memiliki kapasitas modul surya sebesar 32,4 kWp, trafo 50kVa, dengan output harian 130 kWh, 229 volt arus bolak balik Ardana 2009. Dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit ini memiliki biaya operasional lebih kecil. Namun, sama seperti pembangkit listrik tenaga angin, dengan tingkat harga Rp 700kWh, pengembangan energi listrik ini tidak layak secara finansial Ardana 2009.

4.2. Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi Kota Bitung Tahun 2006, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan sebesar 2,91 persen. Pertumbuhan ini melambat jika dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,38 persen. Data di dalam Bitung Dalam Angka Tahun 2007 Gambar 4.1. menunjukkan bahwa pada tahun 2006 kontribusi Sektor Angkutan dan Komunikasi berada pada urutan pertama terhadap total PDRB yakni sebesar 24,18 persen, diikuti oleh Sektor Industri sebesar 22,48 persen, dan ketiga Sektor Pertanian sebesar 21,69 persen. Tingginya kontribusi sektor Angkutan dan Komunikasi didominasi oleh aktifitas Pelabuhan Samudera Bitung, sedangkan Sektor Pertanian disumbang oleh Sub-sektor Perikanan dengan kontribusi sebesar 19,32 persen dari PDRB. Sektor Industri dipengaruhi oleh 57 keberadaan industri non-migas, yang sebagian besar adalah industri pengolahan makanan seperti pengolahan ikan, minyak kelapa, dan lain-lain. Gambar 4.1. Struktur Perekonomian Kota Bitung tahun 2006 Sumber : BPS Kota Bitung 2007. PDRB per kapita Kota Bitung pada tahun 2006 sebesar Rp 15.322.271 dan pendapatan per kapitanya adalah Rp 13.122.474. Angka ini merupakan angka atas dasar harga berlaku, artinya mengikuti perubahan harga. Jika berdasarkan harga pada tahun 2000 sebagai tahun dasar, maka PDRB per kapitanya adalah Rp 10.251.489 dan pendapatan per kapitanya sebesar Rp 8.051.692,- Nilai Location Quotiens LQ Tahun 2006 dari tiga sektor unggulan adalah: Sektor Industri Pengolahan 2,54; Listrik, Gas dan Air Bersih 2,54; Pengangkutan dan Komunikasi 1,80; dan Pertanian 1,12. Nilai LQ1 mengindikasikan bahwa Kota Bitung mempunyai kecenderungan spesialisasi yang lebih besar dari Provinsi Sulawesi Utara, yaitu cenderung untuk mengekspor BPS Bitung, 2007.

4.3. Penggunaan Lahan

Lahan di Kota Bitung dimanfaatkan sebagai lahan kering 99,25, lahan sawah 0,25, dan lainnya 0,50. Perkembangan penggunaan lahan Kota Bitung Tahun 2004-2006 dicantumkan pada Tabel 4.3. Data menunjukkan bahwa ketersediaan lahan untuk pengembangan industri di Kota Bitung relatif terbatas, karena peluang pengembangan hanya pada lahan tegalan dan perkebunan. Oleh karena itu maka peluang pengembangan industri dapat dilakukan ke wilayah otonom tetangga, yaitu Kabupaten Minahasa Utara. Angkutan Komunikasi 24.18 Lainnya 19.35 Konstruksi 12.30 Pertanian Industri 22.48 58 Tabel 4.3. Perbandingan Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2004-2006 No Penggunaan Lahan 2004 2005 2006 Ha Ha Ha 1 Lahan Kering : Permukiman Tegalan Hutan Perkebunan Fasilitas Umum 4376 1899 9651 12972 800 14,39 6,25 31,75 42,67 2,63 5286 1852 9651 12062 847 17,39 6,09 31,75 39,68 2,79 5.286 1.852 9.651 12.062 847 17,39 6,09 31,75 39,68 2,79 2 Tanah Sawah : Sawah Tanah BasahRawaTambak 76 75 0,25 0,25 76 75 0,25 0,25 76 75 0,25 0,25 3 Lainnya 551 1,81 551 1,81 551 1,81 J u m l a h 30.400 100,00 30.400 100,00 30.400 100 Sumber : BPS Bitung 2007

4.4. Ketenagakerjaan