Pendapat Pihak Industri Agro Persepsi Pihak Industri Agro Terhadap Rencana Pembangunan Kawasan Industri

77 Tabel 5.10. Persepsi Aparat Pemerintah terhadap Rencana Pembangunan Kawasan Industri No Pertanyaan N Jawaban Sangat setuju Setuju Ragu- ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju 1 Terpencarnya lokasi industri memberi banyak dampak buruk 31 2 14 6 8 1 2 Pembangunan Kawasan Industri di kota ini sangat diperlukan 31 12 14 4 1 Keterangan: - Masing-masing pertanyaan terdiri atas beberapa sub-pertanyaan dengan maksud untuk mendalami jawaban yang diberikan oleh responden Pertanyaan 1: 9 sub- pertanyaan; Pertanyaan 2:47 sub-pertanyaan. 4. Terpencarnya lokasi pabrik meningkatkan biaya transportasi produk, bahan baku, dan tenaga kerja. 5. Terpencarnya lokasi pabrik menyuburkan premanisme. 6. Terpencarnya lokasi pabrik menurunkan efektivitas pengendalian pencurian air dan listrik. 7. Terpencarnya lokasi pabrik menurunkan daya saing produk dari segi tingkat kepercayaan konsumen. Selanjutnya, aparat pemerintah menyatakan setuju dengan persentase yang tinggi 83,87 bahwa pembangunan suatu kawasan industri sangat diperlukan di Kota ini dan dukungan untuk itu telah tersedia berupa: 1. Tersedianya lahan yang cukup luas pada kawasan sesuai RTRW untuk membangun suatu kawasan industri. 2. Di masa yang akan datang, semua industri wajib untuk merelokasi industri ke atau mendirikan industri barumelakukan perluasan usaha di dalam Kawasan Industri. 3. Pemerintah siap mengatur agar suatu kawasan industri terbangun di kota ini.

5.5.5. Pendapat Pihak Industri Agro

Sebanyak 91 dari industri agro yang disurvei menyatakan bahwa pengendalian pencemaran industri sangat penting bagi pabrik mereka. Tanpa adanya upaya tersebut maka proses produksi dari pabrik dapat mengganggu kehidupan masyarakat di sekitar pabrik dan kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu pihak pabrik melakukan beberapa upaya seperti: 1 pada setiap saluran pembuangan air limbah dipasang saringan agar air yang mengalir ke laut sudah bebas dari tulang ikan berukuran besar, 2 memeriksa kualitas air bersih, air limbah, dan air laut di laboratorium analisis, 3 menerapkan upaya 78 pengelolaan dan pemantauan lingkungan UKLUPL, dan 4 Mengurangi kepekatan air yang mengandung darah ikan dengan cara menambahkan air bersih kedalamnya sebelum dibuang ke badan air. Untuk yang disebut terakhir, ada pihak industri yang berpendapat bahwa bahan organik yang terdapat di dalam limbah cair industri yang dibuang ke badan air laut bermanfaat bagi kehidupan biota laut. Walaupun untuk derajat tertentu klaim ini dapat dilegitimasi, namun memperlakukan limbah cair dengan cara pengenceran untuk selanjutnya dibuang ke lingkungan tidak diperkenankan oleh peraturan perundangan. Memang fakta di lapangan menunjukkan bahwa walaupun praktek tersebut sudah dilakukan puluhan tahun namun dampaknya terhadap kualitas perairan laut tidak siknifikan antara lain terkait dengan kemampuan asimilasi perairan laut yang tinggi dan laju arus air laut yang besar di Selat Lembeh.

5.5.6. Persepsi Pihak Industri Agro Terhadap Rencana Pembangunan Kawasan Industri

Data persepsi industri agro terhadap rencana pembangunan kawasan industri di Kelurahan Tanjung Merah, Kota Bitung dinyatakan pada Tabel 5.11. Terhadap diundangkannya PP No. 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, khususnya terhadap pasal 7 dan pasal 8, industri agro yang disurvei menjawab setuju dan mendukung ketentuan tersebut dengan catatan: 1. Fasilitasnya sudah tersedia secara lengkap; 2. Alternatif bagi pendirian industri baru; 3. Mengurangi dampak pencemaran terhadap masyarakat; dan 4. Adanya kemudahan misalnya harga lahan yang terjangkau. Adanya fasilitas kawasan industri yang lengkap akan menjadi faktor penghela dan pendorong pembangunan industri di dalam kawasan industri. Fasilitas pendukung yang diperlukan adalah jalan, komunikasi, listrik, air, kapling siap pakai, gudang, kesehatan, pusat pengolahan air limbah dan pusat daur ulang limbah padat. Pembangunan industri di dalam kawasan industri dapat terjadi karena relokasi industri eksisting ke dalam kawasan industri atau pendirian industri baru. Industri baru yang dapat dibangun adalah industri yang bertumpu pada sumberdaya lokal. Ketersediaan bahan baku lokal, khususnya perikanan laut, dapat dijaga apabila daya tangkap perikanan laut dapat ditingkatkan tapi dilain 79 pihak menekan penjualan ikan kepada nelayan asing di tengah laut serta menekan illegal fishing, oleh aparat penegak hukum. Pihak industri agro yakin bahwa pendirian industri di dalam kawasan industri dapat menekan dampak pencemaran terhadap masyarakat. Selama ini terlihat bahwa letak industi agro terletak di kantong-kantong permukiman penduduk. Hal ini terjadi karena lemahnya perencanaan dan law enforcement terhadap RTRW. Fakta menunjukkan bahwa pengembangan industri akan selalu diikuti oleh tumbuhnya permukiman dan pusat bisnis di sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena didorong oleh ketersediaan fasilitas-fasilitas industri seperti jalan, air, dan listrik yang selalu menjadi faktor penarik tumbuhnya permukiman baru. Dengan diterapkannya sistem kawasan industri yang memiliki batas fisik yang jelas maka ekspansi permukiman penduduk tidak dapat dilakukan ke dalam kawasan industri yang telah memiliki status legal formal. Dengan demikian maka setting dan lansekap awal dari kawasan tersebut akan tetap terjaga. Catatan lain terkait dengan dukungan terhadap implementasi kawasan industri adalah harga lahan yang terjangkau. Pengalaman menunjukkan bahwa bila ada indikasi perencanaan pengembangan kawasan industri maka akan merangsang munculnya mafia tanah. Dilain pihak, ada fakta yang menunjukkan bahwa pihak pengembang kawasan industri selalu menetapkan harga yang sangat mahal terhadap kapling industri seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Kodrat 2006. Itu sebabnya perlu diberlakukan kebijakan harga maksimal kapling industri seperti yang ditetapkan oleh Pemerintah beberapa negara, seperti Korea Selatan. Bahkan China, dalam upaya menarik investasi industri ke negaranya, memberikan hak penggunaan lahan dengan waktu dan luasan sesuai yang diperlukan secara gratis Wawancara dengan Rompas 2009. Terkait dengan bentuk antisipasi terhadap PP No. 242009 tentang Kawasan Industri, pihak industri menyatakan bahwa bila harus dilakukan maka relokasi industri ke kawasan industri akan dilakukan secara bertahap. Pihak pabrikan juga akan mengajak pihak lain untuk mengembangkan usaha di dalam kawasan industri yang dibangun pemerintah. Ada pihak industri yang akan mengantisipasinya dalam bentuk pembelian kapling industri, namun ada juga yang menolak apabila harus relokasi ke kawasan industri karena lokasi saat ini sudah sesuai dan sangat ideal. Ada juga beberapa industri yang tidak perlu bebuat sesuatu karena saat ini lokasinya sudah terletak di areal rencana kawasan industri. 80 Penolakan perusahan untuk relokasi ke kawasan industri juga terkait dengan mahalnya biaya relokasi dan kesulitan pengadaan tenaga kerja. Namun, ada juga pihak pabrikan yang merasa skeptis dengan rencana pengembangan kawasan industri ini berdasarkan pengalaman dimana sampai saat ini kawasan industri perikanan yang sudah lama direncanakan belum terealisir sampai saat ini. Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan responden pelaku usaha industri diperoleh informasi bahwa penegakan peraturan perundangan terkait dengan pengelolaan lingkungan di level pabrik belum dilakukan secara konsisten Wawancara dengan Prasethio S. 31 Maret 2009. Hal itu mengurangi insentif bagi pihak pabrikanindustri untuk membangun pusat pengolahan limbah yang representatif. Ada pabrik yang membangun fasilitas pengolahan limbah yang representaif dengan harga yang mahal contohnya adalah PT. Bimoli, namun ada juga yang membangun fasilitas pengolahan limbah industri tetapi tidak sesuai dengan spesifikasi jenis dan kuantitas limbah industri yang dihasilkannya secara periodik. Bagi beberapa pihak pelaku usaha, yang diutamakan adalah tampak fisik dari fasilitas untuk memenuhi ketentuan tetapi bukan kinerja pengolahan limbahnya. Tabel 5.11. Pendapat Industri Agro terhadap Kebijakan tentang Kawasan Industri No Pertanyaan N Jawaban 1 Tanggapan perusahan atas PP No. 242009 tentang Kawasan Industri KI, khususnya pasal 7 dan 8 11 Setujumendukung ketentuan tersebut, dengan catatan: 1 fasilitasnya sudah tersedia secara lengkap; 2 alternatif bagi pendirian industri baru; 3 mengurangi dampak pencemaran terhadap masyarakat; dan 4 adanya kemudahan misalnya harga lahan yang terjangkau. 2 Bentuk antisipasi yang akan dilakukan perusahan terkait pertanyaan No. 1 11 1 Relokasi ke KI dilakukan secara bertahap; 2 mengajak perusahan lain untuk mengembangkan usaha di dalam KI yang dibangun pemerintah; 3 tidak akan relokasi ke KI karena lokasi perusahan saat ini sudah sesuai dan sangat ideal; 4 mencari lahan di KI; 5 lokasi perusahan berada di areal rencana KI; 3 Tanggapan perusahan terhadap rencana pembangunan KI di Kel. Tanjung Merah, Kota Bitung 11 1 Setuju dengan permohonan agar perusahan tidak direlokasi ke KI tersebut karena alasan biaya dan tenaga kerja; 2 Belum setuju karena rencana KI Perikanan di Aertembaga saja belum ada investornya; 4 Apakah sudah familiar dengan istilah eco- industrial park? 11 Belum familiar Sumber: Hasil survei lapangan pada Industri Agro di Kota Bitung 2009 81 Di lain pihak, pihak pemerintah sebagai pengawas dampak lingkungan hidup sering bertindak pasif, yaitu menunggu atau membiarkan terjadinya pelanggaran baru kemudian mencoba mengambil tindakan yang belum tentu berpihak pada kepentingan masyarakat dan lingkungan. Sebagai Kota Pelabuhan dan pusat pengembangan indusri manufaktur di Provinsi Sulawesi Utara maka tanpa adanya pengelolaan lingkungan yang tepat maka di masa yang akan datang kota ini, seperti kota-kota industri lainnya di Indonesia, akan menghadapi permasalahan lingkungan yang besar. Munculnya permasalahan tersebut terkait dengan pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi, tidak optimalnya penataan ruang, perubahan gaya hidup karena pertumbuhan ekonomi, ketergantungan yang besar pada sumber energi minyak bumi, dan kurangnya perhatian masyarakat. Pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi akan mendorong pelebaran wilayah perkotaan city widespread. Konsekuensinya adalah akan semakin lebarnya jarak permukiman penduduk dengan pusat aktivitas industri. Hal ini akan menyebabkan semakin intensifnya lalu lalang kendaraan dan munculnya titik-titik kemacetan lalu lintas yang baru. Tanpa adanya introduksi sistem transportasi masal, seperti Pakuan Express, maka akan mengakibatkan peningkatan pencemaran udara. Tingginya tingkat pencemaran di pusat-pusat perekonomian dan industri yang menyumbang pada peningkatan pencemaran lingkungan akan merangsang penduduk untuk bermukim di luar kota. Namun, tumbuhnya permukiman baru di wilayah-wilayah penyanggah akan menyebabkan masalah baru bagi wilayah tersebut. Untuk mengatasi masalah di atas maka perlu dilakukan penataan terhadap aktivitas industri dan permukiman penduduk di wilayah kota. Aktivitas industri perlu dikonsentrasikan di suatu wilayah tertentu di dalam suatu kawasan industri. Dengan terkonsentrasinya aktivitas industri maka pengawasan dan pengelolaan lingkungan dapat lebih mudah dilakukan oleh pemerintah maupun pengusaha. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kawasan industri berpotensi meningkatkan kualitas lingkungan. Dengan tertatanya aktivitas industri manufaktur tersebut di atas maka kecenderungan masyarakat untuk bermukim jauh dari pusat kota dapat dikurangi. Kecenderungan ini akan semakin siknifikan apabila pemerintah menerapkan kegiatan revitalisasi permukiman di kampung-kampung yang 82 terletak di wilayah perkotaan. Revitalisasi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pembangunan rumah susun yang dapat ditempati warga masyarakat yang menjadi pemilik dari bagian lahan rumah susun tersebut dan permukim baru. Untuk menunjang keberhasilan program tersebut maka perlu dilakukan sosialisasi terhadap peraturan perundangan terkait dengan pemilikan rumah susun. Pemerintah Kota, seperti di Kota Bitung, tidak perlu menunggu sampai kondisi lingkungan menjadi parah baru kemudian mulai bertindak. Rencana dan tindakan perlu dirumuskan dan diambil seawal mungkin. Perubahan gaya hidup biasanya terjadi di kota tertentu dimana kontribusi sektor industri manufaktur dan jasa telah melampaui sektor primer dalam PDRB. Pada tahun 2006 di Kota Bitung, kontribusi Sektor Angkutan berada pada urutan pertama terhadap total PDRB yakni sebesar 24,18 persen, diikuti oleh Sektor Industri sebesar 22,48 persen, dan ketiga Sektor Pertanian sebesar 21,69 persen. Sektor Konstruksi juga memberikan kontribusi yang cukup besar yakni 12,3 persen Bitung Dalam Angka 2007. Keberadaan Pelabuhan Samudera Bitung yang berskala besar menyumbang perekonomian yang cukup siknifikan bagi Kota Bitung. Data ini merupakan sinyal bahwa kecenderungan terjadinya perubahan pola hidup masyarakat sudah sedang terjadi. Ketergantungan pada minyak bumi yang besar juga menyumbang pada pencemaran lingkungan. Hal ini terutama terkait dengan aktivitas transportasi masyarakat. Namun, hal itu juga dapat diakibatkan oleh karena pembangkitan energi listrik oleh industri manufaktur yang menggunakan bahan bakar fosil tersebut. Transisi ke sumber bahan bakar lain, seperti LPG, dapat mengurangi kontribusi sektor industri terhadap pencemaran udara di Indonesia. Partisipasi aktif masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pengendalian pencemaran udara. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dapat dilakukan melalui sosialisasi dan keteladanan, terutama dari pemerintah.

5.6. Rencana Pembangunan Kawasan Industri di Kelurahan Tanjung Merah