36
Tabel 3.1. Analisis Kebutuhan Pemangku Kepentingan
Pemangku Kepentingan
Kebutuhan
Industriawan 1.
pendapatan usaha meningkat 2.
suplai sumberdaya alam, bahan baku dan energi terjamin dan kontinu dengan harga rendah
3. tenaga kerja tersedia dengan upah kompetitif
4. biaya penanganan limbah relatif murah
5. modal usaha tersedia
6. peluang pasar besar
7. iklim berusaha yang kondusif
8. adanya sistem insentif bagi industri yang berlokasi di dalam kawasan industri
9. bebas dari gangguan premanisme dan pungutan liar
10. peraturan pemerintah yang konsisten
11. harga lahan di dalam kawasan industri terjangkau
12. tersedianya infrastruktur pendukung aktivitas industri
13. ketersediaan teknologi aplikatif
Pemerintah dan Pemda
1. peningkatan pajakdevisa negara
2. aktivitas produksi industri dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan
3. lapangan kerja tersedia
4. kualitas lingkungan terpelihara
5. kemudahan atas pengawasan dampak lingkungan aktivitas industri
6. terkonsentrasinya industri di dalam kawasan industri
7. citra industri dalam bidang lingkungan meningkat
8. tumbuhnya industri baru industri komplementer
9. program corporate social responsibility diterapkan.
10. kurangnya dampak negatif seperti kriminalitas, kemacetan lalu lintas, dan prostitusi.
Pengelola pengembang
kawasan industri
1. permintaan atas lahan industri di dalam kawasan industri meningkat 2. ditetapkannya kebijakan relokasi industri ke kawasan industri
3. tersedianya infrastruktur pendukung aktivitas industri 4. iklim berusaha yang kondusif
5. modal usaha tersedia 6. bebas dari gangguan premanisme dan pungutan liar
7. regulasi pemerintah yang konsisten
Masyarakat 1.
tersedianya lapangan kerja 2.
lingkungan hidup yang tidak tercemar 3.
adanya pembiayaan program corporate social responsibility dari industri 4.
tersedianya produk industri dengan harga relatif terjangkau 5.
tersedianya pasar bagi bahan baku yang diproduksi masyarakat 6.
tidak adanya gangguan kesehatankeselamatan karena aktivitas industri 7.
berputarnya roda perekonomian masyarakat tempat kost, rumah makan, warung, kios, dan tempat hiburan
8. terpeliharanya budaya dan keyakinan lokalkearifan lokal
Perbankan 1. tersalurnya dan meningkatnya kredit investasi
2. dikembalikannya pinjaman modal tepat waktu risiko kredit menurun 3. konsistensi peraturan pemerintah
4. peraturan pemerintah yang kondusif Badan
Penanaman Modal
1. peraturan pemerintah yang kondusif
2. konsistensi peraturan pemerintah
3. meningkatnya realisasi investasi
4. meningkatnya lapangan kerja
Perguruan TinggiLemba-
ga Penelitian 1. tersedianya mitra kerja untuk penelitian dan pengembangan
2. penelitian dan pengembangan berorientasi kebutuhan
3.2.2.2. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus
dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut Eryatno 2003. Hasil identifikasi sistem dinyatakan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat
37 yang merupakan gambaran keputusan yang dapat dilakukan secara kontinu
Gambar 3.1..
Gambar 3.1. Diagram Lingkar Sebab Akibat MP AEIP Bitung Hasil dari diagram lingkar sebab akibat dilanjutkan pada interpretasi
kedalam konsep kotak hitam black box. Dalam penyusunan kotak gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu
peubah input, peubah output, dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Diagram kotak hitam dari MP-AEIP Bitung disajikan pada Gambar 3.2.
Bahan ikutan
Model AEIP
Industri baru
Ketersedi- aan lahan
industri Pertukaran
materi dan limbah
Kerjasa- ma antar
industri Limbah
industri
+ +
+
+ +
+ +
+ +
+ +
+
Kualitas lingkungan
+-
+- +
+
+-
+
+
+
+
+ +
Kekurangan pasokan
bahan baku
+
Pasokan lahan
industri Keberlanjut-
an industri Rekruitmen
TK lokal
Kinerja Industri Agro
Pasokan energi
Energi listrik terbarukan
Potensi SDA
Peran aktivitas
industri
Dampak lingkungan
+ +
+
- -
-
Persepsi masyarakat
38
Gambar 3.2. Diagram Kotak Hitam MP-AEIP 3.2.2.3. Formulasi Permasalahan
Keberlanjutan aktivitas industri sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, sebagai sumber devisa negara, dan penyerap lapangan
kerja. Namun dilain pihak, aktivitas industri mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berdampak buruk bagi kesejahteraan masyarakat. Terdapat
beberapa metode penanggulangan pencemaran industri, yaitu command-and- control yang sangat umum diaplikasi, dan market-based incentives. Namun
demikian, metode penanggulangan pencemaran industri tersebut lebih cenderung melihat proses produksi industri dan pencemaran lingkungan yang
dihasilkannya sebagai suatu proses yang linear. Ekologi industri, dilain pihak, melihat proses produksi industri sebagai suatu siklus, dimana limbah atau by-
products yang dihasilkan oleh suatu industri dipandang sebagai input atau peluang usaha bagi industri lainnya. Disamping itu, penerapan konsep tersebut
harus dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan kelangkaan sumbedaya alam, bahan baku, dan energi.
Salah satu implikasi dari rencana kebijakan pemerintah tentang kawasan industri adalah setiap daerah yang berencana mengembangkan industri
manufakturnya harus memiliki kawasan industri. Penetapan suatu kawasan
Input tak terkontrol: -
Populasi penduduk -
Angkatan kerja -
Kebutuhan lapangan kerja -
Perubahan paradigma berpikir
terhadap limbah industri
- Harga produk di pasaran
Model Pengembangan
AEIP Bitung
Input terkontrol: -
pemeliharaan LH -
perubahan pola penyediaan pasokan bahan baku, air, dan energi
- peluang usaha baru
- desain infrastruktur yang murah
- Program pengembangan
masyarakat -
insentif kepada tenan
Output tidak dikehendaki: -
Limbah tak terkelola -
Kelangkaan SDA dan energi -
Biaya investasi meningkat -
Konflik sosial -
Perkembangan industri yang lamban.
Output dikehendaki: -
Kesempatan kerja dan berusaha -
Keberlanjutan aktivitas industri -
Biaya sosial penanganan pencemaran berkurang
- Kelestarian LH
- Hubungan harmonis industri-
masyarakat -
Peningkatan kinerja industry -
Peningkatan kerjasama industri -
Peningkatan keragaman industri
Input lingkungan: -
Peraturan perundangan
- Perubahan pola hidup
Manajemen AEIP
39 menjadi kawasan industri perlu didahului oleh kajian yang komprehensif dan
mempertimbangkan perkembangan terakhir state of the art dalam bidang tersebut.
Beberapa contoh keberhasilan penerapan konsep ekologi industri di dunia adalah seperti di Kalundborg, Denmark dan Finlandia Korhonen 2001.
Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya secara umum menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan industri berkelanjutan dapat dicapai melalui
implementasi konsep pengembangan kawasan industri berbasis ekologi. Tetapi masih sedikit contoh penerapan ekologi industri yang terdokumentasi. Sebelum
dapat dibangunnya sistem manajemen yang lebih jelas, kebijakan, atau desain dari konsep itu, maka yang perlu dilakukan adalah bagaimana menghubungkan
antara teori dengan studi kasus, tidak hanya di wilayah yang berbeda tetapi juga di negara yang berbeda, karena faktor kondisi lokalitas sangat penting untuk
konsep ekologi industri Korhonen 2001. Perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian
adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi aktual industri agro, status kualitas lingkungan, dan pola
keterkaitan antar industri berbasis agromanufaktur di Kota Bitung? 2. Bagaimana bangun Model Pengembangan AEIP Bitung?
3. Bagaimana implikasi dan rekomendasi kebijakan penerapan Model AEIP di Kota Bitung?
Permasalahan di atas perlu dicarikan solusinya supaya tujuan menuju keberlanjutan aktivitas industri manufaktur dapat dicapai. Hal ini dapat dilakukan
antara lain dengan menerapkan manajemen pengembangan industri menggunakan konsep ”eco-industrial park” EIP Gambar 3.3.. Selanjutnya,
diagram alir perancangan model dicantumkan pada Gambar 3.4.
40
Pendirian industri manufaktur baru
MP AEIP Bitung
BERKELANJUTAN?
Status quo: Industri manufaktur di luar KI
dengan lokasi tersebar
Industri manufaktur tidak wajib dalam KI
KI yang sudah adaberoperasi
KI baru
Pendirian KI di Provinsi Sulawesi Utara
Klasifikasi industri manufaktur di Provinsi
Sulut Peraturan
perundangankebijakan industri
Aktivitas industri berbasis agro yang berkelanjutan
Contoh-contoh kasushasil-hasil penelitian terbaru: faktor-faktor
hubungan sosial, jaringan co-location dan hubungan antara perusahan;
roundput, keragaman, saling ketergantungan, dan lokalitas;
kesadaran perlindungan lingkungan; public planning vs private planning
Gambar 3.3. Perumusan Masalah
Sosial Ekonomi
Lingkungan -
Karakteristik dan pola keterkaitan industri berbasis agro -
Persepsi pemangku kepentingan terhadap aktivitas industri -
Program pengembangan AEIP Pendekatan klaster
industri
41
Gambar 3.4. Diagram Alir Perancangan Model
3.2.2.4. Perancangan Model Pengembangan AEIP Bitung