156
selama ini belum menjadi pemasok arang tempurung kelapa, seperti Kabupaten Sitaro, Kabupaten Sangihe, dan Kabupaten Talaud.
E. Ketersediaan, Penggunaan, dan Sisa Darah Ikan dan Feces Ternak
Ketersediaan, penggunaan, dan sisa feces dan urine ternak sapi serta darah ikan disajikan dalam Tabel 6.27. Data menunjukkan bahwa ketersediaan
feces dan urine ternak adalah 4.861.508 kg sedangkan yang dimanfaatkan oleh industri pengomposan adalah 2.771.633 kg. Sisa feces dan urine ternak sebesar
1.511.800 kg merupakan peluang untuk meningkatkan kapasitas produksi kompos.
Tabel 6.27. Ketersediaan dan Penggunaan Feces dan Urine Ternak, Darah Ikan, dan Produksi Kompos
Tahun Ketersediaan
Feces, Urine, dan Darah
kg Penggunaan
Feces, Urine, dan Darah
Ikan kg Produksi
Kompos kg
2010 2011
96.000 72.000
2012 359
192.000 144.000
2013 719
288.000 216.000
2014 160.829
384.000 288.000
2015 321.298
480.000 360.000
2016 481.768
576.000 432.000
2017 909.646
708.000 504.000
2018 1.337.883
935.733 647.800
2019 1.790.421
1.163.733 791.800
2020 2.242.959
1.391.733 935.800
2021 2.695.856
1.619.733 1.079.800
2022 3.148.754
1.847.733 1.223.800
2023 3.601.652
2.075.733 1.367.800
2024 5.383.940
2.339.633 1.511.800
6.2.2.6. Luas Lahan yang Dibutuhkan
Hasil simulasi perkiraan kebutuhan lahan AEIP Bitung diperlihatkan pada Tabel 6.28. Data menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2024, dimana telah
dibangun sejumlah enam unit industri besar dan 56 unit industri menengah dan kecil, kebutuhan lahan industri adalah 260.000 m
2
. Luas lahan industri apabila ditambah dengan lahan fasilitas pendukung akan menjadi 520.000 m
2
. Selanjutnya, ditambah dengan lahan untuk 2 dua unit pembangkit listrik tenaga
angin dan surya yang masing-masing diasumsikan membutuhkan lahan seluas 5000 m
2
maka luas keseluruhan lahan yang dibutuhkan adalah 530.000 m
2
.
157 Tabel 6.28. Hasil Simulasi Perkiraan Kebutuhan Lahan AEIP Bitung
Tahun Jumlah Industri
Besar unit Jumlah Industri
Menengah dan Kecil
unit Kebutuhan lahan
Industri Besar dan Industri Menengah
dan Kecil m
3
Luas lahan yang Dibutuhkan lahan
industri+ fasilitas pendukng m
2
2010
5 12.500
25.000
2011
5 12.500
25.000
2012
1 7
37.500 75.000
2013
2 7
57.500 115.000
2014
2 9
62.500 125.000
2015
3 21
112.500 225.000
2016
4 24
140.000 280.000
2017
4 28
150.000 300.000
2018
5 33
182.500 365.000
2019
5 36
190.000 380.000
2020
5 39
197.500 395.000
2021
5 48
220,000 440.000
2022
5 49
222.500 445.000
2023
6 54
255.000 510.000
2024
6 56
260.000 520.000
Keterangan: Belum termasuk lahan untuk pembangkit listrik tenaga angin dan surya.
Karena alokasi lahan untuk Kawasan Industri di Kota Bitung yang diasumsikan sebagai cikal bakal AEIP Bitung adalah seluas 980.000 m
2
98 ha maka sisa lahan yang masih tersedia pada tahun 2024 adalah seluas 450.000
m
2
Hasil kajian terhadap Sub-Model Industri Berbasis Perikanan Laut menunjukkan bahwa konsumsi bahan baku bagi 3tiga unit industri besar dan
14 unit industri menengah dan kecil berbasis perikanan laut hanya merupakan . Dengan demikian, sampai dengan tahun 2024, masih terbuka kemungkinan
untuk melakukan perluasan industri atau mendirikan jenis industri baru, terutama untuk jenis industri yang tidak mengandalkan bahan baku perikanan laut dan
kelapa lokal karena adanya keterbatasan pasokan bahan baku tersebut. 6.2.2.7. Penyerapan Tenaga Kerja AEIP Bitung
Penyerapan tenaga kerja AEIP Bitung meningkat dari tahun ke tahun dimana jumlah maksimum tercapai pada tahun 2024 sebanyak 1.526 orang
Tabel 6. 29. Jumlah tenaga kerja maksimum tercapai pada saat semua unit industri telah terbangun di kawasan industri tersebut. Trend penyerapan tenaga
kerja dalam bentuk grafik dicantumkan di dalam Gambar 6.23. Data hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja hasil
simulasi relatif rendah dan relatif tidak sebanding dengan luasan lahan yang digunakan. Ketimpangan ini terjadi oleh karena kecilnya skala usaha industri
besar perikanan laut dan kelapa di dalam simulasi model karena masalah pasokan bahan baku.
158
±13,60 persen dari total kebutuhan bahan baku
.
Selanjutnya, hasil kajian terhadap Sub-Model Industri Berbasis Kelapa menunjukkan bahwa konsumsi
Tabel 6.29. Penyerapan Tenaga Kerja MP AEIP Bitung
Tahun Penyerapan Tenaga Kerja MP AEIP Bitung
2010 70
2011 70
2012 176
2013 376
2014 416
2015 564
2016 714
2017 760
2018 836
2019 872
2020 910
2021 980
2022 1.020
2023 1.496
2024 1.526
bahan baku bagi 3 tiga unit industri besar dan 37 unit industri menengah dan kecil berbasis kelapa hanya merupakan ±3,38 persen dari total kebutuhan bahan
baku. Dengan demikian maka rata-rata penyerapan bahan baku adalah 8,49. Bila data rata-rata penyerapan bahan baku ini diproyeksikan kepada tingkat
penyerapan tenaga kerja eksisting oleh industri manufaktur di Kota Bitung yang berjumlah 22.545 orang, maka diprediksi penyerapan tenaga kerja pada tingkat
kapasitas produksi tersebut berjumlah sekitar 1.913 orang. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka penyerapan tenaga kerja hasil simulasi sebanyak
1.526 orang. Rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja ini diduga disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, data dasar penyerapan tenaga kerja didasarkan pada data statistik penyerapan tenaga kerja dari beberapa industri yang diduga tidak
mencantumkan penyerapan tenaga kerja harian lepas yang jumlahnya cukup siknifikan. Kedua, penggunaan pendekatan prediksi berdasarkan data dasar
tingkat produksi mengandung kelemahan karena tanpa berproduksipun, perusahan harus mempekerjakan sejumlah tenaga kerja.
159
Pe nye r a pa n T e na ga Ke r j a
5 0 0 1 , 0 0 0
1 , 5 0 0 o ra n g
P e
n y
e ra
p a
n T
e n
a g
a K
e rj
a
Gambar 6.23. Grafik Penyerapan Tenaga Kerja MP AEIP Bitung
6.2.2.8. Nilai Produksi MP AEIP Bitung