49
B. Analisis Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Aktivitas Industri AgroManufaktur dan Rencana Pembangunan Kawasan Industri
Untuk mengetahui persepsi pemangku kepentingan terhadap aktivitas industri dan rencana pembangunan kawasan industri di Kota Bitung, dilakukan
pengukuran dengan menggunakan Skala Likert Sugiyono 2006. Pengukuran dilakukan terhadap beberapa objek persepsi, yaitu manfaat langsung atau
manfaat tidak langsung, pengaruh terhadap kenyamanan hidup; dan tingkat persetujuan terhadap rencana pembangunan kawasan industri di Kota Bitung.
Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban pemangku kepentingan terhadap objek persepsi akan diberikan skor. Dengan mengalikan jumlah
responden yang memilih skala tertentu maka akan diketahui posisi persepsi pemangku kepentingan terhadap objek persepsi yang dipertanyakan.
C. Analisis Pola Keterkaitan Antar Industri
Analisis pola keterkaitan antar industri dilakukan untuk mengetahui prinsip- prinsip ekologi industri yang telah berkembang pada aktivitas industri di Kota
Bitung. Salah satu contoh dari prinsip-prinsip ekologi industri adalah pola keterkaian antara industri dalam pemanfaatan by-products dan limbah industri
secara bersama dan dengan terencana. Untuk mengukur keterkaitan tersebut digunakan “connectance value” C Hardy dan Graedel 2002.
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, dan juga dengan menggunakan informasi database dari profil industri yang telah diperoleh sebelumnya, dibuat
bagan alir pola keterkaitan antar industri yang telah berkembang dan yang potensial dikembangkan. Identifikasi pola keterkaitan yang potensial
dikembangkan akan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya wilayah, trend investasi dan permintaan, regulasi, teknologi, dan lainnya.
3.5.2. Program Pengembangan MP-AEIP
A. Faktor-faktor Penentu Pengembangan Model
Faktor-faktor penentu pengembangan AEIP dianalisis menggunakan Metode ISM Interpretive Structural Modelling Marimin 2004. Jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian di dalam kuisioner diberikan dalam bentuk simbol V, A, O, dan X, sebagai berikut:
• V: Sub-elemen 1 mempengaruhimendukungmenyebabkanmemberikan kontribusi tercapainyamemerlukan dukungan sub-elemen 2, tetapi tidak
sebaliknya.
50
• A: Sub-elemen 2 mempengaruhimendukungmenyebabkanmemberikan kontribusi tercapainyamemerlukan dukungan sub-elemen 1, tetapi tidak
sebaliknya. • X: Sub-elemen 1 dan sub-elemen 2, saling mempengaruhi
mendukungmenyebabkanmemberikan kontribusi tercapainyamemerlukan dukungan.
• O: Sub-elemen 1 dan sub-elemen 2, tidak saling mempengaruhi mendukungmenyebabkanmemberikan kontribusi tercapainyamemerlukan
dukungan. Jenis-jenis hubungan kontekstual dari elemen-elemen di atas adalah
seperti yang diperlihatkan di dalam Tabel 3.3. Pernyataan hubungan kontekstual antar sub-elemen, yang dinyatakan
dengan simbol-simbol V, A, X, dan O diisi ke dalam sel-sel yang terletak di sebelah atas garis diagonal tabel hubungan kontekstual tersebut.
Sel-sel yang masih kosong di bawah garis diagonal diisi dengan simbol- simbol yang merupakan pencerminan dari simbol-simbol hubungan kontekstual
sebelumnya contoh: bila e
ij
adalah V maka e
ji
No
adalah V. Tabel yang semua selnya telah lengkap terisi disebut Structural Self-Interaction Matrix SSIM.
Tabel 3.3. Elemen dan Hubungan Kontekstual Antar Sub-Elemen
Elemen Hubungan Kontekstual Antar Sub-Elemen
1 Tujuan dari Program
Sub-elemen tujuan yang satu memberikan kontribusi tercapainya sub-elemen tujuan
lainnya 2
Kendala Utama dari Program
Sub-elemen kendala yang satu menyebabkan sub-elemen kendala
lainnya 3
Program Implementasi AEIP
Sub-elemen program pengembangan yang satu mempengaruhi sub-elemen
program pengembangan lainnya
Selanjutnya, Reachability Matrix
RM diperoleh dengan cara mengkonversi SSIM menggunakan ketentuan-ketentuan, sebagai berikut:
V : e
ij
= 1; e
ji
= 0 A : e
ij
= 0; e
ji
= 1 X : e
ij
= 1; e
ji
= 1 O : e
ij
= 0; e
ji
B. Alternatif AEIP
= 0
Kajian terhadap Alternatif AEIP dilakukan dengan menggunakan Teknik AHP Marimin 2004. Adapun yang menjadi kriteria penentuan alternatif A-EIP
51 prioritas adalah Faktor-faktor Penentu Pengembangan AEIP yang telah
diperoleh sebelumnya.
C. Tahapan Implementasi Program Pengembangan AEIP Bitung Kajian terhadap Tahapan Implementasi program pengembangan AEIP Bitung
dilakukan menggunakan metode ISM, seperti yang telah dijelaskan untuk mengkaji Faktor-faktor Penentu Pengembangan Model di atas.
D. Perancangan Model Dinamik Pengembangan AEIP Bitung
Perancangan model dilakukan dengan cara mensintesis output dari tujuan- tujuan khusus penelitian menggunakan Program Powersim Studio 2005. Output
dari tujuan umum ini adalah program komputer “Model Pengembangan AEIP Bitung” yang disingkat: MP-AEIP Bitung. Rangkuman dari tujuan Penelitian,
Sumber Data, Jenis Data, Metode Analisis, dan Output yang Diharapkan dicantumkan di dalam Tabel 3.4.
1. Pengujian Model
Oleh karena Model AEIP Bitung yang akan dibangun merupakan model yang belum nyata atau belum ada realitas di lapangan, maka pengujian model
hanya akan dilakukan dengan cara melakukan pengujian kesesuaian model, yaitu: a apakah persamaan-persamaan yang digunakan sudah benar, b
apakah prosedur perhitungan sudah sesuai Hartrisari 2007.
2. Simulasi Model
Berdasarkan struktur model yang dibangun selanjutnya dilakukan simulasi terhadap beberapa variabel dominan dari model dinamik AEIP Bitung. Simulasi
model dilakukan dalam kurun waktu lima belas tahun 2010-2024.
3.5.3. Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan