Strategi Pembangunan Industri Regulasi tentang Kawasan Industri

9

2.2.3. Kebijakan Pembangunan Industri

Salah satu dari tujuan pembangunan industri jangka pendek 2004-2009 adalah untuk meningkatkan penyebaran industri. Hal ini dirumuskan mengingat bahwa aktivitas industri saat ini sangat terkonsentrasi di Pulau Jawa Tabel 2.1.. Tujuan pembangunan sektor industri jangka panjang 2010-2025 meliputi: a. memperkuat basis industri manufaktur agar industri yang tergabung dalam kelompok ini mampu menjadi industri kelas dunia world class industry; b.meningkatkan peran industri prioritas agar menjadi modal penggerak perekonomian nasional; dan c. meningkatkan peran sektor industri kecil dan menengah terhadap struktur industri, sehingga terjadi keseimbangan peran antara industri besar dengan industri kecil dan menengah Deperind 2005. Tabel 2.1. Persebaran Industri di Indonesia No WILAYAHPROVINSI 1988 2003 Unit Usaha Unit usaha I Jawa 1.418.895 61,95 1.893.78 62,50 1 DKI Jakarta 22.436 1,01 23.733 0,78 2 Jawa Barat dan Banten 314.014 13,71 387.983 12,80 3 Jawa Tengah 556.748 24,31 798.814 26,36 4 DIY 75.131 3,28 133.613 4,41 5 Jawa Timur 450.566 19,67 549.625 18,14 II Luar Jawa 871.394 38,05 1.136.342 37,50 1 Sumatera 288.829 12,61 381.611 12,60 2 Kalimantan 97.738 4,27 694.844 4,83 3 BaliNTBNTT 212.680 9,29 333.989 11,02 4 Sulawesi 173.543 7,58 246.614 8,14 5 MalukuPapua 19.604 4,31 27.684 0,91 Indonesia 2.290.289 100,00 3.030.116 100,00 Sumber: Deperind 2005. unit usaha kumulatif

2.2.4. Strategi Pembangunan Industri

Strategi operasional pembangunan industri antara lain dilakukan dengan fokus pada pemberian dorongan untuk pertumbuhan klaster industri prioritas. Selanjutnya, untuk mengatasi ketimpangan persebaran industri maka ditetapkan strategi operasional, yaitu penetapan prioritas persebaran pembangunan industri ke daerah-daerah mendekati sumber bahan baku yang kegiatan industrinya belum banyak berkembang, di daerah luar Pulau Jawa khususnya di Kawasan Timur Indonesia dan daerah perbatasan prioritas eco-regional.

2.2.5. Regulasi tentang Kawasan Industri

Peraturan perundangan tentang Kawasan Industri telah mengalami beberapa kali perubahan. Pertama, adalah Keppres No. 53 tahun 1989, kemudian berubah menjadi Kappres No. 41 tahun 1996, dan yang terakhir 10 adalah Peraturan Pemerintah PP No. 24 tahun 2009. Khusus yang disebut terakhir, diundangkan tanggal 3 Maret 2009, dan sesuai dengan Pasal 32 dari PP tersebut, mulai berlaku 1 satu tahun sejak tanggal diundangkan. Berikut dijelaskan mengenai definisi kawasan industri, perusahan industri, kawasan peruntukan industri, dan tujuan pembangunan kawasan industri seperti yang dimaksudkan di dalam PP No. 24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahan Kawasan Industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahan kawasan industri adalah perusahan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan kawasan industri. Perusahan ini adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri di wilayah Indonesia. Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan PP No.242009. Di dalam PP 242009 dinyatakan bahwa pembangunan Kawasan Industri bertujuan untuk a. mengendalikan pemanfaatan ruang, b. meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan, c. mempercepat pertumbuhan industri di daerah, d. meningkatkan daya saing industri, e. meningkatkan daya saing investasi, dan f. memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antara sektor terkait. Selanjutnya disebutkan di dalam PP 242009, pembangunan suatu kawasan industri baru harus terintegrasi ke dalam pembangunan daerah dan rakyat setempat. Pengembang harus melibatkan dan memprioritaskan masyarakat yang lahannya dibebaskan untuk mendapatkan kesempatan berusaha ditempat tersebut serta turut menikmati hasil pembangunannya. Konversi lahan tidak perlu dalam bentuk pemberian uang tapi bisa dalam bentuk saham kepada pemiliknya. Jadi, pendekatan yang harus dilakukan adalah pendekatan pengembangan komunitas community development. Dari sudut pandang manajemen, kawasan industri dibagi menjadi kawasan industri nonmanajemen dan kawasan industri manajemen. Kawasan industri nonmanajemen mempunyai bentuk lahan Peruntukan Industri, Kantong Industri, dan Sentra Industri Kecil. Dalam sistem ini, masing-masing perusahan industri 11 mengelola industrinya sendiri-sendiri. Kawasan industri manajemen ditandai oleh manajemen pengelola kawasan industri yang dibedakan menurut skala usaha industrinya, yaitu: Kawasan Industri industrial estate, Kawasan Berikat export processing zone, dan kompleks industri industrial complex; dan Usaha industri kecil, yang bentuknya berupa Sarana Usaha Industri Kecil SUIK, Permukiman Industri Kecil PIK, dan Lingkungan Industri Kecil LIK. Pengelola Kawasan Industri adalah perusahan pengelola kawasan industri, yang berkewajiban melakukan kegiatan: penyediaanpenguasaan tanah, penyusunan rencana tapak tanah, rencana teknis kawasan, penyusunan AMDAL, penyusunan tata tertib kawasan industri, pematangan tanah, pemasaran kavling industri, dan pembangunan serta pengadaan prasarana dan sarana penunjang termasuk pemasangan instalasiperalatan yang diperlukan.

2.2.6. Perkembangan Kawasan Industri