Perkembangan Kawasan Industri Sektor Industri PengolahanManufaktur

11 mengelola industrinya sendiri-sendiri. Kawasan industri manajemen ditandai oleh manajemen pengelola kawasan industri yang dibedakan menurut skala usaha industrinya, yaitu: Kawasan Industri industrial estate, Kawasan Berikat export processing zone, dan kompleks industri industrial complex; dan Usaha industri kecil, yang bentuknya berupa Sarana Usaha Industri Kecil SUIK, Permukiman Industri Kecil PIK, dan Lingkungan Industri Kecil LIK. Pengelola Kawasan Industri adalah perusahan pengelola kawasan industri, yang berkewajiban melakukan kegiatan: penyediaanpenguasaan tanah, penyusunan rencana tapak tanah, rencana teknis kawasan, penyusunan AMDAL, penyusunan tata tertib kawasan industri, pematangan tanah, pemasaran kavling industri, dan pembangunan serta pengadaan prasarana dan sarana penunjang termasuk pemasangan instalasiperalatan yang diperlukan.

2.2.6. Perkembangan Kawasan Industri

Kemajuan industri di banyak negara antara lain disumbang oleh eksistensi kawasan industri. Ada dua hal yang harus menjadi pokok perhatian dalam pengembangan kawasan industri, yaitu pengembang dan kebijakan pengembangan kawasan industri Dirdjojuwono 2004. Peran pemerintah pusat dalam pengembangan kawasan industri di beberapa Negara Asia, seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan Thailand sangat dominan Tabel 2.2.. Tabel 2.2. Peran Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Kawasan Industri di Beberapa Negara Asia Negara Pemerintah Swasta Malaysia, 285 KI Jepang Korea Selatan, 300 KI Taiwan Singapura Thailand, 27 KI Filipina, 20 KI Indonesia, 203 KI 78 pusat dan lokal 85 70 pusat dan lokal 90 85 48 30 pusat dan lokal 6 pusat dan lokal 22 15 10 10 15 52 kerjasama pemerintah dan swasta 70 94 Sumber: ULI 1975 dalam Dirdjojuwono 2004 Ket: persentasi menyatakan kontribusi dalam bentuk penanaman modal Pengembangan industri di luar negeri dilakukan dengan beberapa alasan: 1 Kawasan Industri merupakan alat pemerataan over population di kota-kota besar dan kurang di daerah pinggiran, 2 Pemerintah beranggapan bahwa investasi di kawasan industri sama dengan investasi fasilitas umum, dan 3 12 Swasta lebih berorientasi profit dan tidak mungkin dibebani tugas-tugas pemerataan dan fasilitas umum ULI 1975 dalam Sagala 2003. Di Indonesia, pengembangan kawasan industri dimulai sejak tahun 1970, dengan mengemban dua misi besar, yaitu: 1 merangsang tumbuhnya iklim industri, 2 menjadi sarana bagi pengaturan ruang Sagala 2003. Tingkat utilitas Kawasan Industri yang masih rendah di Indonesia karena pengembangannya masih berorientasi real estate profit. Hal ini terlihat dari perbandingan harga jual lahan dengan harga pokok sebesar 4-6 kali. Di Korea, pemerintah menetapkan harga jual lahan di dalam kawasan industri tidak lebih dari 1,2 kali harga pokok. Secara umum dinegara industri, harga jual lahan ditetapkan 1,2-1,3 kali harga pokok Sagala 2003. Setelah diundangkannya Keppres 531989, dunia usaha dalam dan luar negeri diperbolehkan mengembangkan kawasan industri. Oleh karena itu terjadi “rush” sehingga direncanakan dibangun 203 KI dengan luas 66.771 ha di 20 Provinsi. Namun, bagi sebagian provinsi, rencana pengembangan kawasan industri hanya merupakan euphoria belaka Tabel 2.3.. Tabel 2.3. Jumlah dan Luas Kawasan Industri sd 2000 No Provinsi Jumlah Kawasan Industri Luas ha Rencana Terkuasai Dimatang- kan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 DI Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimanan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Maluku Irian Jaya 2 11 1 19 1 1 4 103 14 1 33 1 2 2 2 2 1 1 1 1 470 2.578 150 14.517 1.442 300 1.149 32.986 3.186 50 7.044 117 495 190 730 243 100 703 120 200 1.262 108 1.236,5 126,8 1.009,3 12.681,63 955,78 1.933,51 230 76 265,5 980 108 281,5 126,8 1.009,3 7.522,39 619,78 1.233 51,5 76 203 Jumlah 203 66.771 19.885,02 12.741,28 13 Sesuai dengan data pada Tabel 2.3., bagi daerah-daerah tertentu, termasuk Provinsi Sulawesi Utara, permintaan yang terjadi sampai dengan tahun 1995 masih merupakan euphoria belaka dalam menyambut dibukanya kesempatan bagi pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pengembangan kawasan industri. Data sampai dengan Tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah Kawasan Industri yang aktif di Indonesia berjumlah 88 buah dengan total areal 27.250 ha yang tersebar di 24 kabupatenkota, dengan tingkat utilitas 42 8.000 ha dan jumlah industri 6.000 buah atau 10 dari total industri yang ada di Indonesia Jawa Post Online, 21 September 2006. Dengan diundangkannya PP No. 24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri diharapkan akan meningkatkan utilitas kawasan industri dan merangsang munculnya kawasan-kawasan industri baru di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Upaya penyebaran industri ke luar Pulau Jawa menghadapi beberapa masalah dan kendala, yaitu Deperind 2005: • Adanya kecenderungan peningkatan harga lahan yang tinggi jika diindikasikan rencana kegiatan pembangunan kawasan; • Infrastruktur pendukung kawasan industri di daerah seperti: jaringan jalan, pelabuhan, penyediaan listrik, air bersih, fasilitas pengolahan limbah, telekomunikasi, penyediaan tenaga kerja dan permodalan belum memadai; • Transportasi darat, laut dan udara untuk kelancaran arus barang masih belum effisien sehingga seringkali menimbulkan biaya tinggi, atau mengurangi minat penanaman modal; • Belum ada insentif khusus bagi pengembang kawasan industri maupun industri yang berlokasi di dalam kawasan industri; • Belum ada peraturan yang jelas mengatur kewenangan pusat dan daerah dalam pengembangan kawasan industri; • Keterkaitan antar zona industri sering terganggu oleh peraturan daerah masing-masing. Itu sebabnya, hingga saat ini persebaran unit usaha industri masih sangat timpang antara Kawasan Barat Indonesia KBI dan Kawasan Timur Indonesia KTI. Lebih dari 90 unit usaha industri berlokasi di KBI, terutama di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Provinsi lain yang memiliki unit usaha cukup besar adalah Sumatera Utara 6, sedangkan 14 provinsi di KTI yang mempunyai unit usaha yang cukup besar adalah Sulawesi Selatan Dirdjojuwono 2004.

2.2.7. Pengembangan Industri di Kota Bitung