86 Gambar 5.8. Persetujuan aparat pemerintah terhadap rencana
pembangunan kawasan industri di Kota Bitung
5.6.3. Kebijakan dan Regulasi Pemerintah terkait Pengembangan Kawasan Industri
Kebijakan dan regulasi pemerintah terkait dengan pengembangan industri antara lain adalah:
• Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. • Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional RPJPN 2005-2025 • Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
• Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang • Undang-undang No. 44 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas • Keppres 531989, Keppres 411996, dan PP 242009 tentang Kawasan
Industri • Undang-undang tentang Kawasan Ekonomi Khusus KEK.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi
unggulan daerah yang bersangkutan Bab III, Pasal 13 ayat 2. Urusan pemerintahan kabupatenkota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan
yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah
yang bersangkutan Pasal 14 ayat 2 Di dalam Laporan Bappeda Kota Bitung 2009 menyangkut rencana
pembangunan Kawasan Industri di Kota Bitung ditulis bahwa yang menjadi aspek intipenghela pengembangan Kawasan Industri adalah: 1 spesialisasi
87 produk unggulan pada kawasan tertentuspesialisasi kawasan, 2 adanya
industri pendorong, dan 3 output: penetapan jenis produk berdaya saing dengan penetapan target pasar tertentu. Aspek kuncipendukung
pengembangan Kawasan Industri adalah: 1 SDM: fasilitasi pendampingan, tenaga ahli, pendidikanpelatihan, 2 penelitianpengembangan: teknologi dan
inovasi, informasi, dan riset, 3 pasar: pasaroutlet, informasi pasar dan jaringan pasar, 4 akses ke sumber input: infrastruktur, modal, bahan baku, 5
keterkaitan: antar sektorkomoditas, antarpelaku, antardaerah, hulu-hilir, dan 6 iklim usaha: regulasiPerda dan kebijakan.
Berdasarkan pada Keppres 531989, Keppres 411996, UU 221999, dan PP 252000 maka perkembangan kawasan industri dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu segi kewenangan dan segi pelaku usaha. Pada era Pasca Otonomi Daerah, sesuai UU No. 221999 dan PP 252000 pasal 24 butir j: kewenangan
Pemerintah Pusat dalam membuat standar bagi pemberian izin oleh daerah, dalam hal ini pusat bertugas membuat pedoman. Pemerintah Provinsi
melakukan koordinasi dan berwenang menerbitkan izin bagi kegiatan lintas kabupatenkota. Berdasarkan PP 842000 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah: Pasal 43 butir b: dinas provinsi berfungsi dalam pemberian izin. Pasal 8 3 butir b: dinas kabupatenkota berfungsi dalam pemberian izin.
Dari segi pelaku usaha, setelah Keppres 531989 diundangkan, dunia usaha dalam negeri dan luar negeri diperbolehkan mengembangkan kawasan industri.
UU tentang Kawasan Ekonomi Khusus KEK merupakan Undang-undang yang diamanatkan oleh UU Penanaman Modal No 25 tahun 2007. Pada pasal
31 ayat 1 UU No 25 tahun 2007 mengenai Penanaman Modal berbunyi, “Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis
bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi
khusus.” Ayat 2 menyatakan, “Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal tersendiri di kawasan ekonomi khusus.” Serta ayat 3,
“Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus sebagaimana dimaksud ayat 1 diatur dengan undang-undang.”
Ada empat syarat umum dalam pengajuan proposal Kawasan. Pertama, harus sesuai dengan rancangan tata ruang wilayah dan tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung. Kedua, pemerintah provinsi beserta pemerintah kabupaten atau kota yang terkait harus mendukung Kawasan tersebut. Kawasan
88 juga wajib terletak pada lokasi yang dekat dengan jalur perdagangan atau
pelayaran internasional, atau dekat wilayah yang memiliki sumber daya alam unggulan. Keempat, kawasan harus memiliki batas yang jelas.
Di dalam Laporan Bappeda Kota Bitung 2009 terkait dengan rencana pembangunan Kawasan Industri di Kota Bitung dikemukakan bahwa
kelembagaan yang terkait dengan pengembangan Kawasan Industri di Kota
Gambar 5.9. Kelembagaan Pengembangan Kawasan Industri Bappeda Kota Rincian dari
persyaratan ini bakal diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai tata cara penetapan kawasan ekonomi khusus, yang diharapkan bisa rampung dalam
waktu kurang dari enam bulan setelah Undang-undang Kawasan Ekonomi Khusus disahkan tanggal 15 September 2009.
5.6.4. Kelembagaan terkait Pengembangan Kawasan Industri