Nilai Produksi AEIP Bitung

139 Jumlah Tenaga Kerja Industri Arang Aktif+Jumlah Tenaga Kerja Industri Ikan Beku+Jumlah Tenaga Kerja Industri Ikan Kaleng+Jumlah Tenaga Kerja Industri Ikan Kayu+Jumlah Tenaga Kerja Industri KPK+Jumlah Tenaga Kerja Industri Minyak Kelapa+Jumlah Tenaga Kerja Industri Nata+Jumlah Tenaga Kerja Industri Penggemukan Sapi+Jumlah Tenaga Kerja Industri Peternakan Ayam+Jumlah Tenaga Kerja Industri Pakan Ternak+Jumlah Tenaga Kerja Industri Tepung Ikan+Jumlah Tenaga Kerja Industri VCO+Jumlah Tenaga Kerja Industri Arang Tempurung+Jumlah Tenaga Kerja Industri Biodiesel+Jumlah Tenaga Kerja Industri Minyak dari Paring+Jumlah Tenaga Kerja Industri Minuman Ringan+Jumlah Tenaga Kerja Industri Coco Vinegar+Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecap Kelapa+Jumlah Tenaga Kerja Industri Bhn Kosmetik+Jumlah Tenaga Kerja Industri Santan. Diagram alir dari Penyerapan Tenaga Kerja AEIP Bitung diperlihatkan dalam Gambar 6.19. Terkait dengan adanya pentahapan pembangunan dari jenis-jenis industri, maka pentahapan tersebut juga berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Di dalam diagram alir dari Penyerapan Tenaga Kerja, pentahapan tersebut dinyatakan dalam bentuk Fungsi Delay, yang secara visual terlihat dalam bentuk tanda pagar pada ”link” yang menghubungkan ”auxiliary,” dan Fungsi IF dan PULSE.

6.2.1.7. Nilai Produksi AEIP Bitung

Nilai Produksi merupakan satu kesatuan dengan parameter-parameter lainnya dari Model AEIP Bitung. Dengan demikian, Nilai Produksi merupakan penjumlahan dari nilai produksi masing-masing jenis industri yang terdapat di dalam AEIP Bitung. Salah satu komponen penting dari Parameter Nilai Produksi adalah Variabel Pola Keterkaitan Antar Industri, yang nilainya sebesar 23,64. Datum persentasi ini merupakan hasil analisis terhadap pola keterkaitan antar industri berdasarkan data survei lapangan yang telah dilakukan. Berdasarkan datum ini maka apabila pola keterkaitan antar industri adalah ≤ 23,64 maka jumlah Nilai Produksi merupakan gabungan dari: Nilai Produksi Arang Aktif+ Nilai Produksi Industri Ikan Asap+ Nilai Produksi Industri Ikan Beku+ Nilai Produksi Industri Ikan Kaleng+ Nilai Produksi Industri Ikan Kayu+ Nilai Produksi Industri KPK+ Nilai Produksi Industri Minyak Kelapa+ Nilai Produksi Industri Tepung Ikan+ Nilai Produksi Industri Pakan Ternak Apabila pola keterkaitan antar industri 23.64 maka Nilai Produksi merupakan gabungan dari: 140 ”Nilai Produksi Industri Arang Aktif+Nilai Produksi Industri Ikan Beku+Nilai Produksi Industri Ikan Kaleng+Nilai Produksi Industri Ikan Kayu+Nilai Produksi Industri KPK+Nilai Produksi Industri Minyak Kelapa+Nilai Produksi Industri Nata+Nilai Produksi Industri Penggemukan Sapi+Nilai Produksi Industri Peternakan Ayam+Nilai Produksi Industri Pakan Ternak+Nilai Produksi Industri Tepung Ikan+Nilai Produksi Industri VCO+Nilai Produksi Industri Arang Tempurung+Nilai Produksi Industri Biodiesel+Nilai Produksi Industri Minyak dari Paring+Nilai Produksi Industri Minuman Ringan+Nilai Produksi Industri Coco Vinegar+Nilai Produksi Industri Kecap Kelapa+Nilai Produksi Industri Bhn Kosmetik+Nilai Produksi Industri Santan. Diagram alir dari Nilai Produksi AEIP Bitung diperlihatkan dalam Gambar 6.20. Terkait dengan adanya pentahapan pembangunan dari jenis-jenis industri, maka pentahapan tersebut juga berdampak terhadap Nilai Produksi AEIP Bitung. Di dalam diagram alir dari Nilai Produksi, pentahapan tersebut dinyatakan dalam Fungsi Delay, yang secara visual terlihat dalam bentuk tanda pagar pada ”link” yang menghubungkan ”auxiliary,” dan Fungsi IF dan PULSE.

6.2.1.8. Pengujian Model