151
6.2.2.5. Sub-Model Bahan Ikutan, Limbah Padat, Limbah Cair, dan Kompos A. Ketersediaan, Penggunaan, dan Sisa Bahan Ikutan Industri Perikanan
Laut
Bahan ikutan industri perikanan laut berupa kepala, sirip, ekor, tulang, isi perut, dan daging coklat dimanfaatkan oleh industri pembuatan tepung ikan dan
industri pakan ternak. Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa ada industri tertentu yang menjual bahan ikutan tersebut, namun ada juga yang
memberikannya secara cuma-cuma kepada industri pengguna. Data hasil simulasi di dalam Tabel 6.21. menunjukkan bahwa pada tahun
2011, 2012, 2013 dan tahun 2022 dan 2023 terjadi kekurangan pasokan bahan ikutan industri perikanan laut. Kekurangan pasokan tersebut dapat diatasi
dengan beberapa cara seperti import ikan segar dari daerah lain, pembangunan cold storage skala besar untuk mengantisipasi musim panen besar, penegakan
hukum atas illegal fishing dan penjualan ikan di tengah laut kepada nelayan asing.
Tabel 6.21. Hasil Simulasi Ketersediaan, Penggunaan, dan Sisa Bahan Ikutan Industri Perikanan Laut
Tahun Bahan Ikutan
Industri Perikanan Laut
kg Penggunaan
Bahan Ikutan Perikanan Laut
kg Sisa Tersedia
Bahan Ikutan Perikanan Laut
kg 2010
2011 2012
2.872 2.872
2013 5.752
5.752 2014
1.286.632 1.286.632
2015 2.570.384
1.705.250 865.134
2016 3.854.144
3.415.250 438.894
2017 5.137.904
5.125.250 12.654
2018 6.424.536
6.835.250 -410.714
2019 7.905.576
8.545.250 -639.674
2020 9.386.616
10.614.250 -1.227.634
2021 10.870.528
14.030.500 -3.159.972
2022 12.354.448
17.450.500 -5.096.052
2023 13.838.368
20.870.500 -7.032.132
2024 25.957.408
24.290.500 1.666.908
B. Limbah Cair Kelapa dan Perikanan Laut Serta Limbah Padat
Hasil simulasi kuantitas limbah cair dan limbah padat dari AEIP Bitung diperlihatkan dalam Tabel 6.22. Limbah cair Industri Kelapa merupakan
akumulasi dari air cucian alat dan mesin yang merupakan bagian yang dominan dan sisa air kelapa yang tidak termanfaatkan oleh industri pengguna
bahan ikutan air kelapa. Pada tahun 2024, limbah padat industri kelapa dan perikanan laut berjumlah 27.433 m
3
.
152
Tabel 6.22. Hasil Simulasi Limbah Cair dan Limbah Padat AEIP Bitung
Tahun Limbah Cair dari
Industri Kelapa ltr Limbah Cair dari
Industri Perikanan Laut ltr
Limbah Cair Total ltr
Limbah Padat m
3
2010 2011
-57.300 -93.300
126 2012
-109.095 143.600
-37.136 255
2013 2.539.125
287.600 2.719.444
564 2014
5.379.045 64.331.600
69.727.474 2.151
2015 7.958.809
128.519.200 136.619.307
3.852 2016
10.537.849 192.707.200
203.510.817 5.552
2017 12.926.869
256.895.200 270.257.307
7.507 2018
15.320.614 321.226.800
337.116.581 9.489
2019 17.463.514
395.278.800 413.469.611
11.680 2020
19.619.994 469.330.800
489.836.221 13.967
2021 21.501.999
543.526.400 566.072.315
16.271 2022
23.520.855 617.722.400
642.445.661 18.612
2023 25.279.820
691.918.400 719.405.116
21.143 2024
27.433.396 1.297.870.400 1.329.844.572
27.234
Limbah cair Industri Perikanan Laut merupakan akumulasi dari air bersih yang digunakan untuk mencuci ikan, memasak, dan mencuci alat dan mesin,
sebesar 20 literkg ikan segar. Data menunjukkan bahwa kuantitas limbah cair tersebut sangat besar, dimana pada tahun 2024 berjumlah 1.297.870 m
3
atau dengan jumlah aliran materi sebesar sekitar 3.605 m
3
hari. Dengan kata lain, jenis industri ini memerlukan pasokan air bersih per hari sekurang-kurangnya
sebesar jumlah di atas. Bila dibandingkan dengan pasokan air bersih Kota Bitung Tahun 2005 sebesar 8.021.537 m
3
Untuk mengurangi biaya pengolahan limbah cair dan sekaligus meningkatkan nilai tambah produk perikanan laut maka dapat dilakukan upaya
penampungan terhadap air pemasakan ikan, yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Hasil survei lapangan tahun 2009 menunjukkan bahwa telah ada
industri perikanan laut di Kota Bitung yang mengekspor air sisa pemasakan ikan ke Jepang, namun belum dilakukan secara kontinu. Disamping dengan cara
mengekspor ke luar negeri, air sisa pemasakan ikan tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku oleh industri pakan ternak yang berada di dalam AEIP
Bitung. , jumlah tersebut merupakan 16,17
dari pasokan air bersih Kota tersebut. Data ini menunjukkan bahwa industri berbasis perikanan laut mengkonsumsi air bersih dalam jumlah yang besar.
Limbah cair dalam Model AEIP Bitung, yaitu darah ikan serta urine dan feces ternak sapi, dan feces di RPH merupakan faktor input Industri Pakan
Ternak. Ketersediaan faktor input dan penggunaannya tersebut disajikan pada Tabel 6.23.
153 Tabel 6.23. Ketersediaan dan Penggunaan Darah Ikan, Feces Ayam dan Sapi
dan Urine Sapi
Tahun Darah
Ikan kg
Penggunaan Darah Ikan
kg Feces
Ayam kg
Feces Sapi kg
Feces di
RPH kg
Penggunaan Feces kg
Urine Sapi kg
Penggunaan Urine Sapi
kg
2010 2011
96.000
2012
72 192.000
2013
144 288.000
2014
32.166 384.000
2015
64.260 480.000
2016
96.354 576.000
2017
128.448 18.000
72.000 194.400
504 672.000
324.000 18.000
2018
160.613 36.000
144.000 388.800
1.008 863.733
648.000 36.000
2019
197.639 54.000
216.000 583.200
1.512 1.055.733
972.000 54.000
2020
234.665 72.000
288.000 777.600
2.016 1.247.733
1.296.000 72.000
2021
271.763 90.000
360.000 972.000
2.520 1.439.733
1.620.000 90.000
2022
308.861 108.000
432.000 1.166.400
3.024 1.631.733
1.944.000 108.000
2023
345.959 126.000
504.000 1.360.800
3.528 1.823.733
2.268.000 126.000
2024
648.935 161.950
576.000 1.555.200
4.032 2.015.733
2.592.000 161.950
Akumulasi dari limbah cair industri berbasis kelapa dan limbah cair industri berbasis perikanan laut sebesar 3.681 m
3
hari di dalam AEIP Bitung akan diolah secara tersentral pada Pusat Pengolahan Limbah Cair sebelum dibuang ke
lingkungan. Pada kondisi eksisting, industri perikanan laut yang beroperasi di Kota Bitung diduga membuang limbah cair ke lingkungan dalam jumlah yang
jauh lebih besar dibanding jumlah di atas. Hasil survei lapangan dan penelusuran literatur menunjukkan bahwa setiap industri perikanan laut memiliki
fasilitas pengolahan limbah cair, namun dari informasi yang diperoleh diketahui bahwa pengolahan tersebut sedang dilakukan secara tidak optimal. Bahkan,
ada pihak industriawan tertentu yang beranggapan bahwa membuang limbah cair industri perikanan ke laut akan berkontribusi secara positif pada
perkembangbiakan biota laut.
C. Ketersediaan, Penggunaan, dan Sisa Bahan Ikutan Air Kelapa