Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Karakteristik dan Deskripsi Jamur Tiram

12 ancaman yang datang dari eksternal perusahaan. Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut selanjutnya dapat dikombinasikan untuk menghasilkan beberapa strategi yang dijadikan pilihan atau alternatif strategi untuk dapat dijalankan perusahaan dalam upaya mengatasi berbagai masalah yang ada. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor lingkungan internal apa yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan bagi KWT Hanjuang ? 2. Faktor-faktor lingkungan eksternal apa yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi KWT Hanjaung ? 3. Apa rekomendasi alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh KWT Hanjuang dalam mengembangkan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan bagi KWT Hanjuang 2. Menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi KWT Hanjuang 3. Menyusun dan merekomendasikan alternatif strategi pengembangan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih pada KWT Hanjuang

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pengembangan bisnis perusahaan dimasa datang. Selain itu, penelitian ini juga merupakan sarana latihan dan pengembangan wawasan bagi penulis dalam penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan di Institut Pertanian Bogor serta penilitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan bahan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan studi strategi pengembangan usaha. 13

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Saat ini penyediaan bibit dan pembuatan media tanam jamur tiram putih adalah komoditas utama yang di usahakan oleh KWT Hanjuang disamping mereka juga melakukan kegiatan budidaya terhadap jamur tiram putih. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah perumusan strategi pengembangan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih. Selain itu, penelitian ini hanya sampai kepada tahap formulasi dari manajemen strategis. Untuk tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang perusahaan. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik dan Deskripsi Jamur Tiram

Jamur termasuk ke dalam kerajaan kingdom fungi, jamur merupakan organisme eukariota karena inti selnya mempunyai inti sejati, dinding sel jamur terdiri dari zat khitin, tubuh atau soma jamur terdiri dari hifa yang berasal dari spora, jamur digolongkan sebagai tumbuhan heterotrofik karena jamur tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri secara fotosintesis, oleh karena itu jamur mengambil zat-zat makanan dengan menyerap hasil penguraian materi organik Gunawan, 2001. Menurut Darma T. 2002, jamur mengalami fase vegetataif dan generatif dalam perkembangbiakannya. Menurut sub kelasnya jamur dibedakan menjadi dua, yakni Ascomycetes dan Basidiomycetes. Jamur dari subkelas Basidiomycetes lebih mudah diamati karena ukuran tubuh buahnya cukup besar, sedangkan Ascomycetes berukuran sangat kecil mikroskopis. Menurut Muchrodi 2001, disebut jamur tiram Pleurotus ostreatus [Jacq. Ex. Fr] Kummer karena bentuk tudung membulat, lonjong, dan agak melengkung seperti cangkang tiram. Ciri fisik jamur tiram yaitu tudungnya yang menyerupai cangkang tiram dengan diameter 5-15 cm, permukaannya licin dan agak berminyak ketika lembab, bagian tepinya agak bergelombang, letak tangkai lateral agak disamping tudung dan daging buah berwarna putih. Jamur Tiram memiliki berbagai nama, di Jepang jamur tiram dikenal dengan nama Shimeji, sedangkan di Eropa dan Amerika jamur tiram lebih dikenal dengan nama Abalone mushroom atau Ayster mushroom, dan di Indonesia populer dengan nama jamur tiram dikarenakan tudungnya yang menyerupai cangkang tiram. Menurut Cahyana et, al 1997, jenis jamur tiram yang mulai banyak dibudidayakan antara lain sebagai berikut : 1. Jamur Tiram Putih, dikenal juga dengan nama Shimeji White Varietas Florida. Jamur ini tumbuh membentuk rumpun dalam satu media, warna tudungnya putih susu sampai kekuningan dengan garis tengah 3-14 cm. Setiap rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpan jamur tiram jenis ini umumnya lebih lama dibandingkan dengan jamur tiram 15 abu-abu, meskipun tudungnya lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat dan jamur tiram abu-abu. 2. Jamur Tiram Coklat, dikenal juga dengan nama Abalon Varietas Cystidiosus, warna tudung jamur jenis ini putih sedikit keabu-abuan sampai abu-abu kecoklatan dengan lebar 5-12 cm. Jamur tiram coklat merupakan jenis jamur tiram yang memiliki rumpun paling sedikit dibandingkan jamur tiram putih dan jamur tiram abu-abu, tetapi tudungnya lebih tebal dan daya simpannya relatif lebih tahan lama. 3. Jamur Tiram Abu-abu, dikenal dengan nama Shimeji Grey Varietas Sajor Caju. Jamur tiram jenis ini memiliki keunggulan dengan rumpun yang lebih banyak dibandingkan dengan jamur tiram putih dan jamur tiram abu-abu. Warna tudungnya abu-abu kecoklatan sampai kuning kehitaman dengan lebar 6-14 cm. Daya simpannya paling pendek. 4. Jamur Tiram Merah Pink, dikenal dengan nama Shakura Varietas Flebellatus. Tudungnya berwarna kemerahan. Klasifikasi lengkap Pleurotus spp menurut Cahyana 1997 adalah sebagai berikut : Kingdom : Mycetea Divisio : Amastigomycotae Phylum : Basidiomycotae Kelas : Hymenomycetes Ordo : Agaricales Family : Pleurotaceae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus ostreatus Pleurotus spp dapat tumbuh di kayu-kayu lunak dan dapat tumbuh pada ketinggian 600 meter dpl, dengan suhu 15º-30º Celcius, berkembang pada pH 5,5-7 dan kelembaban 80-90 persen. Spesies ini tidak memerlukan intensitas cahaya tinggi karena akan merusak miselia jamur dan tubuh buah jamur. Jamur ini bermanfaat sebagai sumber protein nabati dan berkhasiat mencegah penyakit hipertensi dan jantung. 16

2.2 Teknik Budidaya Jamur Tiram Putih